Share

8. Fakta Yang Mengejutkan

Beberapa detik yang lalu...

“BOSS!!!” teriak Galang kepada bosnya.

Melihat Rinjani yang nyawanya sedang terancam membuat Galang meneriaki bossnya sendiri. Sebenarnya, dia ingin membantu Rinjani dengan tangannya sendiri. Tetapi, dia tidak berdaya. Serangan bola apinya tidak menimbulkan apa-apa kepada monster itu.

Saat ini, semua mata terus menatap kearah Cerberus itu. Tanpa bisa mengalihkan pandangannya, Semua yang ada disini dipaksa melihat teman-teman mereka, terbunuh satu per satu dengan cukup mengenaskan. Dan sepertinya, sebentar lagi akan korbannya akan kembali bertambah

Melihat itu, wajah galang mulai memucat. melihat Rinjani yang akan mati tepat dihadapannya. Seakan tidak ingin menerimanya begitu saja, dia mulai berlari.

Lesmana yang kebetulan berada di dekatnya, setelah memberikan pesan berantai, menggenggam tangan temannya itu.

“Hentikan! Jika kau pergi kesana, kau hanya mengantarkan nyawamu saja” ucapnya untuk menghentikan Galang

“Tapi--”

Tidak tahu apa yang terjadi, Galang menitihkan air mata. 

“Aku paham... Lagipula aku adalah teman dekatmu”

Dengan lemas, galang terduduk diatas aspal, dan memukulnya. Dia sungguh kesal karena ketidakmampuannya berbuat apapun

Bertepatan dengan itu, suara hantaman keras terdengar. Karena terkejut, Mereka berdua langsung mengarahkan mata mereka ke arah monster itu. Disana, mereka melihat Rinjani yang selamat, dan Cerberus yang mulai berjalan menjauhinya.

Sementara itu di lain sisi...

“Rokka, bersiaplah. Gunakan itu” ucap Dicky cukup keras pada Rokka yang berada cukup jauh darinya

Dicky melirik lalu melihat anggukan Rokka. Setelah itu, Dicky mengangkat tangan kanannya perlahan, lalu melihat tajam ke arah Cerberus yang sedang mendekati Nossal.

Dicky mengayunkan tangannya ke bawah.

“Thunder”

Tepat setelah dia mengatakan itu, dari tengah awan gelap, Muncul sebuah kilat yang kemudian menyambar tepat ke arah Cerberus itu. Seakan kilat itu sudah dikendalikan untuk mengarah kepada monster itu.

Cahaya yang menyilaukan menyebabkan orang melihatnya menjadi buta sejenak. Yang kemudian diikuti suara menggelegar yang menggetarkan telinga.

Setelah semua itu sudah lewat. mereka yang melihat itu, langsung tahu siapa yang dapat menggunakan serangan itu. Mereka menoleh ke arah Dicky yang tampak terengah-engah.

“Sekarang!!” teriak Dicky pada Rokka

Rokka yang sudah bersiap, berjongkok, dan meletakkan kedua tangannya di atas tanah. Tak disangka, sebuah getaran terasa dari bawah tanah, diikuti retakan di atas aspal. Retakan tersebut perlahan melebar, dan akhirnya tanah terangkat mengurung Nossal dan Cerberus itu

***

“Ada apa ini” ucapku dalam hati, sambil menahan rasa sakit di seluruh badan akibat serangan monster itu. Aku bertanya-tanya apa yang telah terjadi.

Aku dikelilingi oleh sebuah kubah berbentuk setengah lingkaran. Awalnya tampak kokoh, tetapi tidak butuh waktu lama, pada beberapa bagian mulai retak. hingga akhirnya muncul beberapa lubang. Ada yang besar, ada pula yang kecil. Tapi sayangnya tidak ada yang seukuran tubuh manusia.

Aku benar-benar terjebak di dalamnya. Dan yang lebih buruknya, aku terjebak bersama monster yang telah membunuh beberapa orang dengan sekali serangan.

Perlahan aku berdiri, tapi rasanya sungguh berat. Sebagai tumpuan, aku hanya dapat menggunakan tangan kanan, karena tangan kiriku tidak dapat digerakkan. Bahkan ketika berjalan aku harus menyeret kaki kananku yang terkilir.

