Share

4. Masa Lalu

Sesampainya di rumah, Daisuke langsung memakirkan mobilnya di depan halaman rumah karena sangking tak sabarnya Daisuke melompat tanpa membuka pintu mobilnya terlebih dulu.

Beruntung karena kap mobil milik Daisuke terbuka lebar sehingga Daiki langsung berlari masuk kedalam rumah. Bahkan dia sengaja bersekongkol dengan sang Kakak untuk mengerjai Ibunya.

 

Dia berpura-pura menjadi Daisuke untuk mengelabui seisi rumah. Nampak Daiki melangkah masuk, suasana rumah sama sekali tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang rumah itu masih terasa hangat.

 

Daiki sangat merindukan ibunya, rumah bahkan Satoshi laki-laki yang selalu menjaga ibunya sampai detik ini. Daiki termasuk orang yang sangat cuek bahkan ketika dalam keadaan sesedih apapun dia termasuk laki-laki yang pantang menitikkan air mata.

 

Namun tidak untuk hari itu matanya seketika memerah dan berkaca hampir saja air mengalir dari ujung matanya namun saat melihat Satoshi keluar dari ruang kerjanya Daiki langsung mengusap matanya yang basah.

 

"Paman Satoshi!" Daiki langsung berlari memeluk erat tubuhnya, membuat laki-laki itu kebingungan.

 

Tak biasanya ketika Daisuke datang dia hanya akan melemparkan senyum manis tanpa memeluk dirinya. Namun hari itu berbeda.

“Tuan muda, apa sesuatu terjadi padamu? Kau terlihat bahagia sekali" ucapnya sembari membalas pelukan Daik, dia belum sadar bahwa yang sedang dipeluknya adalah adik Daisuke.

 

Pandangan Satoshi seketika terarah ke pintu masuk, melihat orang yang sama antara orang yang sedang dipeluknya dengan orang yang berdiri tepat di tengah pintu membuat tubuhnya terpaku. Perlahan Satoshi melepaskan pelukannya.

Dengan raut wajah kebingungan Satoshi memandang ke arah Daiki dan Daisuke secara bergantian.

 

"Kau kenapa seperti orang kebingungan?"

 

Wajahnya pucat pasif saat melihat raut wajah Daiki seperti melihat hantu di siang bolong. Daiki pun menoleh dan melihat kakaknya yang tengah berdiri di belakang. Daiki kemudian tersenyum tipis.

 

"Daisuke, nak kau sudah pulang?" Teriak Izumie dari arah dalam pantry.

 

Meninggalkan Satoshi yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Daiki meminta kakaknya untuk tak pergi menemui Ibunya karena dialah yang akan pergi ke pantry untuk mengejutkan Izumie. 

 

Tanpa berucap Daiki langsung masuk kedalam pantry. Izumie sedang membuat kue namun kegiatannya terhenti saat mencium aroma wangi tubuh yang bukan berasal dari putranya.

Dia langsung menoleh menatap kedua bola mata yang tak asing di depannya. Izumie tahu dengan jelas bahwa itu bukanlah Daisuke. 

 

Daiki sempat tersenyum lebar namun saat melihat ekspresi wajah Ibunya berubah sedih senyumnya perlahan menghilang. Tanpa menyebutkan siapa dirinya, Daiki tahu kalau Ibunya curiga bahwa saat ini yang berdiri didepan matanya bukanlah Daisuke. Jika mengingat kebelakang harusnya mereka bisa hidup bahagia tanpa harus harus berpisah.

 

flash back on.

 

“Daisuke, Daiki kemari sayang jagoan-jagoan Ayah!” Takashi Nakagawa berencana untuk mengajak mereka pergi ke taman hiburan sebelum dia pergi ke Luar Negri beberapa bulan karena pekerjaannya.

 

“Ayo Ayah!” suara mungil yang keluar dari mulut Daiki membuat Takashi merasa gemas, dia merentangkan tangannya menyambut Daiki yang tengah berlari kearahnya.

 

Sementara Daisuke menggandeng tangan Ibunya, mereka melangkah keluar dari kamar. Keluarga Nakagawa terlihat begitu sangat bahagia. Mereka sangat kompak dalam segala hal apapun. Membuat tak sedikit di kalangan pebisnis yang iri melihat pasangan suami istri itu bekerja sama dengan baik untuk mencapai kesuksesan.

 

“Kau cantik sekali Izumie” pujinya kepada sang Istri yang begitu terlihat sangat cantik.

 

Izumie tersipu menundukkan wajah malunya.

 

“Ayah ini bukan waktunya untuk menggoda Ibu, yah!” Daiki yang tak sabar mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya agar Ayahnya segera melangkah menuju ke mobil.

 

“Iya sayaang” Takashi tersenyum malu ke arah Izumie karena tingkah Putranya.

 

Satoshi, supir pribadi keluarga Nakagawa membantu membuka pintu mobil untuk mereka. Satoshi sudah bekerja bertahun-tahun kepada mereka hingga sepertinya dia berencana mendedikasikan kehidupannya untuk keluarga Nakagawa. 

Namun di luar sana dia memiliki seorang istri yang sangat di cintai, kedua kakinya lumpuh karena kecelakaan. Dan ada satu hal lagi yang membuat sang Istri kecewa dengan dirinya sendiri, dia tak bisa memberikan anak untuk Satoshi karena mandul.

 

Melihat kebahagiaan si kembar dan Tuannya, membuat Satoshi terkadang iri. Namun di sisi lain dia sangat bahagia karena Takashi sangat percaya padanya.

