Share

7. Cerberus

Sekitar 2 jam telah berlalu sejak kegiatan ini dimulai. Monster yang selalu kami temui hanyalah serigala. Karena sudah bosan melawan serigala yang lemah, satu demi satu anggota kelompok mulai merasa bosan. Tidak terkecuali kelompok Dicky. Galang yang telah mengalahkan puluhan serigala sendirian juga mengalami hal yang sama.

“Hah~, dari kemarin yang kita lawan hanya serigala saja. Membosankan”

Membunuh serigala sangatlah mudah dengan adanya sihir elemen. Dengan sekali serangan dari sihir elemen api saja sudah cukup untuk menumbangkannya. Padahal, pada saat dunia belum berubah, menaklukkan seekor serigala saja secara tradisional sangatlah sulit. Jika tidak ada yang namanya senjata api, aku pikir manusia juga tidak akan berani melawannya secara langsung.

Tetapi, efek dari kegiatan ini juga cukup besar. Disebabkan penggunaan sihir elemen yang masih belum dikuasai secara maksimal, pohon yang ada di pinggir jalan terbakar oleh serangan elemen api yang meleset, beberapa bangunan yang rusak, munculnya gundukan tanah dan dinding dimana-mana, dan ada hal sepele seperti membasahi jalanan sekitar.

Setelah cukup lama bertarung tanpa henti, kami beristirahat bersama. Dengan posisi duduk di tengah jalan besar, tidak jauh dari sekolah, semua grup berkumpul untuk berbagi informasi. Sejak kami keluar dari sekolah, kami sama sekali tidak melihat satu pun penduduk. Jangankan penduduk, kami hampir tidak melihat hewan-hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Apalagi tidak adanya satu mayat pun yang tergeletak ketika serigala buas memenuhi jalanan membuatku cukup yakin bahwa mereka lenyap, atau mungkin sekedar menghilang entah kemana.

Walaupun begitu, di daerah kami ini, beberapa mobil, motor, dan kendaraan umum lainnya berhamburan dimana-mana. Aku tidak tahu apakah masih dapat dikendarai atau tidak. Hanya saja, mereka mengabaikannya dan fokus dalam tujuan mereka. Tujuan mereka saat ini hanyalah tentang bagaimana untuk menaikan level dengan cepat, dan menjadi kuat.

Tanpa kami sadari, langit mulai berwarna kelabu, awan hitam perlahan menutupi langit biru. Mengetahui tidak lama lagi akan hujan, satu per satu mulai bangkit berdiri. Mereka segera mengambil kristal dari para serigala yang telah mati tadi.

Tak berselang lama, sebuah perasaan aneh menyelimuti diriku, itu membuat bulu kudukku secara tiba-tiba berdiri. Angin sepoi-sepoi yang sejak tadi menyejukkan badan tiba-tiba menghilang entah kemana. Merespon rasa takut, tubuhku merinding. Ternyata bukan hanya aku yang merasakannya. Perasaan ini seakan membuat kami segera ingin berlari meninggalkan tempat itu. Seperti halnya seekor mangsa yang sudah diincar oleh predator. Meski begitu, kami hanya dapat berdiri membeku di tempat kami.

“Ggrrr...”

Sebuah suara geraman kasar terdengar memecah keheningan, Suasana aneh yang kami rasakan tadi seketika berubah menjadi mencekam ketika suara itu terdengar. Berusaha untuk berpikir positif, Dicky berinisiatif untuk menenangkan yang lainnya,

“Semua tenang... Mungkin itu hanya suara serigala yang kesepian”

Berkat ucapan Dicky, beberapa tertawa. Itu perlahan membuat suasana tegang ini menjadi sedikit membaik. Meski berkata begitu, sebenarnya Dicky juga merasa takut. Sama seperti kami, dia hanya berdiri membatu ditempatnya.

“Grrrroooaar”

Sekali lagi, suara itu kembali terdengar. Kali ini suara itu terdengar lebih kasar dan lebih keras. Tetapi berkat itu juga, kami dapat mengetahui asal dari suara itu. Terpaku pada satu arah, kami semua menatap pada sebuah pintu garasi, di salah satu rumah, di dekat kami.

“Nossal, periksa rumah itu” ucap Dicky

Karena ketakutan dengan apa yang ada dibalik garasi itu. Kakiku rasanya tidak ingin mendekat ke sana. Melihat diriku yang terlihat tidak mau melakukan perintahnya. Dicky mengancamku,

“Cepat pergi kesana, atau akan kusetrum mati kau sekarang juga”

Ketakutan dengan ancaman Dicky. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa itu hanya serigala biasa. Perlahan aku mulai melangkahkan kakiku mendekati rumah itu. Berkali-kali, suara geraman yang sama terus terdengar. Ketika berada di depan pagar rumah tersebut, untuk sesaat keraguanku kembali. Itu membuatku menoleh kebelakang. Tatapan tajam dari semua orang mengarah padaku. Pilihannya adalah sebuah ketakutan oleh kematian yang pasti, atau sesuatu yang tidak diketahui. Karena aku ketakutan dengan ancaman Dicky tadi. Aku mulai melangkah masuk ke dalam pekarangan rumah itu.

