Beranda / Romansa / Fall in Love With The Devil / 6. Sebuah Mimpi Atau Nyata

Share

6. Sebuah Mimpi Atau Nyata

Penulis: thxyousomatcha
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-01 12:42:09

Cala terbangun dengan napas tersenggal, hanya mimpi. Batinnya. Melirik jam di dinding ternyata hari masih gelap.

Tapi semua itu terasa nyata, lumatan kecil di bibirnya lalu remasan di dadanya. Cala menggeleng. "Ini sungguh menjijikkan," gumamnya. Jika pun hanya mimpi, tapi bagaimana bisa dirinya memimpikan hal semacam itu. 

Merasa kerongkongannya kering, Cala berdecak ketika mengetahui di atas nakas tidak ada air. Itu berarti ia harus keluar kamar menuju dapur sedangkan ia sendiri tidak tau dimana letaknya. 

Ketika Cala akan berdiri, gadis itu tidak jadi dan mendudukkan tubuhnya pada pinggiran kasur. "Tunggu dulu," gumamnya sendiri. "Siapa yang mematikan lampu kamar? dan menggantinya menjadi lampu tidur?" gumamnya lagi bertanya pada diri sendiri.

Lalu pandangan Cala beralih menatap baju tidur yang diberikan Christop. Ia dapat melihat kancing bawahnya terbuka dua. Cala menatap horor, dan memutuskan itu semua bukanlah mimpi tapi kenyataan.

Dan, siapa yang berbuat cabul seperti ini? Batinnya berteriak kesal.

Lelah memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otaknya. Cala memutuskan untuk segera melangkahkan kakinya keluar, mengambil minum.

Sungguh, haus ini sangat menyiksanya. 

Gelap.

Sepi.

Itulah kata yang terlintas di otaknya, hanya cahanya remang-remang yang menemaninya sepanjang jalan. 

Dapat Cala akui jika rumah ini sangat besar bahkan terlewat mewah. Dominan warna putih tulang dan merah maroon. 

Kaki telanjangnya tanpa alas kaki itu menuruni tangga, hingga membawanya pada lantai satu. Cala memutuskan untuk ke arah kiri, berpikir jika mungkin letak dapur ada di sana. 

Batinnya berteriak girang ketika sudah menemukan dapur.

Dengan langkah lebar Cala mengambil gelas lalu menuangkan air putih dan menegaknya hingga tandas. Cala menghela napasnya, semoga saja tidak ada yang melihatnya disini batinnya. 

Ketika hendak berbalik, karena penerangan yang sangat minim membuat kening Cala menyentuh sesuatu. Cala mendongak dan akan berteriak jika saja seseorang itu tidak segera membekap mulutnya.

Christop menarik tubuh Cala yang masih dalam bekapannya, lalu menekan saklar lampu membuat seketika dapur menjadi terang. "Lepaskan!" kesal Cala menatap Christop tajam.

Christop tersenyum miring, perlahan melepaskan bekapannya dan mendekatkan diri pada Cala hingga tidak ada jarak di antara mereka. "Sepertinya kau tidak diajari sopan santun ya."

"Jaga ucapanmu!" balas Cala tidak terima.

Christop terkekeh, membuat Cala mengernyit. "Lalu apa mengambil minum di rumah orang lain tanpa ijin itu sopan?"

"Aku hanya haus, aku butuh minum," jawab Cala. "Bahkan ini sudah larut malam untuk ijin kepadamu!" lanjutnya.

"Ah, mungkin menguncimu di kamar itu adalah yang terbaik," gumam Christop.

"Kau tidak bisa seenaknya padaku! Aku ingin pulang, kembali ke Rusia!" 

Christop menatap Cala tajam, menggeleng tegas. "Kau tidak akan pulang, sebelum semuanya terbalaskan."

Cala menatap Chrsitop tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

Christop tidak menjawab pertanyaan Cala dan malah menarik pergelangan tangan gadis itu membuatnya meringis karena bekasnya yang memerah belum sembuh. "Bisakah kau tidak menggenggam pergelanganku terlalu kuat? Kau menyakitiku!" Cala memprotes. 

Christop hanya melirik. "Aku tidak peduli."

Setibanya di kamar yang Cala tempati, Christop membanting tubuh Cala membuat gadis itu terhuyung dan terjatuh di atas kasur. Berdecih, "Kau!" geram Cala tak terima.

Christop menaikkan sebelah alisnya. "Kau harus membayar semua kesalahan Giovanno Benjamin di masa lalu, Sarah Alana Benjamin."

Cala terkejut mendengar kalimat Christop. Apa yang sebenarnya terjadi. Batinnya berteriak.

"Apa kesalahan yang diperbuat papaku sehingga kau berbuat kejam dan kasar padaku?" tanya Cala emosi.

Christop terkekeh, begitu menyeramkan. "Kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Dan kau harus menerima balasannya, hanya kaulah aku bisa membalaskan dendam."

