*****
"Tidakk!"
Kelopak mata dengan netra biru itu terbuka lebar, napas anak itu memburu serta keringat dingin yang sudah membanjiri wajahnya.
Mimpi buruk lagi.
Tapi tunggu, memangnya tadi dia mimpi apa? Aneh, kenapa dia tidak mengingatnya sama sekali kali ini. Biasanya, dia akan selalu mengingatnya. Namun, untuk wajah orangnya dia tidak bisa ingat sama sekali.
Dia menoleh ke samping, sedikit terkejut kala melihat ibunya tertidur di sampingnya. Untung saja, teriakannya tidak membangunkan wanita itu.
Melihat wajah ibunya, membuat potongan ingatan tentang mimpinya yang sempat ia lupakan kembali.
Sekelebat ingatan tentang ibunya yang tak sadarkan diri sedang disandera di sebuah kursi dengan sebuah sihir dan kedua orang pria yang sedang bertarung hebat. Salah satunya tampak sedang melindungi ibunya.
Tubuhnya menegak kala melihat itu.
Entah kenapa, dia merasa bahwa itu
Happy reading....!
***** "Kau yakin?" Ucap Frank menatap khawatir kearah anak bersurai pirang platina dengan burung merah di bahunya itu. "Kau mengkhawatirkanku?" Tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya menggoda anak laki-laki bernetra hijau emerald itu. Frank menatap datar anak laki-laki di depannya. Membuat yang ditatap tertawa. "Sepertinya kau terlalu banyak bergaul dengan Dean dan Hardwin." Frank menyerahkan semprotan tak kasat mata kepada Felix. Anak laki-laki bernetra biru itu terkekeh pelan, "tidak juga." Begini maksudnya, semprotan tak kasat mata adalah nama sebuah benda. Semprotan ini mengandung sihir yang jika disemprotkan ke tubuh seseorang ataupun benda, maka seseorang maupun benda itu akan menjadi tak terlihat. Semprotan ini tidak ada di kalangan peri bermata manapun selain kalangan peri bermata hijau. Dengan kata lain, hanya peri bermata hijau yang bisa membuatnya. Frank menyerahkan semprotan itu kepada
*****Felix, Gazza, dan Lavender memandangi Air Terjun yang berada jauh di dalam hutan. Tentu saja mereka dengan susah payah sampai ke tempat ini."Kalian memikirkan hal yang sama denganku?" Tanya Lavender yang berada di tengah-tengah sambil menatap depan.Felix dan Gazza saling menolehkan kepalanya kearah anak perempuan itu, lalu perlahan mengangguk pelan.Sebenarnya, mereka sedang berpikir di mana letak peta itu. Iya, di Air Terjun. Tapi di bagian mana? Beginilah jika memberi petunjuk secara setengah-setengah. Membebani pikiran saja."Apakah dibuat tidak terlihat seperti kita?" Tanya Felix yang dihadiahi pukulan pelan di lengan anak itu oleh Lavender."Kau ini bodoh atau bagaimana? Jelas-jelas Frank bilang jika pengaruh dari Semprotan Tak Kasat Mata hanya beberapa jam, tidak ada yang lebih kuat dari itu," balas Lavender menatap Felix sengit. Sedang yang ditatap hanya cengo, padahal, kan, dia hanya berpendapat.
**** "Jangan, itu hanya tipuan," ucap Felix. Gazza dan Lavender sontak menoleh kearah anak itu. "Maksudmu?" "Jika kau menembaknya, orang yang membuat tipuan harimau ini akan tahu jika kita ingin mengambil peta itu," jelas Felix sambil menatap harimau yang masih diam, namun ekornya bergerak-gerak itu. Lavender dan Gazza lagi-lagi tak habis pikir bagaimana anak itu bisa mengetahui tentang ini semua. Padahal, Felix baru beberapa hari di sini. Menyadari ekspresi kedua temannya yang sepertinya bingung, dia menurunkan tangannya yang semula memegang panah milik Lavender. Anak bersurai pirang platina itu melipat bibirnya ke dalam lalu mengembuskan napasnya pelan. "Kemarin, aku sempat membaca di perpustakaan milik ibuku. Niatku ingin mencari tahu tentang apa saja kekuatan yang kumiliki. Tapi, tak sengaja aku menemukan buku tentang tipuan hewan buas yang dibuat untuk memergoki jika ada pencurian barang. Salah satunya sepe
***** Suara dentingan dari kedua pedang yang saling bertabrakan itu terdengar samar-samar karena banyaknya anak peri yang tengah berlatih di lapangan. "Ayo, Dean. Koinnya ada di atas perut kuda bagian kanan," Sorak Frank penuh semangat. Dean dan Hardwin sedang bertanding pedang dengan ketentuan, yang berhasil menjatuhkan kantong koin yang tergantung di kuda lawan adalah pemenangnya. Terkadang, kantong itu juga dapat di pindah oleh