Meski sulit, aku memaksakan diriku untuk berjalan mendekati lubang yang paling besar. Perlahan aku mencoba memasukkan kepalaku untuk keluar dari tempat ini. Tapi karena terlalu sempit dan membuatku kesakitan, aku menghentikannya

Aku mencoba melirik ke arah Cerberus, untuk memastikan kembali keadaannya. Dengan ketakutan aku menoleh kearahnya. Aku sedikit lega akan apa yang kulihat. Dia masih disana dengan ketiga kepalanya terus menerus menggeram.

Jika aliran listrik saja bisa membuat tangan Dicky lumpuh cukup lama. Serangan sekelas sambaran petir tadi pasti membutuhkan waktu lama untuk dapat bergerak kembali

Meski begitu, aku tidak boleh menurunkan kewaspadaan. tidak ada jaminan aku akan tetap aman. Malahan harusnya aku tidak bisa tenang. Karena saat ini aku sedang terkurung. Dan tidak ada jaminan kapan aku dapat bebas dari kurungan ini

Oleh karena itu, aku kembali melihat keluar. Disitu, aku dikejutkan oleh wajah Dicky yang muncul tiba-tiba. 

“Ya, Nossal. Kau masih hidup rupanya” tanya Dicky dengan wajah mengejek

“A-apa yang kau lakukan. Bebaskan a--”

“—bla bla bla. Simpan ocehan bodohmu. Ada orang lain yang ingin aku pertemukan denganmu”

Setelah mengatakan itu, dia menoleh lalu memanggil seseorang. Aku mendengar suara langkah seseorang selama beberapa saat, hingga akhirnya suara itu lenyap karena berhenti

“Silahkan kalian bicara sebentar” kata Dicky sebelum menghilang dari depan lubang.

Ketika Dicky menghilang, tempatnya digantikan oleh orang lain, pemuda itu berdiri tepat di depan lubang dengan kepala menunduk. Tetapi, meski begitu aku masih mengenali pemuda itu. Dia adalah Rokka.

Aku lega ketika melihatnya. tampaknya dia tidak terluka. Hanya saja wajahnya sedikit tampak murung dan berwarna putih pucat.

“Syukurlah, kau tidak terluka bukan?” tanyaku. Bagaimanapun aku cemas dengannya, Melihat beberapa hal yang terjadi sebelumnya.

Tetapi dia hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aku penasaran apa yang terjadi dengannya. Bahkan, bukan sekali ini saja dia mengabaikanku. Sudah sejak hari kejadian kemunculan sihir pertama kali itu. Kami bahkan belum berbicara sama sekali.

“Apakah aku ada salah?” tanyaku

“Tch... Masih belum sadar juga”

“Hah? Kau bilang sesuatu?” suaranya yang begitu kecil tidak sampai ke telingaku.

Tiba-tiba dari belakang Rokka. Seseorang menepuk bahunya, Lalu menariknya mundur sedikit. Sekali lagi Dicky muncul. Dialah yang menepuk bahu Rokka.

“Kau tahu Nossal, siapa orang paling berbakat menggunakan elemen tanah bukan?”

*Deg

Jantungku tiba-tiba berdetak dengan kencang.

“Tidak.... Itu tidak mungkin” aku tidak ingin percaya apa yang sedang kupikirkan.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Rokka. Dia mengangkat kepalanya, pandangan mata kami bertemu. Entah kenapa, aku merasakan pandangannya sama dengan mereka.

Pandangan seakan mereka sedang melihat sesuatu yang menjijikkan, dan tidak menginginkan keberadaanku

“Tepat sekali!!”

Entah kenapa, Dicky sangat bahagia saat mengatakan hal itu. Sebegitu menyenangkannyakah menghancurkan hidupku.

“Rokka, itu bohong bukan?”

Sekali lagi dia tidak menjawabnya. Perlahan tatapan matanya membuatku ketakutan.

“Rokka? kita ini teman bukan”

“Percuma, aku telah memberitahunya tentang kejadian 8 tahun yang lalu” ucap Dicky.

