Share

5. Pria Psikopat

last update Last Updated: 2020-10-01 12:41:35

Sesampainya di samping mobil, Christop membuka pintu dan mendorong tubuh Cala dengan kasar membuat gadis itu mengaduh sakit. Christop menutup pintu membantingnya hingga memunculkan suara debuman yang keras.

Christop berjalan memutar menuju kursi kemudi, dan masuk lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Cala memojokkan dirinya takut. "Bisakah kau pelankan laju mobilnya?" suara Cala mulai bergetar.

Christop hanya melirik sekilas, lalu tersenyum miring. Dan ekspresi Cala yang ketakutan membuat Christop bahagia, hingga membuatnya menambah laju kecepatannya tanpa memperdulikan air mata Cala yang terus mengalir. 

Sesampainya di mansion milik Christop, pria itu segera turun dari mobilnya. Berjalan memutar, lalu membuka pintu penumpang. "Turun." Perintahnya datar. 

Cala menatap Christop takut. "Apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanyanya pelan.

"Jangan banyak bertanya, dan cepat turun!" sentak Christop membuat Cala berjengkit kaget. Belum Cala keluar, Christop segera merampas pergelangan tangan Cala menariknya keluar.

"Kau menyakitiku, jerk!" Dengan berani Cala berujar sengit pada Christop.

''Persetan dengan itu aku tidak peduli!" balas Christop tak kalah sengit.

Sesampainya di pintu besar berwarna putih tulang, Christop membukanya. Lalu menarik tangan Cala dan menghempaskan tubuh gadis itu. 

Tubuh Cala terjatuh menyentuh kasur, memberanikan dirinya Cala menatap tajam Christop yang berdiri di depannya. "Siapa kau sebenarnya?" tanyanya.

Christop mendekat ke arah Cala membuat refleks gadis itu mundur menatap Chritop takut karena tatapannya yang begitu menusuk. Christop meraih kaki Cala membuat pergerakan gadis itu terhenti. "Lepaskan, jerk!'' geram Cala. 

Christop mengabaikannya, membungkuk mendekatkan tubuhnya pada Cala dan menatap tajam gadis itu. Tangan kirinya terangkat, mengapit pipi Cala membuat gadis itu meringis. "Kau ingin tau aku ini siapa?" gumamnya menyeramkan.

"Kau akan mengetahuinya nanti, dan kau tidak akan bisa ke mana-mana." Christop terkekeh membuat Cala bergidik ngeri. 

Dan tingkah Christop membuat Cala berpikir jika pria di depannya ini adalah psychopath. 

"Aku akan mengadukan semua ini pada papaku," ketus Cala. 

Christop terkekeh, bahkan kekehan itu terlihat menyeramkan di mata Cala. "Aku tidak takut dengan papamu, sekali pun dia seorang mantan mafia."

Cala mengerutkan keningnya. "Dari mana kau mengetahui jika papaku adalah mantan mafia?"

"TOPHER!" teriakan seorang pria membuat Christop mendengus, melepaskan tangannya pada kaki dan pipi Cala.

Lalu menatap Cala penuh peringatan. "Jangan coba-coba untuk kabur, baby atau kau akan tau akibatnya," ujarnya tersenyum miring.

°°°°°

Christop menatap pria di depannya tajam, siapa lagi jika bukan adiknya-Abraham. "Kenapa kau pulang?" ketus Christop bertanya.

"Kau meninggalkanku!" decih Abraham. "Dasar bodoh."

"Kau mengumpat! Dan mengatai kakakmu bodoh? Di mana sopan santunmu!" geram Christop tak terima.

Abraham menatap malas Christop. "Tidak usah mengajariku sopan santun. Aku mau istirahat," ujarnya berlalu tanpa memperdulikan tatapan siap membunuh Christop.

"Jika dia bukan adikku, sudah ku pastikan dia mati sekarang juga," dengus Christop menatap punggung adiknya yang semakin menjauh.

Christop terdiam, berpikir. Adiknya itu sepertinya harus segera pergi dari rumahnya. Tidak mungkin bukan membiarkan Abraham berkeliaran selama satu minggu sedangkan ia sedang menyandera seorang gadis. 

Dalam hati Christop berdecak kagum, membayangkan tubuh Cala yang menurutnya sangat sexy. Dan ini menjadi sebuah keberuntungannya. Mungkin sedikit bermain dengan gadis itu menyenangkan. 

Christop bersiul, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar memutuskan untuk membersihkan diri.

°°°°°

Di dalam kamar, Cala berjalan mondar-mandir. Entah ini sudah keberapa kalinya, ia tidak tau. Menggigit ujung kukunya, Cala berpikir keras bagaimana caranya untuk keluar dari sini. Mengingat tadi ketika menginjakkan kakinya di rumah ini. Beberapa bodyguard tersebar di setiap ujung. 

"Siapa sebenarnya pria itu?" gumamnya berdecak kesal. 

Cala terdiam, ia mengira kemarin sebelum berangkat menuju ke Thailand adalah awal yang baik karena papanya sudah kembali seperti dulu bersikap manis dan lembut padanya, tapi ternyata tidak karena sekarang masalah besar menghampirinya. 

