Fate Of The Mates

Fate Of The Mates

last updateLast Updated : 2022-10-13
By:  Rain ShawCompleted
Language: English
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
50Chapters
5.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Raven had lived the best life she could in the Black Moon pack. With an adoring mate and twin pups, she has never doubted they could face anything together as a couple or as a pack. Until war was declared. After having left her side to join the enemy, her mate Rafe has now returned to her and brings the news that the enemy is dead. With that news the council believes there is no longer a threat of war. Raven knows better. Something is not right with Rafe or the world outside their pack. Beginning a journey that will forever change her, secrets are now unfolding, and sides are shifting. She doesn’t know what to believe anymore. In a race against time to save her mate and stop this war, Raven accepts that when it comes to love and peace, there are no lengths one wouldn’t go to, to win.

View More

Chapter 1

Prologue

[Temui aku di paviliun kosong belakang taman!]

Darline membaca pesan chat dari Willson yang baru saja masuk. Ada rasa sesak yang menyelinap saat membaca pesan yang tidak disertai sapaan untuknya sama sekali.

Meski begitu, Darline sudah tidak heran lagi karena begitulah cara suaminya itu bersikap dan bertutur kata. Keras dan kasar.

Namun, yang membuatnya heran kali ini adalah kenapa Willson mengajaknya bertemu di tempat seperti itu, sedangkan saat ini mereka sedang berada di pesta ulang tahun kakek Willson. Akan aneh jika mengajak bertemu di ruang kosong.

“Maaf, ya, semuanya, aku harus temui Willson sebentar.”

Darline akhirnya mengangkat wajah dan berujar pada tiga temannya yang lain, yang sedang asyik membahas topik yang teramat seru menurut mereka.

Saat ini, dia memang sedang berbincang dengan teman-temannya sesama wanita. Willson pun sedang berkumpul dengan temannya sendiri.

Jika memang ingin bertemu, Willson tinggal mendatanginya saja, tidak perlu mengajak bertemu di tempat kosong. Seharusnya seperti itu.

“Yaaah, kok sudah mau pergi, Lin? Baru juga mau dengerin wejangan dari kamu gimana caranya meraih klimaks beruntun dalam satu sesi percintaan, secara kan kamu pakarnya. Kamu sudah tiga tahun menikah, sedangkan kita-kita ini baru beberapa bulan saja menikah.”

Justru itu,’ batin Darline miris meskipun dia melempar senyum pada teman-temannya itu.

Biar bagaimana pun dia merasa terselamatkan oleh pesan Willson ini seberapa pun anehnya. Setidaknya, dia jadi mempunyai alasan untuk meninggalkan obrolan yang menyesakkan bersama teman-temannya itu.

Dia memang sudah tiga tahun menjadi istri Willson, tapi tak ada yang tahu bahwa selama tiga tahun itu belum sekalipun Darline pernah meraih klimaksnya. Willson selalu terburu-buru sehingga suaminya itu selesai di saat Darline masih berusaha keras mengumpulkan kenikmatannya sendiri.

Sangat ironis bagi Darline dengan pandangan teman-temannya terhadapnya saat ini tapi dia benar-benar tidak berniat untuk membahasnya.

Next time deh, oke?” sahut Darline lagi sambil bersiap pergi. Dia menyimpan ponsel dalam tas dompetnya lalu meneguk cocktail di tangannya di depan raut kecewa teman-temannya itu.

"Oke, Lin. Tapi next time beneran harus dijabarin sedetil-detilnya, ya?" sahut salah satu dari mereka yang langsung diiringi tawa dari yang lain.

Sekali lagi, Darline mengangguk dan tersenyum, lalu melambaikan tangannya untuk beranjak pergi dari sana.

Sepuluh menit kemudian, Darline sudah tiba di paviliun yang disebutkan Willson dalam pesannya.

Hanya saja, di mana Willson?

Darline tidak melihat suaminya itu di sana. Tidak ada orang satu pun di sana. Tempat itu teramat sunyi. Lalu, di mana Willson berada?