“Apa yang kau katakan, apa hubungannya dengan Rokka?” tanyaku pada Dicky

“Kenapa kau bertanya padaku, tanya saja pada temanmu ini” ujarnya sambil menepuk bahu Rokka

Meskipun begitu, Rokka masih saja tidak menjawab pertanyaanku. Tidak lama kemudian dia menggigit bibirnya, lalu perlahan membuka mulutnya.

“8 tahun yang lalu. Kejadian mengerikan dimana beberapa hewan buas keluar dari kandang. 23 terluka 10 tewas ditempat kejadian”

Mendengar yang dikatakan Rokka, membuatku teringat kejadian itu. Kejadian yang menjadi penyebab semua kesengsaraanku selama ini.

Perutku mual ketika teringat seekor harimau menggigit kaki seseorang yang mencoba melarikan diri. Saling dorong- dorong membuat seorang anak kecil jatuh ke kandang buaya.

Aku mencoba untuk melupakan hal mengerikan yang terjadi saat itu. tetapi sekali lagi Rokka bertanya

“Apa kau tahu bahwa kedua orang tuaku adalah salah satu petugas di kebun binatang itu?” tanya Rokka kepadaku

“...”

“Selama ini tidak ada yang memberitahukan kepadaku, apa yang terjadi pada kedua orang tuaku saat itu” lanjutnya

Aku hanya terdiam mendengar fakta itu.

“Hingga akhirnya Dicky memberitahuku”

Aku memidahkan pandanganku ke arah Dicky. Dari belakang Rokka, dia tersenyum lebar ke arahku.

“Ya, itu benar. Aku memberitahukan hal itu padanya. Bahwa kaulah pelaku dari lepasnya para hewan buas dikebun binatang saat itu”  ujar Dicky sambil merangkul Rokka

“Rokka. Jadi orang tuamu juga—” tanyaku sambil menahan ketakutan

“Sialan kau, akan kubunuh kau!!!” tiba-tiba dia menerjang memasukkan tangannya ke dalam lubang yang kugunakan untuk melihat.

Karena terkejut, aku mundur beberapa langkah. Tapi karena kakiku sedang tidak sehat aku kehilangan keseimbangan lalu jatuh

Dari luar, aku mendengar suara Dicky menenangkan Rokka. Kemudian diikuti suara langkah kaki yang perlahan terdengar menjauh. Aku mencoba kembali untuk berdiri.

Ketika aku melihat kembali dari dalam lubang, Rokka sudah tidak ada disana. Hanya menyisakan Dicky.

Dia mendekat, lalu berkata kepadaku. “Lihat apa yang telah kau perbuat. Kau telah mengecewakan satu-satunya temanmu” sambil menahan tawa

“Bajingan kau. Jika melihat ke masa lalu, itu bukanlah sepenuhnya kesalahanku. Kaulah yang menyuruhku saat itu”

“Apa yang kau katakan” ejeknya padaku

Perlahan aku merasa kemarahan mulai merasukiku. Jika saja saat itu aku tidak menuruti perintahnya. Hidupku pasti tidak akan menjadi seperti ini.

Mengingat hal itu membuatku kesal, betapa tololnya aku saat itu. Brengsek. 

“Sialan, bebaskan aku. Akan kubunuh kau”

“Boss, ayo kita kembali” suara seseorang memanggil

“Oh, kunantikan hal itu. Kutunggu hingga saat itu tiba. Pertama, kau harus bertahan hidup terlebih dahulu” dia mengatakan itu sambil menunjuk kebelakangku.

“Hwhahwhah”

Dia berjalan menjauhi tempat ini hingga akhirnya sosoknya hilang di sebuah belokan

“Woy, brengsek!! kembali kesini, aku belum selesai denganmu. SIALAN!!!”

....

Setelah keadaan menjadi kembali senyap, suara yang menakutkan kembali terdengar

“Grrrrrrr” sempat kuhiraukan selama beberapa saat. Aku kembali sadar bahwa dibelakangku, masih ada sosok yang mengancam nyawaku.

Dan saat ini, makhluk itu sudah dapat kembali bergerak. Hal pertama yang dilakukan makhluk itu adalah berbalik, menghadap kepadaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status