 

Mereka sudah naik ke mobil dan Takashi berencana untuk menyetir sendiri membiarkan Satoshi beristirahat di rumah.

 

“Ayah ayo jalan!” teriak Daiki yang duduk di kursi samping supir dengan tak sabar.

 

                                        **********

 

Sepanjang jalan menuju ke tempat tujuan Daiki dan Daisuke membuat suasana kabin mobil ramai dengan suara cempreng mereka. Nyanyian yang mereka nyanyikan terkadang membuat Izumie dan Takashi tertawa karena lucu.

 

Setelah sampai di tempat tujuan si kembar tak sabar dan langsung melompat keluar begitu pintu mobil di buka.

“Sayang! Jangan lari jauh-jauh... Ibu bisa kehilanganmu nanti” Izumie berusaha mengejarbDaiki dan Daisuke yang berlari-larian di halaman parkir. Di sana sangat ramai pengunjung sehingga Izumie takut kalau mereka akan hilang.

 

Setelah membeli tiket Takashi mengajak mereka masuk, menikmati wahana permainan anak-anak. Seperri anak-anak pada umumnya Daiki dan Daisuke menikmati permainan sembai berlari-lari gembira.

 

Banyak sekali permainan yang mereka naiki, hingga matahari telah berganti arah. Hari menjelang sore si kembar yang tak mau diajak pulang pun berontak.

Terpaksa Izumie dan Takashi harus menggendong satu-satu putranya.

 

Sampai di depan gerbang yang sudah mau di tutup oleh penjaga, Daiki berusaha untuk meminta diturunkan dari gendongan. Sang Ayah yang tak tega akhirnya membiarkan Daiki turun dan memukul pagar besi menjulang tinggi di hadapannya.

 

“Buka! Aku masih ingin main di sini! Pak Satpam buka pak! Biarkan Daiki masuk!” upayanya tak berhasil, justru lelah yang dia dapat.

 

Sementara Izumie dan Takashi hanya saling melempar pandang menahan tawa ketika melihat tingkah putranya.

 

Daiki lelah akhirnya dia diam dan menoleh ke arah Kakaknya yang sedang berjalan menjauh.

“Daisuke! Kau mau pergi kemana?” teriaknya.

 

Sang Kakak tak menjawab dia terus berjalan menuju ke sisi ujung pagar yang melingkari taman itu.

 

“Kau tunggu di sini, aku akan mengambil mobilnya” ucap Takashi sembari mengusap lembut ujung rambut Istrinya.

 

“Um!” Izumie menganggukkan kepalanya.

 

Merasa penasaran Daiki pun mengikuti Kakaknya, ternyata Daisuke menghampiri seorang gadis kecil mengenakan pakaian lusuh. Gadis itu nampak sedang memunguti koin logam miliknya yang tercecer di jalan.

 

Daisuke merasa iba, dia akhirnya memberikan uang saku yang dia miliki sepenuhnya pada Gadis itu. Izumie yang melihatnya dari kejauhan pun tersenyum senang karena memiliki sepasang Putra yang sangat peduli dengan sesama.

 

“Kenapa kau memberinya uang, Kak?” ucap Daiki penasaran.

 

“Kasian dia, jadi aku berikan semua uang jajanku padanya” jelas Daisuke.

 

“Terimakasih semoga kau panjang umur dan sehat selalu” sahut gadis kecil itu dengan sangat gembira setelah menerima uang dari Daisuke.

 

Sementara Daiki kebingungan, dia ingin melakukan hal yang sama seperti Kakaknya namun dia tak memiliki uang sepeserpun karena yang jajannya selalu dia habiskan. 

Merasa tak ingin mengecewakan gadis kecil itu Daiki akhirnya melepaskan kalung pemberian orang tuanya lalu memberikannya kepada gadis itu.

 

“Daiki!” Daisuke meraih tangan Adiknya mencoba menghentikan.

“Kau, yakin ingin memberikan kalung ini padanya?” ucapnya ragu.

 

“Um!” Daiki mengangguk yakin, tak sedikitpun dia ragu memberikan kalung itu padanya.

“Aku yakin Ibu bisa memesan kalung sama seperti ini lagi untukku... tapi kesempatan aku memberinya kalung ini tak akan datang untuk yang kedua kali” jelasnya.

 

Daisuke pun melepaskan tangan Adiknya membiarkan Daiki memberikan kalung kembar yang di mana ternyata Daisuke juga memilikinya.

 

“Ini, aku tidak tahu apa kalung ini berguna untukmu. Tapi kau boleh menyimpannya siapa tahu nanti ketika sudah besar kita bisa bertemu lagi. Dan jika saat itu terjadi aku pasti akan langsung mengenalimu karena kalung ini.”

 

Wajahnya kotor banyak noda hitam karena lebanm dan juga gosong terkena sinar matahari. Yukie, si gadis kecil itu tersenyum setelah menerima kalung dari Daiki.

“Terimakasih, aku janji akan menjaga kalungnya.”

 

“Daiki ayo!” teriak Daisuke yang telah berlari terlebih dulu masuk ke dalam mobil.

 

Daiki pun menyusul Kakanya, seolah merasa kasihan meninggalkan gadis itu sendirian Daiki terlihat sesekali menoleh ke belakang mengawasi gadis itu.

“Kapan-kapan kita bertemu lagi di sini, ya!” teriaknya sebelum akhirnya Daiki masuk ke dalam mobil.

 

Yukie mengangguk, tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya ke arah mobil yang sudah melaju pergi.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status