Darline terus menyusuri satu demi satu kamar untuk mencari Willson hingga ketika tiba di kamar paling ujung, Darline merasakan sepasang lengan kokoh tiba-tiba saja menyambar pinggangnya.

“Argh?!”

Dalam sekejap saja, Darline langsung terhempas ke atas tempat tidur yang empuk.

Belum sempat dia berpikir, bibir hangat yang menyeruakkan aroma rum mahal yang harum sudah membungkam bibir Darline. Sekejap kemudian, bibir itu sudah melahapnya dengan rakus dan liar.

Aroma harum dalam pagutan buas itu membuat rasa penasaran Darline akibat percakapan dengan teman-temannya tadi pun semakin menyeruak dan melilit dirinya hingga dia pun membalas pagutan dengan sama panasnya.

“Willson— Kenapa kamu mengajak—”

Darline berusaha di sela-sela cecapan panas mereka untuk bertanya, tapi jari tebal pria yang menciumnya tiba-tiba bertengger di bibirnya.

“Ssst! Nikmati saja ini. Aku sangat membutuhkanmu malam ini,” bisik pria itu dengan suara baritonnya yang mengandung serak-serak yang begitu maskulin.

“Tapi, Will—”

Darline berseru lagi tapi bibir pria itu tidak memberinya kesempatan untuk bicara lebih banyak lagi.

Semuanya tertelan begitu saja.

Tanpa bisa menahannya, Darline mulai menikmati aroma tubuh pria yang menindihnya, menyecap bibirnya, lalu menyapu leher dan sekujur tubuhnya, meski semua itu sangat berbeda dari Willson, suaminya.

Dia malahan berbisik lembut dan mendayu, “Kamu harum sekali malam ini ....”

Darline memang langsung tergila-gila dengan aroma anggur merah mahal yang melekat kuat di bibir pria itu. Itu saja sudah cukup untuk melumpuhkan segala akalnya.

Dia tak lagi mempertanyakan bagaimana kulit pria yang menindihnya ini bisa terasa sangat berbeda dari kulit Willson, suaminya.

Kulit pria ini sangat liat dengan tangannya yang terasa keras dan kencang.  

Darline juga bisa merasakan betapa kokoh perut dan lengan pria yang mengukungnya saat ini.

Bukan itu saja, pria ini begitu piawai dalam memanjakan dirinya di saat pemanasan mereka. Pria ini tahu di bagian mana dia harus menyentuh Darline sehingga wanita itu merasakan sengatan hasrat yang begitu tajam.

Sampai-sampai baru kali ini Darline harus menahan cengkeramannya begitu kuat pada seprai saat desiran hasrat itu sudah menghantamnya begitu saja.

Dengan mudah, Darline terlumpuhkan saat gairah menguasainya dan pada akhirnya wanita itu begitu saja menikmati setiap hujaman pria di dalam gelap ini.

Untuk pertama kalinya, Darline mampu merasakan bagaimana rasanya melayang menggapai langit ke-tujuh.

Ketika sinar matahari mengusiknya di pagi esok harinya, Darline masih sempat tersenyum bahagia menyadari untuk pertama kalinya dia terbangun dengan rasa yang begitu melambung, tidur yang begitu nyenyak, serta dirinya berada dalam pelukan Willson yang masih sangat harum.

Tidak pernah selama ini Willson memeluknya sepanjang malam saat tidur.

Baru kali ini.

Darline begitu bahagia. Segala perlakuan kasar Willson dalam sekejap langsung terlupakan olehnya.

Namun, begitu dia membalik tubuhnya dan melihat wajah dari sosok yang memeluknya erat dari belakang  sepanjang malam ini, Darline begitu terkejut dan sontak memekik hebat.

“Haaa?! Paman Hayden?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

reviews

toluawoteni
toluawoteni
Nice book I must say
2022-10-25 14:26:59
1
0
MiriGoogag
MiriGoogag
I’m really enjoying this story so far!! I can’t wait to see what happens next!
2022-04-02 07:51:22
1
0
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status