Share

3. Bertemu Saudara Kembar

Daiki berjalan menuyusi trotoar menuju kembali ke rumah. Banyak sekali yang telah berubah dari kota itu selama dia tinggal di Amerika.

 

Kini dia telah menginjak kelas 2 SMA. Pindahnya dia ke Jepang berarti Daiki akan sekolah di tempat yang sama dengan Kakaknya, Daisuke. Kebetulan sang Ibu yang bernama Izumei Nakagawa adalah pemilik yayasan yang menaungi sekolah terbesar di mana Daisuke belajar.

Sehingga dengan mudah Daiki bisa masuk ke sekolah elite dengan semua murid memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Meskipun Daiki tak terlalu pandai dia yakin kalau Ibunya bisa membuat dirinya sekolah di sana.

Tingkahnya yang usil, tengil namun dingin dan suka berulah semaunya, pasti akan selalu membuat Kakaknya kerepotan.

Daiki melangkah sembari membuang pandangannya ke sekitar melihat bahwa kota itu sudah sangat berubah dan berbeda membuatnya sedikit bingung dan seperti kehilangan arah.

Tempat yang sangat familiar baginya adalah tempat tadi di mana Yukie berjualan bakpao karena dulu Daiki sering menghabiskan waktunya di sana dengan teman masa kecilnya.

 

Saat sedang asik-asiknya berjalan ada saja penggangu yang tiba-tiba menghadnag Daiki.

“Hei!” terlihat 3 orang lelaki menghadang jalannya. Dilihat dari cara berpakaian menunjukkan bahwa mereka sepertinya berandalan yang sering meminta bahkan tak segan merampas uang ke setiap pengguna jalan yang lewat.

 

Melihat tubuhnya yang gempal, lengan penuh dengan tato tak membuat nyali Daiki menciut. Selama tinggal di Amerika bersama Ayahnya si pemegang sabuk hitam dan menjuarai kompetisi Jujutsu sejak muda, Daiki selalu mendapat pelatihan bela diri dari Ayahnya.

 

Keahliannya kini menurun pada Daiki, semenjak berubuh 6 tahun dia tinggal bersama Ayahnya, Daiki sudah dilatih untuk mengenal Jujutsu. Sikap cuek, dingin dan tengilnya itu dia dapatkan dari Takashi Nakagawa, Ayahnya. Berbeda jauh denagn Daisuke yang hangat dan penuh kelembutan serta kasih sayang karena dia mendapatkan semua itu dari Izumie, Ibunya.

 

Daiki mengamati wajah mereka satu persatu dengan gaya tengilnya membuat ketua dari komplotan itu mendadak kesal karenanya.

“Mau apa kalian?” tanya Daiki dengan suara berat, tanpa rasa takut sedikitpun.

 

Melihat tatapan Daiki yang tajam membuat ketua yang memiliki tubuh paling besar itu merasa tertantang.

“Hei anak kecil! Berani-beraninya kau menatapku seperti itu! Serahkan semua uangmu padaku!” perintahnya sembari mengulurkan tangan. Laki-laki itu sengaja memamerkan otot di pergelangan tangannya yang nampak menonjol sengaja untuk membuat Daiki ketakutan.

 

Akan tetapi tak sedikitpun Daiki terpancing. Dia justru dengan santai melangkah maju melewati mereka bertiga menyingkirkan ketua komplotan karena menghalangi jalannya.

“Aku tidak ada waktu meladeni kalian! Menyingkir dari hadapanku!” dengan santai dia berucap dan melewati mereka begitu saja.

 

Ketua berandalan semakin terlihat geram dengan sikap Daiki, merasa tak terima karena telah di anggab remeh dia pun meraih pundak Daiki lalu menarik kemejanya sampai robek. Bukan karena ketua itu yang kuat namun Daiki yang terlalu kuat menahan tubuhnya agar tak tertarik kebelakang.

 

Daiki langsung menoleh menatap kemejanya yang robek di bagian pundaknya tak lama pandangannya beralih ke lelaki bertubuh gempal yang telah merusak pakaiannya.

“Kau! Siaalaaan!” 

 

Bugh!!

 

Daiki menghadiahi satu pukulan keras tepat di hidungnya hingga darah segar langsung mencuat keluar.

 

“Kau! Berani-beraninya merusak pakaian mahalku!!” Daiki hampir mendaratkan lagi satu pukulan di wajahnya namun dua lelaki lainnya berhasil menahan Daiki dengan meraih lengannya. Satu di sisi kiri dan satu lagi di sisi kanan.

