Daiki berjalan menuyusi trotoar menuju kembali ke rumah. Banyak sekali yang telah berubah dari kota itu selama dia tinggal di Amerika.
Kini dia telah menginjak kelas 2 SMA. Pindahnya dia ke Jepang berarti Daiki akan sekolah di tempat yang sama dengan Kakaknya, Daisuke. Kebetulan sang Ibu yang bernama Izumei Nakagawa adalah pemilik yayasan yang menaungi sekolah terbesar di mana Daisuke belajar.Sehingga dengan mudah Daiki bisa masuk ke sekolah elite dengan semua murid memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Meskipun Daiki tak terlalu pandai dia yakin kalau Ibunya bisa membuat dirinya sekolah di sana.Tingkahnya yang usil, tengil namun dingin dan suka berulah semaunya, pasti akan selalu membuat Kakaknya kerepotan.
Daiki melangkah sembari membuang pandangannya ke sekitar melihat bahwa kota itu sudah sangat berubah dan berbeda membuatnya sedikit bingung dan seperti kehilangan arah.
Tempat yang sangat familiar baginya adalah tempat tadi di mana Yukie berjualan bakpao karena dulu Daiki sering menghabiskan waktunya di sana dengan teman masa kecilnya. Saat sedang asik-asiknya berjalan ada saja penggangu yang tiba-tiba menghadnag Daiki.“Hei!” terlihat 3 orang lelaki menghadang jalannya. Dilihat dari cara berpakaian menunjukkan bahwa mereka sepertinya berandalan yang sering meminta bahkan tak segan merampas uang ke setiap pengguna jalan yang lewat. Melihat tubuhnya yang gempal, lengan penuh dengan tato tak membuat nyali Daiki menciut. Selama tinggal di Amerika bersama Ayahnya si pemegang sabuk hitam dan menjuarai kompetisi Jujutsu sejak muda, Daiki selalu mendapat pelatihan bela diri dari Ayahnya. Keahliannya kini menurun pada Daiki, semenjak berubuh 6 tahun dia tinggal bersama Ayahnya, Daiki sudah dilatih untuk mengenal Jujutsu. Sikap cuek, dingin dan tengilnya itu dia dapatkan dari Takashi Nakagawa, Ayahnya. Berbeda jauh denagn Daisuke yang hangat dan penuh kelembutan serta kasih sayang karena dia mendapatkan semua itu dari Izumie, Ibunya. Daiki mengamati wajah mereka satu persatu dengan gaya tengilnya membuat ketua dari komplotan itu mendadak kesal karenanya.“Mau apa kalian?” tanya Daiki dengan suara berat, tanpa rasa takut sedikitpun. Melihat tatapan Daiki yang tajam membuat ketua yang memiliki tubuh paling besar itu merasa tertantang.“Hei anak kecil! Berani-beraninya kau menatapku seperti itu! Serahkan semua uangmu padaku!” perintahnya sembari mengulurkan tangan. Laki-laki itu sengaja memamerkan otot di pergelangan tangannya yang nampak menonjol sengaja untuk membuat Daiki ketakutan. Akan tetapi tak sedikitpun Daiki terpancing. Dia justru dengan santai melangkah maju melewati mereka bertiga menyingkirkan ketua komplotan karena menghalangi jalannya.“Aku tidak ada waktu meladeni kalian! Menyingkir dari hadapanku!” dengan santai dia berucap dan melewati mereka begitu saja. Ketua berandalan semakin terlihat geram dengan sikap Daiki, merasa tak terima karena telah di anggab remeh dia pun meraih pundak Daiki lalu menarik kemejanya sampai robek. Bukan karena ketua itu yang kuat namun Daiki yang terlalu kuat menahan tubuhnya agar tak tertarik kebelakang. Daiki langsung menoleh menatap kemejanya yang robek di bagian pundaknya tak lama pandangannya beralih ke lelaki bertubuh gempal yang telah merusak pakaiannya.“Kau! Siaalaaan!” Bugh!! Daiki menghadiahi satu pukulan keras tepat di hidungnya hingga darah segar langsung mencuat keluar. “Kau! Berani-beraninya merusak pakaian mahalku!!” Daiki hampir mendaratkan lagi satu pukulan di wajahnya namun dua lelaki lainnya berhasil menahan Daiki dengan meraih lengannya. Satu di sisi kiri dan satu lagi di sisi kanan. “Kau berani memukul? Awas saja aku akan membalas lebih dari ini!” dia hampir memukul wajah Daiki yang berusaha berontak melepaskan diri, namun yang terkena pukulan justru anak buahnya sendiri.Daiki dibuat tertawa karena bisa menghindar dari pukulannya. Kedua lelaki itu nampak kualahan menjaga Daiki yang sangat kuat, mereka akhirnya melepaskan Daiki dan menyerang bersama. 