Share

Anak Nakal (II)

“Kau tidak ikut memeriahkan PENSI, Fally? Pastinya akan sangat bagus kalau kau ikut! Rambutmu yang seperti jaring laba-laba permen pasti akan membuat heboh,” kata salah satu anak itu.

“Ya, kau cosplay jadi karakter anime, yang rambutnya mirip punyamu,” tukas temannya.

“Atau kau ganti warna rambutmu, begitu mengganggu tahu, atau ada teman-temanmu lagi, yang mempunyai rambut seheboh kamu, benar kan bos,” timpal temanya yang satu lagi.

“Mungkin lebih baik kita makan saja rambutnya, benarkan?” kata  Danang, atau bos mereka.

“Lagian kenapa sih harus diunguin? Rambutnya, seragam kita aja udah serba ungu, ini rambutnya sekalian, luntur Bu?” ejek Danang. Dan teman-temannya Si kembar Dono dan Doni, serta Armis tertawa mengejek. Gadis itu hanya diam, meskipun Danang memuntir-muntir rambutnya. Lalu ia menempis lengan Danang, dan anak itu tersentak. Ia lalu mendorong gadis itu, dan gadis itu menabrak loker yang ada di belakangnya. Gadis itu menatap mereka dengan tatapan kosong.

“Maaf saja. Makanya jangan suka datang ke tempat yang sepi kalau gak mau diganggu! Lagian kita gak bakalan ngapa-ngapain kayak preman dijalan,” kata Danang tersenyum miring, juga teman-temannya.

“Ohh, boleh saja ketempat yang sepi, akan lebih menyenangkan lagi, bila gak ada pengganggu seperti kalian.”

Tiba-tiba ada sebuah suara dan mereka tersentak kaget lalu berbalik melihat siapa disana. Dan tidak menyangka Danil berdiri disana.

“Kalian tahu, jika kalian tau banyak soal fashion dan seni mode, kalian tidak usah banyak berkomentar yang, bisa dibilang tidak PENTING, kepada orang itu, karena kalian juga tidak mengertikan. Dan juga apa melakukan hal itu tidak membuang waktu kalian, atau membuat kalian lebih pintar, lagi. Hmm, biar kupikirkan. Ohh, aku tau! Jawabannya yang pasti kalian sangat tidak suka. Dan jawabannya adalah Tidak, kalian hanya membuat diri kalian malu. Benarkan?” ujar Danil.

“Wow, terima kasih khotbahmu, Daliyel Dan kami juga tidak peduli dengan semua yang kau bilang tadi, dan ....” kata -kata  Danang terpotong.

“Kalian gak ngerti apa yang kumaksud, kan?”

“Oh, sudahlah ini bukan urusanmu, menurutmu karena kau anak kepsek kami takut padamu, tidak akan!” ujar Armis.

“Betul-betul!” kata  Dono dan Doni serempak.

“Mungkin, tapi aku bisa saja melaporkan kelakuan kalian, atau Falfayria pun akan melakukanya.”

“Hahh, dia gak bakal berani! Iya,kan, Fally? Kalau gak dia gak bakalan selamat,” ujar Danang sambil menepuk dahi Falfayria dengan tinjunya.

“Hmm, baguskan kalau begitu. Hukuman kalian jadi dobelkan?” ejek Danil.

Skakmat, pikir Danil. Muka Danang jadi merah karena marah, Armis mendengus kesal, ia melipat tangannya ke perutnya. Dono dan Doni saling berpandangan. Danil tersenyum puas, seperti ia baru dibeli barang yang ia inginkan dihari ulang tahunnya. Falfayria menunduk, memandang ke gelang mutiara kaca ungu di tangan kirinya.

“Kenapa, belum makan. Kok malahan bengong?” tanya Danil sambal berkacak pinggang yang membuat mereka makin gusar.

Geng Danang yang tadi mengitari Falfayria berbalik dan memandang Danil dengan ekspresi dingin.Tapi Danil tidak kelihatan takut, malahan ia tersenyum miring di depan mereka semua. Falfayria yang daritadi tidak peduli meskipun diganggu mereka hanya memperhatikan di balik punggung anak-anak itu.

Kemudian Danang tersenyum miring.

“Kau ingin babak-belur hari ini ya, Deyinil-el,” ejek Danang sambil berpandangan licik dengan Armis.

“Hmph, kenapa terburu-buru? Mau buat masalah lagi? Sepertinya jangan, lagian kan ....” kata -kata  Danil terputus.

“Kan, kami sudah bilang. Bukan urusan kami kau anak kepsek atau apa, dan memangnya kau dengan Fally itu apaan? Teman bukan apalagi pacar,” ledek Armis.

“Namaku Falfayria Thistle,” guman Falfayria.

“Aku gak peduli! Aku hanya tidak mau ada banyak pengganggu disini, terutama para pengecut yang hanya bisa mengganggu anak perempuan. Kayak 'banci' seperti kalian! Dan kalian aku takut dengan kalian, jangan mimpi!” ujar Danil dengan berani.