Lelah berdiri, Cala memutuskan untuk duduk di pinggiran kasur sembari memikirkan cara untuk kabur.

"Kau tidak tidur, baby?" suara bariton yang sudah dikenal Cala membuat gadis itu terlonjak kaget. 

Cala menoleh ke arah kiri, di ambang pintu Christop berdiri dengan pakaian santainya. Membuat Cala tak sadar berdecak kagum dalam hati. 

Sadarlah Cala! dia itu pria brengsek, psychopath yang tiba-tiba menyanderamu! Batin Cala kesal.

Menghela napasnya Cala berujar. "Mau apa kau kemari?"

"Itu bukan urusanmu, dan ini rumahku jadi terserahku," jawab Christop angkuh berjalan mendekati Cala.

"Jangan mendekat!" peringat Cala.

Christop menaikkan sebelah alisnya, tersenyum miring dan Cala benci melihatnya. "Siapa kau berani melarangku?"

Ketika sudah berdiri di depan Cala, Christop mensejajarkan tingginya. Hidung keduanya menempel napasnya saling beradu, tidak ada jarak diantara mereka. "Besok malam kau dandan yang cantik, aku harus menghadiri pesta temanku."

Cala menggeleng keras. "Aku tidak mau," tolak Cala.

Christop menegakkan tubuhnya. "Jangan jadi gadis pembangkang, aku tidak suka," ujarnya menekankan kalimatnya, sembari mengusap pucuk kepala Cala. 

Dan pergerakan itu membuat darah Cala berdesir dan jantungnya berdegup lebih kencang. Ini gila! Batinnya.

°°°°°

"Ab, sebaiknya kau mencari tempat menginapan," ujar Christop masuk kedalam kamar Abraham. 

Abraham yang sedang memainkan ponselnya menoleh, menaikkan sebelah alisnya. "Kau mengusirku?" tanyanya tak suka.

Christop mengangguk. "Ya. Aku mengsirmu."

Abraham mendengus. "Kenapa kau tiba-tiba mengusirku setelah tadi kau meninggalkanku di Pattaya?!"

"Kau banyak dosa padaku," lanjut Abraham. Christop mendengus, memasukkan tangannya pada saku celana. Berjalan mendekati Abraham. "Aku akan mencarikanmu penginapan. Dan pergilah besok." Usir Christop.

"Ish," decak Abraham. "Aku tidak mau pergi," lanjut Abraham berusara. 

Christop menatap tajam adiknya, menghela napas. "Jika begitu kau tidak boleh sembarang masuk ruangan di rumah ini."

"Memangnya ada apa?" tanya Abraham malas. "Kau menyembunyikan seorang gadis di sini?" lanjut Abraham menebak. 

Christop diam. "Aish kau tidak usah banyak bertanya dan cukup patuhi perintahku!" jawab Christop sebelum melangkahkan kakinya keluar kamar. 

Meninggalkan Abraham yang sibuk menebak-nebak.

°°°°°

Tidak akan ada Pattaya, Phuket, The Grand Palace, Krabi dan masih banyak lagi tempat wisata yang ingin di kunjungi Cala. Karena semua itu musnah ketika dirinya bertemu dengan pria brengsek yang entah siapa namanya, Cala tidak tau. 

Cala mendengus. "Aku harus mencari cara untuk kabur," gumamnya sebelum memejamkan matanya. 

Christop berdiri di ambang pintu, menatap Cala yang sudah tertidur nyenyak. Melangkahkan kakinya mendekat, lalu berjongkok menatap wajah damai gadis itu. "Cantik," gumamnya tersenyum. Tapi tiba-tiba saja senyumnya lenyap mengingat gadis di depannya itu adalah anak dari seseorang yang membunuh kedua orang tuanya. 

Christop tersenyum menyeramkan, mendekatkan wajahnya pada Cala. Pria itu dapat merasakan hembusan teratur dari gadis di depannya. Dan cup! bibirnya menyentuh bibir kenyal milik Cala. 

Sangat manis dan memabukkan. Batin Christop.

Lalu tangan kanannya menelusup di balik baju tidur berbahan satin yang sudah disiapkannya tadi untuk Cala. Meremasnya pelan, hingga "Ahh," gadis itu mendesah dengan memejamkan matanya.

