LOGINRaven had lived the best life she could in the Black Moon pack. With an adoring mate and twin pups, she has never doubted they could face anything together as a couple or as a pack. Until war was declared. After having left her side to join the enemy, her mate Rafe has now returned to her and brings the news that the enemy is dead. With that news the council believes there is no longer a threat of war. Raven knows better. Something is not right with Rafe or the world outside their pack. Beginning a journey that will forever change her, secrets are now unfolding, and sides are shifting. She doesn’t know what to believe anymore. In a race against time to save her mate and stop this war, Raven accepts that when it comes to love and peace, there are no lengths one wouldn’t go to, to win.
View More[Temui aku di paviliun kosong belakang taman!]
Darline membaca pesan chat dari Willson yang baru saja masuk. Ada rasa sesak yang menyelinap saat membaca pesan yang tidak disertai sapaan untuknya sama sekali.
Meski begitu, Darline sudah tidak heran lagi karena begitulah cara suaminya itu bersikap dan bertutur kata. Keras dan kasar.
Namun, yang membuatnya heran kali ini adalah kenapa Willson mengajaknya bertemu di tempat seperti itu, sedangkan saat ini mereka sedang berada di pesta ulang tahun kakek Willson. Akan aneh jika mengajak bertemu di ruang kosong.
“Maaf, ya, semuanya, aku harus temui Willson sebentar.”
Darline akhirnya mengangkat wajah dan berujar pada tiga temannya yang lain, yang sedang asyik membahas topik yang teramat seru menurut mereka.
Saat ini, dia memang sedang berbincang dengan teman-temannya sesama wanita. Willson pun sedang berkumpul dengan temannya sendiri.
Jika memang ingin bertemu, Willson tinggal mendatanginya saja, tidak perlu mengajak bertemu di tempat kosong. Seharusnya seperti itu.
“Yaaah, kok sudah mau pergi, Lin? Baru juga mau dengerin wejangan dari kamu gimana caranya meraih klimaks beruntun dalam satu sesi percintaan, secara kan kamu pakarnya. Kamu sudah tiga tahun menikah, sedangkan kita-kita ini baru beberapa bulan saja menikah.”
‘Justru itu,’ batin Darline miris meskipun dia melempar senyum pada teman-temannya itu.
Biar bagaimana pun dia merasa terselamatkan oleh pesan Willson ini seberapa pun anehnya. Setidaknya, dia jadi mempunyai alasan untuk meninggalkan obrolan yang menyesakkan bersama teman-temannya itu.
Dia memang sudah tiga tahun menjadi istri Willson, tapi tak ada yang tahu bahwa selama tiga tahun itu belum sekalipun Darline pernah meraih klimaksnya. Willson selalu terburu-buru sehingga suaminya itu selesai di saat Darline masih berusaha keras mengumpulkan kenikmatannya sendiri.
Sangat ironis bagi Darline dengan pandangan teman-temannya terhadapnya saat ini tapi dia benar-benar tidak berniat untuk membahasnya.
“Next time deh, oke?” sahut Darline lagi sambil bersiap pergi. Dia menyimpan ponsel dalam tas dompetnya lalu meneguk cocktail di tangannya di depan raut kecewa teman-temannya itu.
"Oke, Lin. Tapi next time beneran harus dijabarin sedetil-detilnya, ya?" sahut salah satu dari mereka yang langsung diiringi tawa dari yang lain.
Sekali lagi, Darline mengangguk dan tersenyum, lalu melambaikan tangannya untuk beranjak pergi dari sana.
Sepuluh menit kemudian, Darline sudah tiba di paviliun yang disebutkan Willson dalam pesannya.
Hanya saja, di mana Willson?
Darline tidak melihat suaminya itu di sana. Tidak ada orang satu pun di sana. Tempat itu teramat sunyi. Lalu, di mana Willson berada?
Darline terus menyusuri satu demi satu kamar untuk mencari Willson hingga ketika tiba di kamar paling ujung, Darline merasakan sepasang lengan kokoh tiba-tiba saja menyambar pinggangnya.
“Argh?!”
Dalam sekejap saja, Darline langsung terhempas ke atas tempat tidur yang empuk.
Belum sempat dia berpikir, bibir hangat yang menyeruakkan aroma rum mahal yang harum sudah membungkam bibir Darline. Sekejap kemudian, bibir itu sudah melahapnya dengan rakus dan liar.
Aroma harum dalam pagutan buas itu membuat rasa penasaran Darline akibat percakapan dengan teman-temannya tadi pun semakin menyeruak dan melilit dirinya hingga dia pun membalas pagutan dengan sama panasnya.
“Willson— Kenapa kamu mengajak—”
Darline berusaha di sela-sela cecapan panas mereka untuk bertanya, tapi jari tebal pria yang menciumnya tiba-tiba bertengger di bibirnya.
“Ssst! Nikmati saja ini. Aku sangat membutuhkanmu malam ini,” bisik pria itu dengan suara baritonnya yang mengandung serak-serak yang begitu maskulin.
“Tapi, Will—”
Darline berseru lagi tapi bibir pria itu tidak memberinya kesempatan untuk bicara lebih banyak lagi.
Semuanya tertelan begitu saja.
Tanpa bisa menahannya, Darline mulai menikmati aroma tubuh pria yang menindihnya, menyecap bibirnya, lalu menyapu leher dan sekujur tubuhnya, meski semua itu sangat berbeda dari Willson, suaminya.