Ketika aku berdiri tepat di depan garasi itu. sebuah garasi jenis rolling up door dari alumunium. Berdiri di sana sebuah hawa panas terasa dari baliknya. Seluruh badanku gemetar tanpa henti, bukti bahwa saat ini aku sangat ketakutan. Aku meraih pegangan untuk membuka garasi. Suara yang dihasilkan dari getaran tubuhku, membuat pintu garasi juga ikut bersuara. Secepat mungkin, dengan seluruh tenaga, aku mengangkat pintu garasi itu.

Pintu terbuka, mengeluarkan suara keras. Seketika itu juga, sesuatu dengan cepat melompat keluar, sesuatu yang tidak jelas. Itu melompat langsung ke tengah kerumunan. Beberapa detik kemudian, sesuatu melayang, terlempar dari kerumunan. Dengan singkat melayang, lalu mendarat di depanku, menggelinding ke arah kakiku. Itu adalah…

“HWAAAA!!!”

Seorang perempuan berteriak histeris. Perempuan itu histeris melihat kejadian singkat itu. Terganggu dengan teriakan perempuan itu, makhluk itu melancarkan serangan dengan kaki depannya. Secara singkat, tubuh perempuan itu terlontar ke sisi lain jalan, sebelum akhirnya berhenti setelah berbenturan dengan sebuah mobil.

Aku mengamati benda yang berada di bawahku. Sebuah potongan tangan berhenti menggelinding tepat setelah bersentuhan dengan kakiku. Belum ada 1 menit setelah aku membuka pintu garasi itu, tetapi 5 orang telah terbunuh oleh makhluk itu. Dan saat ini, monster itu sedang menikmati jamuan yang dibuatnya sendiri.

Melihat rekan-rekan kami dilahap oleh monster itu, kami hanya dapat diam tak bergerak sedikit pun. Tetapi berkat itu, kami akhirnya dapat mengetahui monster apa yang telah melakukannya hal mengerikan seperti itu.

“Serigala…”

Itu benar. Serigala. Setidaknya begitulah wujud tubuhnya itu. Dengan tinggi 2 kali tinggi kami, bulu berwarna merah gelap, cakar panjang nan tajam yang dapat dengan mudah mengoyak daging, dan yang paling utama adalah makhluk itu memiliki 3 kepala yang masing-masing terdapat belenggu rantai yang telah patah. Yang pertama kali bereaksi melihat wujud monster itu adalah Dicky. Dengan wajah pucat, dia teringat dengan seekor monster mitologi.

“Cerberus”

“Tapi tidak mungkin… Bagaimana makhluk mitologi sepertinya ada disini?” kata seorang mengutarakan ketidakpercayaannya 

“Bos… Lalu, apa yang harus kita lakukan?” tanya Lesmana yang kebetulan ada di sebelahnya.

Dicky yang saat itu sedang kebingungan mencoba berpikir bagaimana caranya lepas dari situasi ini. Berkali-kali, dia melihat ke arah langit lalu ke arah monster itu secara bergantian. Tidak lama kemudian, dia mengangguk seakan sudah mendapatkan sesuatu. Dia berbisik kepada 4 orang yang berada di dekatnya termasuk Lesmana. Kemudian keempat orang itu menyampaikan pesan itu secara berantai pada yang lain. Setelah itu, Dicky kembali melihat ke arah monster itu.

Tanpa diduga, sebuah serangan bola api meluncuk ke arah Cerberus itu. Ketika serangan itu mengenainya, dia tidak kesakitan sama sekali, bahkan api itu langsung padam ketika bersentuhan dengannya. Marah karena jamuan makannya telah diganggu, ketiga kepala monster itu terangkat dan menatap ke tiga arah berbeda

“Tidak mempan? Perubahan rencana, berikan aku waktu untuk bersiap” Dicky berbicara kepada Lesmana dan 3 lainnya

Dengan posisi telapak tangan terbuka, Dicky kembali mengarahkan pandangannya ke arah monster itu. Saling serang tidak terelakkan. Segala elemen sihir dilancarkan kepada Cerberus itu tapi tidak berdampak apa-apa kepadanya. Sebaliknya, satu per satu rekan kami dibantai oleh monster itu. Dalam waktu singkat, korban bertambah menjadi 8 orang, dan sepertinya akan terus bertambah. Meski serangan kami terlihat tidak berdampak apa-apa padanya, nyatanya itu membuat monster itu sedikit kebingungan. Itu menjadi sedikit keuntungan dengan memanfaatkan jumlah kami.