Dan desahan yang keluar dari bibir mungil Cala membuat Christop menatap gadis di depannya dengan mata berkabut gairah. Sebelum semuanya terlambat, Christop tidak melanjutkannya dan memilih berdiri meninggalkan kamar Cala sebelum dirinya benar-benar kehilangan kendali dan memperkosa gadis itu di saat tidur. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Fall in Love With The Devil   35. Season II - Makan Malam

    Christop sudah rapi dengan tuxedo yang melekat dengan pas di tubuhnya. Malam ini, seperti yang Lauren katakan beberapa tempo lalu, dirinya diundang untuk acara makan malam dengan keluarga sang kekasih.“Chris, kau sudah siap?” Lauren, wanita itu memutuskan untuk datang bersama Christop malam ini. Padahal seharusnya, wanita itu tidak perlu repot-repot untuk kemari dan langsung saja ke mansion orang tua miliknya.Christop mengangguk singkat. “Kita berangkat?” tanyanya.“Oke,” balas Lauren.Jarak dari mansion Christop ke tempat orang tua Lauren memakan waktu sekitar satu jam. Selama perjalanan, hanya ada keheningan. Baik Christop maupun Lauren tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama fokus dengan urusan masing-masing.Sesampainya di halaman mansion, Christop memakirkan mobilnya. Mereka berjalan beriringan, ternyata beberapa pel

  • Fall in Love With The Devil   34. Season II - Sirkus

    "Hei keponakan uncle. Setahun tidak melihatmu, ternyata kau tumbuh dengan baik." Abraham menggendong Noah, mengajak balita itu bergurau. "Kau tampan, dan benar, semakin hari kau semakin mirip dengan Daddymu," lanjut Abraham, berbincang dengan balita itu. Cala yang melihat interaksi saudaranya dengan putranya hanya tersenyum simpul. "Ah iya, apa kau ingin berjalan-jalan? Mumpung aku ada di sini, kita bisa menghabiskan waktu bertiga," tanya Abraham mengusulkan. Cala mengangguk, bersemangat. "Boleh, ke mana?" "Bagaimana dengan sirkus? Ku dengar ada sirkus

  • Fall in Love With The Devil   33. Season II - Berbincang

    Christop menatap pria paruh baya yang terbatuk-batuk karena Christop baru saja menendang dadanya. Christop berjongkok, sekali lagi ia menyulutkan rokok yang menyala pada wajah pria paruh baya itu. Joseph Franklyn Smith. “Berhenti, tolong ampuni aku,” katanya meringis kesakitan. Christop tersenyum miring, merasa senang melihat lawannya yang memohon dan kesakitan. Baginya, melihat lawan yang terkulai tidak berdaya adalah kepuasan tersendiri di dalam dirinya. Christop tertawa, tawa yang terdengar menyeramkan dengan wajahnya yang datar. “Kenapa kau mencari perkara padaku jika akhirnya memohon ampun? Di mana keangkuhanmu,” gumamnya tersenyum miring. Joseph terlihat takut pada Christop. Di mata Joseph, pria di depannya itu terlihat seperti iblis yang sangat menyeramkan. Berbeda dengan Christop, saat pria itu menjadi pemimpin perusahaan. Terlihat rapi,

  • Fall in Love With The Devil   32. Season II - Noah Diwei Alexander

    “Ku dengar, kau tidak mengijinkan Cala pergi bersama Izzy.” Bibi Key mulai membuka percakapan.Sore ini, Cala, Papanya, beserta Paman Klaus dan Bibi Key sedang bersantai di halaman belakang. Begitu pun dengan Noah yang ikut bergabung, balita lucu itu berada di gendongan Cala saat ini. Menyandarkan kepalanya di dada Cala dengan manja dan nyaman.“Ya, karena aku masih santat khawatir dia pergi jauh,” kata Giovanno jujur.“Ijin, kan saja, ini tidak akan terulang kembali. Lagipula, apa kau akan melarang hobinya hanya karena kejadian dua tahun lalu,” kata Key masih kekeuh.

  • Fall in Love With The Devil   31. Season II - Baby And Bad Dream

    “Kau sudah melakukannya?” tanya Christop.“.....”“Ok, cukup awasi dia saja dari jauh.” Setelah mengatakan itu, Christop menutup sambungan teleponnya.“Aku heran, kenapa wanita suka sekali lari dan bersembunyi. Alih-alih menyelesaikan masalahnya, mereka lebih suka menghindar dan menghilang.” Christop menoleh––mengangguk, menyetujui kalimat Jack.“Aku setuju, kadang menggelikan ketika kita jatuh cinta pada mereka,” kata Christop terkekeh menanggapi.“Tapi untung saja Jessica sudah ditemukan. Lalu bagaimana denganmu, Chris?”“Aku? Aku baik-baik saja.”“Ck, kau tau apa yang ku maksud,&

  • Fall in Love With The Devil   30. Season II - Perihal Rasa

    Setelah berita yang menggemparkan tersiar, di mana salah satu mansion mewah milik Joseph Quinn yang hancur dan tidak ada satu pun bangunan yang tersisa, membuat Cristop tersenyum senang. Apalagi saat wajah Joseph yang tersorot kameramen, pria itu terlihat menahan marah. “Ck,” decaknya dengan nada muak.“Woah, haruskah kita berpesta sekarang?” Suara Abraham terdengar, adiknya itu masuk begitu saja membuat Christop terkejut.“Biasakan untuk mengetuk pintu,” kata Christop datar.Abraham berdecak, lalu ikut bergabung duduk di samping sang kakak, Christop. “Memangnya Joseph ada masalah apa denganmu? Sampai-sampai kau harus mengebom mansionnya?”“Kau tau Frans?”“Musuh Chen yang merebut Yura dari si mafia i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status