Dia malahan berbisik lembut dan mendayu, “Kamu harum sekali malam ini ....”
Darline memang langsung tergila-gila dengan aroma anggur merah mahal yang melekat kuat di bibir pria itu. Itu saja sudah cukup untuk melumpuhkan segala akalnya.
Dia tak lagi mempertanyakan bagaimana kulit pria yang menindihnya ini bisa terasa sangat berbeda dari kulit Willson, suaminya.
Kulit pria ini sangat liat dengan tangannya yang terasa keras dan kencang.
Darline juga bisa merasakan betapa kokoh perut dan lengan pria yang mengukungnya saat ini.
Bukan itu saja, pria ini begitu piawai dalam memanjakan dirinya di saat pemanasan mereka. Pria ini tahu di bagian mana dia harus menyentuh Darline sehingga wanita itu merasakan sengatan hasrat yang begitu tajam.
Sampai-sampai baru kali ini Darline harus menahan cengkeramannya begitu kuat pada seprai saat desiran hasrat itu sudah menghantamnya begitu saja.
Dengan mudah, Darline terlumpuhkan saat gairah menguasainya dan pada akhirnya wanita itu begitu saja menikmati setiap hujaman pria di dalam gelap ini.
Untuk pertama kalinya, Darline mampu merasakan bagaimana rasanya melayang menggapai langit ke-tujuh.
Ketika sinar matahari mengusiknya di pagi esok harinya, Darline masih sempat tersenyum bahagia menyadari untuk pertama kalinya dia terbangun dengan rasa yang begitu melambung, tidur yang begitu nyenyak, serta dirinya berada dalam pelukan Willson yang masih sangat harum.
Tidak pernah selama ini Willson memeluknya sepanjang malam saat tidur.
Baru kali ini.
Darline begitu bahagia. Segala perlakuan kasar Willson dalam sekejap langsung terlupakan olehnya.
Namun, begitu dia membalik tubuhnya dan melihat wajah dari sosok yang memeluknya erat dari belakang sepanjang malam ini, Darline begitu terkejut dan sontak memekik hebat.
“Haaa?! Paman Hayden?”
RAFEAs I stand here looking across the yard, Raven’s beauty still makes me catch my breath. Right now, her head is thrown back in laughter at something Finn just said as Lucy laughs along with her. Despite the stress, she’s been under this last week. I’m glad she’s been able to find these moments with her friends while they are here visiting.As I walk, I see Marge crossing the yard on the opposite side of me and cringe, knowing what is coming. We both step up to the group and as I drop into the open chair, Marge turns to Raven.“Luna, may I have a word before you leave today, please?”Raven looks over at me with a resigned look before pasting on her smile and allowing a moment of her very limited time for a pack member.“Of course Marge.” She stands and leans down to hug Finn and Lucy. “I love you both. If I don’t get to see you again before you leave or we leave, please travel safely. We will talk soon.” With a sad smile, she walks off with Marge.“She is going to burn herself out
I take a moment and look over the crowd and I see families huddled together, hugging in grief. I see a woman standing by herself, staring up at the sky, her arms wrapped tightly around herself. She’s holding so tight it’s as if she’s imagining she’s in the arms of her lost love.My heart breaks for everyone here, for the women who lost their mates, the children who’ve lost a parent, and the families who lost a son, daughter, brother, or sister. For the ones who lost someone to the outside. I don’t know which loss is harder, never getting to see someone again but knowing they passed on valiantly. Or knowing your loved one is now on their own, living in a world apart from you with no magic or wolf. Always wondering how they are doing, if they are surviving. Even though they were banished, you can not banish love from the heart.“Good evening,” I say, letting my magic carry my voice so all can hear it.Once everyone’s attention is on me, I falter for a moment, trying to think of the righ
“Mom, stop,” Jasper whines and tries to escape my hold.I haven’t been able to leave the twins alone since we returned. To them, it was no big deal, and hugs of glad you made it home, and Jade said she knew we would return unharmed and successful, were all we received on our return.“Sorry, not sorry. I just love you so much.” I pull him in closer and plaster him with kisses all over his face.“Oh, you think that’s funny, do you? I guess it’s your turn,” I say to Jade, who’s sitting on the couch with Rafe, laughing at her twin.“No,” she squeals as I release Jasper and jump over the side of the couch, landing on both of them and pulling her down to me. Soon it’s me squealing as Jasper and Rafe tickle me, while Jade wiggles free.After our time roughhousing, we all sit laughing on the couch as one big family. I’m feeling the best I have in what feels like a very long time.It’s been two weeks since we returned, and tonight we will have an official memorial for all lives lost during the
“Raven, hold on to this, please.” Selene holds the Moonstone out to me.I take the stone and zip it into my vest. I step back as she floats above the ground, light emanating from her, causing me to squint.“Listen closely to my words, for I will not repeat myself, nor will I ever interfere again.”Her voice reaches everyone here. They have all risen to their feet and now give her their undivided attention; the fight is forgotten.“The mistakes I made with your ancestors have festered and have passed down to you to carry out. You are all my creation and are meant to live together and work together in harmony. What one of you excels at the other lacks and needs, and vice versa. I made you to need each other. Whether you get a witch or wolf as a mate or have one as your best friend, both types of relationships are equally important in your life.”People are shuffling their feet, listening to her. The wolves are eyeing the nearby witches wearily. I’m sure not quite believing they are supp












Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
reviews