Cala mulai menatap Chrisrop was-was dengan perasaan takut. "Apa yang kau inginkan?"

"Kematian," jawab Christop santai tapi cukup menakutkan di mata Cala. 

Lalu Christop berjalan mendekat ke arah Cala,  meraih bahu gadis itu dan berkata. "Perlahan namun pasti. Karena aku ingin Giovanno merasakan apa yang aku rasakan, kehilangan seorang  dicintainya dan berarti di hidupnya?"

"Menarik bukan?" tanya Christop terkekeh begitu menakutkan membuat Cala tidak sadar sudah mengeluarkan air matanya. 

°°°°°

Perlahan Cala membuka matanya menyesuaikan cahaya sinar matahari yang perlahan menerobos melalui gorden. Cala merasakan pening di kepalanya akibat semalam terus menangis. 

Mengingat tingkah pria yang tidak ia ketahui namanya yang menurutnya sangat menyeramkan. 

Dan Cala yakin jika pria itu adalah psychopath gila. 

Sibuk dengan pikirannya, pintu terbuka. Seorang wanita muda dan wanita paruh baya dengan membawa makanan dan kotak yang entah apa isinya Cala tidak tau menghampirinya. 

"Nona, sebaiknya anda membersihkan diri terlebih dulu. Baru setelahnya sarapan," ujar wanita paruh baya menatap Cala. 

Cala menatap tidak mengerti, lalu setelahnya mengangguk. "Apa anda ingin saya bantu membersihkan diri?" tawarnya. 

Cala menggeleng, memangnya dia anak kecil apa? gerutunya dalam hati. "Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri."

"Baiklah jika begitu kita permisi," kata wanita muda. Cala mengangguk.

Setelah kepergian dua maid itu, Cala meraih kotak yang berada di atas kasur, membukanya. Sebuah dress dengan–celana dalam lengkap dengan bra senada? Cala menatap horror. 

Bagaimana bisa pria itu mengetahui ukuran pakaian dalamnya? Batinnya menerka-nerka.

"Cepatlah bersiap dan habiskan sarapanmu!" suara seorang yang dikenalnya membuat Cala menoleh cepat.

Christop menatap Cala. "Tidak usah bertanya-tanya dari mana aku tau ukuran bramu," kata Chrsitop.

"Aku tunggu kau tiga puluh menit dari sekarang," lanjut Christop dingin.

"Kau mau membawaku ke mana?" tanya Cala.

"Tidak usah banyak bertanya, waktumu tinggal dua puluh delapan menit dari sekarang," jawab Christop sebelum pergi meninggalkan Cala yang terbengong.

Cala sudah siap dengan dress selutut. Rambutnya ia biarkan tergerai, lalu berjalan menuruni tangga.

"Di mana majikanmu?" tanya Cala pada salah satu maid yang kebetulan lewat.

Maid itu menunduk. "Tuan Christop ada di halaman depan, Nona," jawabnya.

Oh Christop nama pria brengsek itu. Batin Cala mengangguk paham. 

Setelah mendengar jawaban maid, Cala segera melangkahkan kakinya menuju Christop.

"Ehem," dehem Cala membuat Christop menoleh.

"Ikut denganku!" Titah Christop menarik tangan Cala.

"Ih lepaskan! Aku tidak mau ikut denganmu!" sentak Cala berusaha melepas cekalan Christop.

Christop mengabaikan sentakan Cala, dan malah menarik kencang tangan gadis itu. Membuka pintu mobil, lalu mendorong tubuh Cala masuk sedikit membanting.

Sesampainya di salah satu butik terkenal di Bangkok, Christop membuka pintu penumpang. "Turun," ujar Christop dingin.

Cala diam, melipat tangannya pada dadanya. Christop yang jengkel menarik paksa Cala. "Jangan bertingkah seperti anak kecil atau kau akan tau akibatnya," ancam Christop membuat Cala sedikit takut dan memilih menuruti pria itu.

Keduanya memasuki butik, semua karyawan wanita mulai berbisik-bisik sembari melihat ke arah Christop. Seketika pria itu menjadi pusat perhatian membuat Cala yang berada di sampingnya risih.

"Ada yang bisa saya bantu?" tawar seorang wanita dengan nada centil.

Christop menatap wanita itu datar, lalu menoleh sebentar ke arah Cala yang terganggu karena keadaan sekitar. "Carikan gaun yang pas untuk istriku," katanya merangkul bahu Cala membuat gadis itu terkejut.