1 lawan 3. “Kenapa? Kalian tidak berani satu lawan satu? Sini maju bertiga... aku akan menghabisi kalian!” ocehan Daiki mendapat respon dari ketiga berandal itu dengan ekspresi wajah sedikit ketakutan.“Kenapa? takut? Hah!” Daiki semakin berani melawan mereka. Mereka bertiga akhirnya ramai-ramai menyerang Daiki. Berkat keahlian bela diri yang dia dapatkan dari Ayahnya membuat Daiki dengan mudah bisa mengalahkan mereka bertiga. Dari kejauhan nampak mobil Daisuke yang melintas mencari keberadaan Adiknya. Melihat seseornag tengah di serang oleh 3 sekawan berandalan, Daisuke akhirnya menepikan mobilnya mendekati mereka lalu membunyikan klakson mobil untuk membuat mereka berhenti berkelahi. Daiki yang hampir menang merasa jengkel karena terganggu dengan klakson mobilnya pun marah. Setelah 3 berandal itu lari menyelamatkan diri dia langsung menoleh dengan tatapan kesal.“Astaga hampir saja aku mengalahkan mereka bertiga” gumamnya.“Kau! Kenapa tiba-tiba datang dan mengganggu?!” Daiki masih mengamati laki-laki yang tengah menunduk sembari turun dari mobil. Daisuke tak tahu bahwa yang dia tolong adalah adiknya, dia turun dari mobil karena ingin memastikan kondisi Daiki baik-baik saja.“Kau tidak apa-a” ucapannya langsung terputus, melihat wajah lelaki didepannya sangat mirip dengan wajahnya merasa seperti sedang bercermin. Begitu juga dengan Daiki, dia tak menyangka akhirnya bertemu kembali dengan sang Kakak. Mulutnya menganga speechless melihat wajahnya yang sangat mirip dengan dirinya. “Daiki?” tawa bahagia itu langsung menghiasi wajahnya, dengan mata berbinar Daisuke langsung memeluk erat adiknya. Daiki pun merasa sangat bahagia namun dia tak pandai mengekspresikan rasa bahagianya sehingga yang ada hanya rasa canggung dan senyum tipis yang terlihat. Saking senangnya Daisuke sampai mencium pipi Daiki di sebelah kiri dan kanan.“Mmmmmuah! Aku sangat merindukanmu.” “Daisuke! Itu menggelikan! Semua orang melihat kita... menjauh dariku” Daiki berusaha mengusap pipi bekas ciuman Kakaknya. Dia bahkan mendorong tubuh Kakaknya agar menjauh. “Ayolah Daiki apa kau tidak merindukanku? Berapa tahun kau meninggalkanku?” raut wajah Daisuke berubah muram setelah mendapat penolakan dari Daiki, karena dia ingin memeluk Adiknya lagi. “Daisuke! jangan seperti ini, hentikan... aku juga, aku juga sebenarnya rindu” ucapnya lirih, Daiki termsauk orang yang tak bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya. “Peluk aku sekali lagi, ya... aku mohon” Daisuke sampai menangkupkan kedua tangannya memohon di depan Daiki. “Ya ampun Daisuke, berapa tahun kita tidak bertemu kenapa kau jadi melow seperti ini? Awas minggir tidak ada peluk-peluk... aku ingin segera pulang bertemu dengan Ibu” tanpa menghiraukan Kakaknya, Daiki langsung meloncat masuk ke dalam mobil. Tak ada pilihan lain, Daisuke pun akhirnya memenuhi keinginan Adiknya.Sesampainya di rumah, Daisuke langsung memakirkan mobilnya di depan halaman rumah karena sangking tak sabarnya Daisuke melompat tanpa membuka pintu mobilnya terlebih dulu.Beruntung karena kap mobil milik Daisuke terbuka lebar sehingga Daiki langsung berlari masuk kedalam rumah. Bahkan dia sengaja bersekongkol dengan sang Kakak untuk mengerjai Ibunya.Dia berpura-pura menjadi Daisuke untuk mengelabui seisi rumah. Nampak Daiki melangkah masuk, suasana rumah sama sekali tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang rumah itu masih terasa hangat.Daiki sangat merindukan ibunya, rumah bahkan Satoshi laki-laki yang selalu menjaga ibunya sampai detik ini. Daiki termasuk orang yang sangat cuek bahkan ketika dalam keadaan sesedih apapun dia termasuk laki-laki yang pantang menitikkan air mata.Namun tidak untuk hari itu matanya seketika memerah dan berkaca hampir saja air mengalir dari ujung matanya namun saat melihat Satoshi keluar dari