Falfayria yang menunduk kini memandang Danil. Dan anak-anak itu makin geram terutama Danang.

“Kenapa? Mau buat aku babak-belur silahkan saja. Toh, hukuman kalian makin numpuk.”

“Kau—” bentak Danang.      

“Kaliaaaannnn!!!” teriak Rayla yang berada di belakang mereka, dan terlihat sangat marah. Danang dan teman-temanya terperangah, dan Danil mengernyit. Falfayria melirik gadis itu.

“Ngapain kalian pada disitu? Udah tau persiapan pensi masih banyak, lagi pada sibuk, kalian malah disini gak jelas, buat apa coba? Bukan urusanku kalau kalian hukuman kalian disuruh membantu panitia pensi! Sekarang juga, cepat ke LAPANGAN!” Rayla mengoceh dengan nada sangat cepat sampai mereka terpatung termasuk Danil.

“Jadi itu hukuman kalian? Aku kira ngebersihin toilet,” kata Danil segera tersadar sambil melirik anak-anak itu.

Danang mengepal tangannya. Kemudian ia menatap Falfayria. Ia mengangkat alisnya dan memutar bola matanya ke samping. Tanda untuk Falfayria agar segera pergi dari tempat itu. Falfayria menurut. Diam-diam ia berlari kecil dan meninggalkan mereka semua. Danang dan teman-temannya tidak sadar gadis itu sudah hilang dibalik punggung mereka.

“Sebenarnya masih banyak, tapi jika tidak segera dilakukan akan lebih banyak lagi, dan sekarang kita lagi butuh orang untuk ngangkat barang-barang untuk pertunjukan pensi, jadi CEPETAAAN!!!” Rayla lebih garang lagi kali ini. Danang dan teman-temannya tersentak dan langsung lari ke lapangan.

“Wow, mereka tunduk juga pada wanita,” guman Danil yang tengah melihat Rayla, dengan temannya Salma. Rayla mendengus kesal lalu ia melihat Danil yang memandanginya. Lalu mendesah.

“Kau tahu Danil, pensi ini akan jadi lebih hebat lagi jika kau datang, maksudku kakek buyutmu membangun sekolah ini, dan ayahmu juga kepala sekolah,pasti sekolah lain akan terkesan,” kata  Rayla, kemarahannya berganti dengan kekecewaan.

Danil mengatup bibirnya rapat.

“Wakil Kepala Sekolah, ia sering bekerja di dinas, makanya jarang ke sekolah, kadang-kadang juga keluar kota” sahut Salma.

“Tetap aja! Lagipula mereka akan berpikir keren sekali jika Danil menjadi tamu istimewa atau tamu kehormatan kita, maksudku orang-orang juga berpikir ini pasti keren, kan? Lagian banyak yang nanya tentang keberadaan Danil, apalagi pas pensi karena penasaran. Dan aku sebagai ketua OSIS selalu mengundangnya untuk acara ini, dan kegiatan di luar lainnya, terutama kalau ada tamu dari luar. Tapi tidak, ia gak peduli untuk datang, sama sekali!

“Terima kasih untuk rinciannya. Dan, ya … aku tidak akan datang ke pensi nanti,” balas Danil

“Dan kau wakil ketua osis, aku juga,” Salma menjelaskan, Rayla memutar matanya.

“Ehhkh, jangan ungkit-ungkit hal itu, aku tidak percaya Budi Budiman bisa jadi ketua osis, emang apa bagusnya dia.”

“Jauh sih,” guman Danil, ia lalu berbalik, berjalan ketaman anggrek. Melewati tangga ke lorong. Meniggalkan gadis-gadis itu yang tengah mengobrol di samping air mancur dengan pancuran air bunga anggrek.

“Dan sekertaris osis yang bikin pusing itu, terlalu banyak gaya, dan kayak orang tolol,” guman Rayla yang daritadi kesal sendiri, Salma yang menatap pinggiran air mancur. Kemudian Rayla melihat dimana tadi Danil berada. Lalu ada anak laki-laki menghampiri mereka.

“Lihat, dia pergi begitu saja, benar-benar menyebalkan si Danniyaal itu,” kata Rayla sebal.

“Apa kau bertemu dengan anak pendiri sekolah ini? Enaknya jika sekelas dengannya. Tetapi ia sangat tertutup, mau diwawancarai mesti nolak atau gak kabur, terus...” kata anak itu.

“Halaah, sudahlah susah ngurusin tuh anak! Kenapa kau kesini?” tanya Rayla. Salma melirik anak itu.

“Kalian dipanggil oleh panitia dan ketua osis. Mereka memerlukan kalian,” jawabnya.

“Oh, gitu ayo Salma, kita pergi, makasih G-M-B.”

“Kenapa kau tidak memanggil dengan nama asliku Goerge Michael Bolton,” Gilang terkekeh.

“Gilang Mahmud Bardhan, udahlah gak usah banyak gaya!” sahut Salma agak kesal.

“Tau, tuh!” kata  Rayla kesal.