Sedangkan wanita di depannya? Membeo tidak percaya sekaligus malu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Fall in Love With The Devil   35. Season II - Makan Malam

    Christop sudah rapi dengan tuxedo yang melekat dengan pas di tubuhnya. Malam ini, seperti yang Lauren katakan beberapa tempo lalu, dirinya diundang untuk acara makan malam dengan keluarga sang kekasih.“Chris, kau sudah siap?” Lauren, wanita itu memutuskan untuk datang bersama Christop malam ini. Padahal seharusnya, wanita itu tidak perlu repot-repot untuk kemari dan langsung saja ke mansion orang tua miliknya.Christop mengangguk singkat. “Kita berangkat?” tanyanya.“Oke,” balas Lauren.Jarak dari mansion Christop ke tempat orang tua Lauren memakan waktu sekitar satu jam. Selama perjalanan, hanya ada keheningan. Baik Christop maupun Lauren tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama fokus dengan urusan masing-masing.Sesampainya di halaman mansion, Christop memakirkan mobilnya. Mereka berjalan beriringan, ternyata beberapa pel

  • Fall in Love With The Devil   34. Season II - Sirkus

    "Hei keponakan uncle. Setahun tidak melihatmu, ternyata kau tumbuh dengan baik." Abraham menggendong Noah, mengajak balita itu bergurau. "Kau tampan, dan benar, semakin hari kau semakin mirip dengan Daddymu," lanjut Abraham, berbincang dengan balita itu. Cala yang melihat interaksi saudaranya dengan putranya hanya tersenyum simpul. "Ah iya, apa kau ingin berjalan-jalan? Mumpung aku ada di sini, kita bisa menghabiskan waktu bertiga," tanya Abraham mengusulkan. Cala mengangguk, bersemangat. "Boleh, ke mana?" "Bagaimana dengan sirkus? Ku dengar ada sirkus

  • Fall in Love With The Devil   33. Season II - Berbincang

    Christop menatap pria paruh baya yang terbatuk-batuk karena Christop baru saja menendang dadanya. Christop berjongkok, sekali lagi ia menyulutkan rokok yang menyala pada wajah pria paruh baya itu. Joseph Franklyn Smith. “Berhenti, tolong ampuni aku,” katanya meringis kesakitan. Christop tersenyum miring, merasa senang melihat lawannya yang memohon dan kesakitan. Baginya, melihat lawan yang terkulai tidak berdaya adalah kepuasan tersendiri di dalam dirinya. Christop tertawa, tawa yang terdengar menyeramkan dengan wajahnya yang datar. “Kenapa kau mencari perkara padaku jika akhirnya memohon ampun? Di mana keangkuhanmu,” gumamnya tersenyum miring. Joseph terlihat takut pada Christop. Di mata Joseph, pria di depannya itu terlihat seperti iblis yang sangat menyeramkan. Berbeda dengan Christop, saat pria itu menjadi pemimpin perusahaan. Terlihat rapi,

  • Fall in Love With The Devil   32. Season II - Noah Diwei Alexander

    “Ku dengar, kau tidak mengijinkan Cala pergi bersama Izzy.” Bibi Key mulai membuka percakapan.Sore ini, Cala, Papanya, beserta Paman Klaus dan Bibi Key sedang bersantai di halaman belakang. Begitu pun dengan Noah yang ikut bergabung, balita lucu itu berada di gendongan Cala saat ini. Menyandarkan kepalanya di dada Cala dengan manja dan nyaman.“Ya, karena aku masih santat khawatir dia pergi jauh,” kata Giovanno jujur.“Ijin, kan saja, ini tidak akan terulang kembali. Lagipula, apa kau akan melarang hobinya hanya karena kejadian dua tahun lalu,” kata Key masih kekeuh.

  • Fall in Love With The Devil   31. Season II - Baby And Bad Dream

    “Kau sudah melakukannya?” tanya Christop.“.....”“Ok, cukup awasi dia saja dari jauh.” Setelah mengatakan itu, Christop menutup sambungan teleponnya.“Aku heran, kenapa wanita suka sekali lari dan bersembunyi. Alih-alih menyelesaikan masalahnya, mereka lebih suka menghindar dan menghilang.” Christop menoleh––mengangguk, menyetujui kalimat Jack.“Aku setuju, kadang menggelikan ketika kita jatuh cinta pada mereka,” kata Christop terkekeh menanggapi.“Tapi untung saja Jessica sudah ditemukan. Lalu bagaimana denganmu, Chris?”“Aku? Aku baik-baik saja.”“Ck, kau tau apa yang ku maksud,&

  • Fall in Love With The Devil   30. Season II - Perihal Rasa

    Setelah berita yang menggemparkan tersiar, di mana salah satu mansion mewah milik Joseph Quinn yang hancur dan tidak ada satu pun bangunan yang tersisa, membuat Cristop tersenyum senang. Apalagi saat wajah Joseph yang tersorot kameramen, pria itu terlihat menahan marah. “Ck,” decaknya dengan nada muak.“Woah, haruskah kita berpesta sekarang?” Suara Abraham terdengar, adiknya itu masuk begitu saja membuat Christop terkejut.“Biasakan untuk mengetuk pintu,” kata Christop datar.Abraham berdecak, lalu ikut bergabung duduk di samping sang kakak, Christop. “Memangnya Joseph ada masalah apa denganmu? Sampai-sampai kau harus mengebom mansionnya?”“Kau tau Frans?”“Musuh Chen yang merebut Yura dari si mafia i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status