pemainnya menggunakan sihir. Dean menunduk dan berusaha memutus tali dari kantong itu, namun Hardwin berpindah tempat. Hal itu membuat dia mendengus kesal, sedangkan Hardwin sudah tertawa cekikikan. Anak laki-laki bernetra hazel itu memutar badan untuk menghadap kearah Hardwin yang dia rasa tengah berada di belakangnya. Namun, dia salah. Anak itu berada di samping kanannya, membuat kantung koin yang berada di perut kuda samping kirinya berhasil di putuskan talinya oleh Hardwin. "Yey!" Sorak Fr
*****"Wuhuuu! Semangat teman!"Teriakan yang berasal dari mulut Frank dan teman-temannya yang lain itu membuat anak laki-laki bersurai pirang platina yang kini sudah berbaris bersama peserta lain menatap sengit keempatnya yang sedang cekikikan di tribun penonton.Sore ini, pertandingan yang dimaksud oleh ibunya kemarin sedang berlangsung di sebuah stadion yang lapangannya berisi pasir.Tapi, kau tahu lombanya apa? Mengambil sebuah berlian biru yang berada di kepala sang naga. Artinya, harus mengalahkan naganya dahulu baru bisa mengambil berliannya.Perlombaan macam apa itu? Percobaan bunuh diri atau bagaimana? Yang punya ide ini pasti penyuka film petualangan semacam Harry Potter. Eh, Felix lupa jika di sini tidak ada hal semacam itu.Sebenarnya, tadi dia tidak mendaftarkan namanya sama sekali. Gila saja dia berani menantang maut seperti ini. Felix masih ingin berumur panjang. Jadi, dia hanya plonga-plongo tak
**** Anak laki-laki bersurai pirang platina itu menurunkan bahunya sambil mengembuskan napasnya pelan. Sekarang gilirannya, dan dia sangat—ah, dia tidak takut. Apa yang perlu ditakuti? Itu hanya seekor naga. Iya, itu hanya naga. Dia merapatkan genggamannya pada senjata panah yang tadi diberikan oleh panitia pengatur lomba kepadanya. Bohong, lah. Dia takut—sedikit. Bagaimana dia tidak takut? Keempat peserta lainnya saja bisa terkalahkan dengan mudah oleh naga itu. Padahal para peserta itu sudah termasuk jejeran anak-anak seumuran dia di negeri ini yang tak terkalahkan, kata Frank tadi. Yang kuat saja bisa dihempas dalam beberapa menit, bagaimana dengan dirinya yang bahkan baru saja belajar tentang kekuatannya? Mungkin hanya beberapa detik. Kenapa cepat sekali, ya? Dia baru saja datang beberapa hari yang lalu, namun mengapa dirinya sudah beberapa kali melalui hal besar dan masalah, mempelajari banyak hal tentang n
🐲🐲🐲🐲 Ssssshhhh! Dak! Byurrr! Felix menepuk pelan tanah di depannya, mencoba melindungi dirinya dengan mencoba mengeluarkan air asin dari tanah tempat Black Dragon berpijak menggunakan kekuatan airnya. Naga bersisik hitam itu terangkat ke atas udara karena semburan air dari tanah ulah Felix tadi yang begitu kuat dan banyak. Anak itu dengan cepat terbang menjauh dari sana untuk kembali ke stadion sebelum naga itu berhasil lolos. Ketika hampir sampai di stadion, matanya tak sengaja menangkap sebuah objek yang menurutnya sekarang sangat ia butuhkan sekarang ini. Senyumnya merekah kala menyadari apa itu. Itu apel dari pohon kembar. Kata Frank, jika ada yang memakan buah itu, orang yang memakannya akan menjadi tak kasat mata hanya pada orang yang dia ingin dirinya tak terlihat di mata orang itu, sedangkan untuk orang lain dia tetap terlihat. Atau dalam kata lain, te
***** Frank menepuk pundak Gazza kala melihat hal aneh yang dilakukan oleh pria bertudung yang berada di tribun sebelah mereka. "Lihat itu," ucap anak laki-laki bersurai hijau apel itu membuat Gazza serta Si Kembar Tak Bersaudara mengikuti arah pandangnya. Pria bertudung hitam yang hanya terlihat mulutnya saja itu menggerakkan bibirnya seperti sedang memantrai sesuatu. Gazza beralih menatap Black Dragon yang mulai mengendus-endus, padahal semula tidak. "Naga itu," ujarnya sambil menunjuk Black Dragon. Frank, Dean, dan Hardwin menoleh ke arah anak laki-laki bernetra abu-abu itu. "Dia telah memantrainya," sambungnya. Frank, Dean, dan Hardwin menatap khawatir Felix kala Black Dragon mulai bisa mencium kehadiran anak itu. Sedangkan Gazza mencoba berkomunikasi dengan Felix, siapa tahu kali ini akan berhasil. Dia bernapas lega saat Felix menatap pria bertudung itu. "Perasaanku sungguh tak