 

“Kau berani memukul? Awas saja aku akan membalas lebih dari ini!” dia hampir memukul wajah Daiki yang berusaha berontak melepaskan diri, namun yang terkena pukulan justru anak buahnya sendiri.

Daiki dibuat tertawa karena bisa menghindar dari pukulannya.

 

Kedua lelaki itu nampak kualahan menjaga Daiki yang sangat kuat, mereka akhirnya melepaskan Daiki dan menyerang bersama. 1 lawan 3.

 

“Kenapa? Kalian tidak berani satu lawan satu? Sini maju bertiga... aku akan menghabisi kalian!” ocehan Daiki mendapat respon dari ketiga berandal itu dengan ekspresi wajah sedikit ketakutan.

“Kenapa? takut? Hah!” Daiki semakin berani melawan mereka.

 

Mereka bertiga akhirnya ramai-ramai menyerang Daiki. Berkat keahlian bela diri yang dia dapatkan dari Ayahnya membuat Daiki dengan mudah bisa mengalahkan mereka bertiga.

 

Dari kejauhan nampak mobil Daisuke yang melintas mencari keberadaan Adiknya. Melihat seseornag tengah di serang oleh 3 sekawan berandalan, Daisuke akhirnya menepikan mobilnya mendekati mereka lalu membunyikan klakson mobil untuk membuat mereka berhenti berkelahi.

 

Daiki yang hampir menang merasa jengkel karena terganggu dengan klakson mobilnya pun marah. Setelah 3 berandal itu lari menyelamatkan diri dia langsung menoleh dengan tatapan kesal.

“Astaga hampir saja aku mengalahkan mereka bertiga” gumamnya.

“Kau! Kenapa tiba-tiba datang dan mengganggu?!” Daiki masih mengamati laki-laki yang tengah menunduk sembari turun dari mobil.

 

Daisuke tak tahu bahwa yang dia tolong adalah adiknya, dia turun dari mobil karena ingin memastikan kondisi Daiki baik-baik saja.

“Kau tidak apa-a” ucapannya langsung terputus, melihat wajah lelaki didepannya sangat mirip dengan wajahnya merasa seperti sedang bercermin.

 

Begitu juga dengan Daiki, dia tak menyangka akhirnya bertemu kembali dengan sang Kakak. Mulutnya menganga speechless melihat wajahnya yang sangat mirip dengan dirinya.

 

“Daiki?” tawa bahagia itu langsung menghiasi wajahnya, dengan mata berbinar Daisuke langsung memeluk erat adiknya.

 

Daiki pun merasa sangat bahagia namun dia tak pandai mengekspresikan rasa bahagianya sehingga yang ada hanya rasa canggung dan senyum tipis yang terlihat.

 

Saking senangnya Daisuke sampai mencium pipi Daiki di sebelah kiri dan kanan.

“Mmmmmuah! Aku sangat merindukanmu.”

 

“Daisuke! Itu menggelikan! Semua orang melihat kita... menjauh dariku” Daiki berusaha mengusap pipi bekas ciuman Kakaknya. Dia bahkan mendorong tubuh Kakaknya agar menjauh.

 

“Ayolah Daiki apa kau tidak merindukanku? Berapa tahun kau meninggalkanku?” raut wajah Daisuke berubah muram setelah mendapat penolakan dari Daiki, karena dia ingin memeluk Adiknya lagi.

 

“Daisuke! jangan seperti ini, hentikan... aku juga, aku juga sebenarnya rindu” ucapnya lirih, Daiki termsauk orang yang tak bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya.

 

“Peluk aku sekali lagi, ya... aku mohon” Daisuke sampai menangkupkan kedua tangannya memohon di depan Daiki.

 

“Ya ampun Daisuke, berapa tahun kita tidak bertemu kenapa kau jadi melow seperti ini? Awas minggir tidak ada peluk-peluk... aku ingin segera pulang bertemu dengan Ibu” tanpa menghiraukan Kakaknya, Daiki langsung meloncat masuk ke dalam mobil.

 

Tak ada pilihan lain, Daisuke pun akhirnya memenuhi keinginan Adiknya.

 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Jasmin Mubarak
jujutsu pa jujitsu y sni bela dri x
goodnovel comment avatar
Noor Aqilah
burete typo, berumur jdi berubuh.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status