Mereka pun pergi ke lapangan meninggalkan anak itu yang masih diam disana.

“Ayolah jangan galak gitu! Aku, kan, ...? Eh! Hei tungguin dong.” Gilang beranjak pergi menyusul mereka.

Taman sekolah ini seperti dongeng saja. Dan gedungnya, seisi sekolah kenapa harus di cat UNGU. Meskipun bunga-bunga bergradasi ungu dari ujung sampai ujung lagi melingkari taman ini, apakah semuanya harus seperti kastil boneka, apa yang dipikirkan kakek buyutku waktu itu. Kakek bilang kakeknya bertemu dengan gadis dari negeri lain, dan saat ia diajak kesana, negeri putri itu suasananya seperti ini. Semuanya ungu, apa maksudnya? batin Danil.

Ia sudah berada di taman sekarang sambil memikirkan tentang arsitektur gedung sekolahnya. Ia lalu duduk diatas sandaran bangku taman, yang sepertinya sudah biasa dilakukannya. Ia lalu merogoh saku celananya dan menarik telepon pintarnya yang bewarna hitam, dengan cassing bergambar ruang angkasa yang gelap dipenuhi bintang-bintang yang berkelap-kelip. Ia menyalakan hpnya untuk mendengarkan musik, lalu menjejalkan headsetnya ke telinganya. Lagu Turn Down For What terdengar jelas ditelinganya, tapi tidak terdengar apapun di taman itu, sepertinya ia menyetel volume tidak keras, dan ia menyukai hal itu. Ia juga memainkan kepalanya, menggangguk-angguk, membiarkan rambutnya berkibas-kibas dan menari-nari. Falfayria yang tiba-tiba berjalan di area belakang taman melihat kelakuan Danil, tersennyum, cekikikan kecil. Danil masih mendengarkan musiknya, dan menyanyikan liriknya yang sesuai dengan lagu itu.

“Turn down for....what?” Nyanyian Danil terhenti saat ia melihat Falfayria cekikikan disana, awalnya bingung kenapa gadis itu tiba-tiba ada disana, saat Falfayria meliriknya, ia malahan tersenyum juga, lalu Falfayria berjalan lagi, sekilas memandang Danil dan kembali ke jalannya. Danil yang masih mengamati gadis itu agak penasaran kemana gadis itu akan pergi. Tidak ada teman,anak baru beberapa hari yang lalu sesudah ujian, tidak banyak bicara, rambutnya ungu. Kalian jika pernah melihat film Code Lyoko, pasti kenal Aelita. Gadis kecil itu terjebak di Dunia  Maya, penemuan ayahnya, lalu tiba-tiba ada anak-anak yang menyelamatkannya, dan membantunya bersekolah di sekolah mereka, dan ia berambut merah muda, memang bukan masalah di sekolah itu—yang sebenarnya sekolah ini juga seperti itu. Dan anak itu memang kata  ayah Danil suka datang kemari melihat-lihat, kadang-kadang masuk ke gedung sekolah. Ayah Danil curiga kepadanya, dan entah kenapa, akhirnya ia memasukkan gadis ini ke sekolah ini. Mungkin karena anak itu tidak sekolah, dan asal-usulnya, apalagi orang tuanya. Dan kadang-kadang ia sangat polos dan lugu, seperti memang tidak pernah sekolah sebemumnnya, tapi ia pintar dan cantik, juga kasihan, menurut ayah Danil. Dan Danil masih bertanya-tanya tentang anak ini, jika dia Aelita, mana teman yang lainnya. Atau ia sedang mencarinya. Atau ia keluar sendiri dan sedang merencanakan sesuatu, siapa yang tahu. Dan Danil memutuskan untuk mengukutinya, mengendap-ngendap. Mengamati lebih saksama.

Gadis itu melirik kesana-kemari, kadang-kadang menoleh ke belakang, Danil, langsung sembunyi dibalik tembok,semak-semak, atau benda lain agar tidak ketahuan, sepertinya ia ahli dalam hal seperti ini. Dan kemudian, putri masuk ke gudang sekolah, yang lumayan besar. Disana banyak barang-barang dari pertunjukan atau acara-acara sekolah yang juga banyak. Tidak terkunci jadi gadis itu masuk saja, Danil yang dibelakangnya mengamatinya di jendela, dan keanehan pun terjadi.

Gadis itu berdiri didepan cermin, ia memegang sesuatu seperti batu kristal. Tangannya menengadah dengan kristal itu diatasnya. Lalu tiba-tiba batu itu bersinar, sinarnya memantul  ke cermin seperti laser ungu. Dan cermin itu ikut bersinar, ada kemilau kerlap-kerlip di sinar itu seperti bintang dan gas di luar angkasa. Dan cahaya itu makin bersinar saat gadis itu mendekat ke cermin itu. Saking bersinarnya Danil tidak bisa melihat apa selanjutnya. Dan saat ia melihat lagi, ia sangat terkejut. Gadis yang bernama Falfayria itu, hilang.

Hilang bersama cahaya di cermin tadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status