Selama beberapa menit, angka kematian berhasil ditekan untuk sementara. Tetapi, hal buruk kembali terjadi, mengeluarkan sihir elemen tanpa henti mengakibatkan sejumlah elementalist kehabisan tenaga. yang artinya kami tidak dapat membingungkan Cerberus itu kembali. Perlahan, jumlah serangan mulai berkurang, seakan mengetahui hal itu, Cerberus itu bersiap menyerang kembali, kali ini pandangannya tertuju pada 4 orang yang saling berdekatan dan salah satu dari mereka adalah Rinjani.

“Bos” teriak Galang pada Dicky

“Berisik! Aku juga kesulitan saat ini” jawab Dicky

Saat ini, bahkan Galang, Lesmana, dan Fitri sudah tidak dapat menggunakan sihir. Tepat ketika sihir terakhir mengenai Cerberus. Dia melompat, menerjang ke arah targetnya. Diriku yang dari tadi hanya diam dan melihat. Terbayang senyuman Rinjani tadi. Meskipun takut dan tidak dapat membantu apa pun. Aku mencoba memberanikan diriku sekali lagi. Meski kakiku terasa berat, aku berjalan mendekati monster itu.

1 korban telah tumbang dengan setelah menerima cakaran monster itu. Melihat itu, aku mempercepat langkahku. Meski mungkin hanya kebaikan sederhana, dia tetap sudah membantuku. Wajahnya yang terlihat manis, baik, dan polos. Apa seperti ini rasanya mabuk cinta? Tidak, mungkin hanya sebatas suka. Cinta monyet.

Korban kedua tumbang karena dilahap oleh salah satu kepala Cerberus itu, dan yang ketiga mati tertusuk cakar monster itu. Saat ini, Rinjani berada tepat di depan monster itu. Dia terduduk sambil menangis. Melihat ketiga orang di dekatnya terbunuh secara brutal. Sebuah kejadian yang memalukan terjadi tepat di depan mataku. Rinjani, seorang perempuan yang disukai kebanyakan lelaki di sekolah kami… mengompol karena ketakutan.

Cerberus itu menatap ke arahnya.

“Bos!!” teriak Galang

Tanpa berlama-lama, monster itu mengayunkan cakarnya ke arah Rinjani. Tetapi sebelum mengenainya, aku mendorong Rinjani menjauh. Sebagai gantinya, aku lah yang terkena serangannya. Akibatnya, aku terlempar, terseret jauh akibat serangannya tersebut. Melihat diriku yang tiba-tiba muncul entah dari mana, membuat monster itu mengalihkan pandangannya ke arahku, kemudian mendekatiku.

Beruntung, serangan tadi tidak mengenai cakarnya. Jika tidak, aku pasti sudah berada di alam lain. Tetapi, bukan berarti aku tidak terluka. Malahan, aku mendapat luka yang cukup parah. Sepertinya tangan kiriku patah, pergelangan kakiku terkilir, dan terdapat banyak luka lecet akibat terseret di atas aspal. Akibatnya aku hanya dapat terbaring di atas jalan beraspal. Rasa sakit yang diakibatkan dari serangan itu sungguh luar biasa. Itu memunculkan kembali rasa takut akan kematian. Tidak berhenti di situ, melihat Cerberus itu menargetkanku, membuat jantungku berdetak tidak karuan.Seakan mengejekku, dia berjalan pelan mendekatiku.

Awan gelap semakin berwarna hitam, disertai gemuruh beberapa kali. Itu membuat suasana semakin suram, seakan alam sudah memberi restu terhadap kematianku.

Ternyata, tidak seperti yang aku bayangkan. Tiba-tiba, sebuah kilat menyambar ke arah Cerberus itu. Cahaya kilat yang sangat terang itu menyebabkan penglihatanku terganggu untuk sesaat. Begitu juga dengan suara keras dari benturan yang dihasilkan.

Ketika itu, aku sempat berharap agar monster mengerikan itu sudah lenyap akibat kilat itu. Sayangnya tidak semudah itu. ketika penglihatanku perlahan kembali, aku melihat dirinya masih berdiri tegak dan tetap tidak terluka. Itu hanya membuat sedikit bulunya terbakar.

“Tidak mempan?”

Begitulah pikirku dengan putus asa. Tetapi, tidak seperti itu. Setelah beberapa saat, dia perlahan kehilangan tenaga dan terduduk. Dia terlihat marah tetapi sepertinya dia tidak dapat bergerak. Itu adalah efek yang sama ketika Dicky menggunakan serangan elemen petir sebelumnya.

Ketika aku merasa sedikit lega. Secara tiba-tiba, tanah di sekitarku dan monster itu bergetar diikuti retakan yang muncul di aspal.

“Eh!? Apa...”

Retakan itu membesar, kemudian tanah terangkat, Membuat sebuah kubah berbentuk setengah lingkaran, mengurungku di dalamnya. Bukan hanya diriku saja, melainkan bersama dengan Cerberus itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status