Sepulangnya mereka dari taman hiburan, keesokan harinya Takashi berangkat pergi ke Amerika. Dia memiliki banyak pekerjaan di sana sehingga mengharuskannya untuk singgah di Merika sekitar 3 bulan. Sementara Izumie mengurus yayasan yang menaungi sekolah elite di kota Tokyo.Kesehariannya setelah mengurus si kembar Izumie berangkat ke kantor menyelesaikan pekerjaannya. Diusianya yang masih terbilang muda Izumie sudah mendapatkan semuanya. Karir yang di dukung suami, anak, keluarga dan semuanya.Tak sedikit orang iri kepada dirinya parasnya yang cantik dan body tubuh yang selalu dijaga membuat mata para lelaki menatapnya dengan nakal, hingga suatu malam ketika semua telah terjaga kejadian mencekam itu tejadi kepadanya.Semua tahu bahwa Takashi sedang berada di luar negri sementara Satoshi ijin kembali ke rumah untuk berjumpa dengan sang Istri. Sehingga tak ada yang berjaga di rumah keluarga Nakagawa.Merasa selama ini aman-aman saj
Hari pertama masuk sekolah bagi Daiki di Jepang, dia benar-benar tak mengikuti aturan sekolah yang mengaharuskan memakai seragam rapih.Daiki bahkan tak memakai blazernya yang termasuk dalam 1 stel seragam sekolahnya, dia hanya memakai kaos yang kemudian di doble dengan kemeja putihnya.Tak hanya itu Daiki pun sengaja tak mengancingkan semua kancing kemejanya.Daisuke menghentikan mobilnya di halaman sekolah. Di sana berjejer mobil mewah milik para siswa. Mereka tak hanya kaya namun juga pabadi.“Hari pertama sekolah kau sudah seperti ini?” ucap Daisuke yang merasa keberatan dengan penampilan Adiknya. Sementara dia sendiri sangat rapih dengan kemeja putih dasi dan blazernya.Daisuke paham kalau dia harus memberikan contoh kepada semua murid karena posisinya sebagai ketua umum perkumpulan siswa senior di sekolahannya.Bahkan di sekolah itu Daisuke di gadang-gadang menjadi siswa terfavorite selama 2 ta
“Daiki? Daiki?” suara Sensei seketika mengejutkan Daiki yang tengah melamun menatap Yukie.Gadis itu menoleh ke samping bersamaan dengan Daiki yang menoleh ke depan ketika Sensei memanggilnya.Sensei menghela nafas panjang karena sadar Daiki tak memperhatikannya.“Ini masih terlalu pagi untukmu melamun Daiki. Sekarang kau maju dan kerjkan soal di papan tulis!” perintahnya dengan senyum manis, walaupun sebenarnya nampak kesal karena sikap Daiki.“Apa? Kau menyuruhku maju ke depan untuk mengerjakan soal itu?” kedua alisnya terangkat, semua murid mulai berbisik melihat siakp Daiki yang tak sopan kepada Sensei.“Aku tidak bisa!”Yukie mendesis kesal melihat sikap Daiki.“Iisshhh... Sensei, boleh aku mengerjakannya?” Yukie mengangkat tangannya meminta izin kepada Sensei untuk maju ke depan.“Yuki?? Kau mau mengerjakannya? Bo
Tok tok tok!Daiki membuka pintu lalu tanpa menunggu sahutan dari dalam dia langsung masuk dan duduk di sofa.Izumie yang melihat tingkah Putranya mencoba untuk memahami, bahwasannya selama ini Daiki tinggal memang bersama Ayahnya. Sehingga jika sikapnya slengekan dan jauh berbeda dengan Daisuke, dia mencoba untuk mengerti.Perempuan paruh baya itu beranjak berdiri melangkah mendekati Daiki dan berdiri di samping sofa mengusap dengan lembut ujung kepala Putranya.“Daiki” sapanya dengan lembut.Daiki tahu kemana arah pembicaraan Ibunya, maka dari itu dia langsung menyahut pembicaraan.“Kalau Ibu memintaku untuk bersikap manis di sekolah, aku tidak bisa!”Ucapannya langsung mematahkan usaha Izumie untuk melembutkan hatinya.“Daiki, Ibu tahu ini pasti sulit bagimu. Tapi melihat kau sangat kurang di beberapa mata pelajaran setidaknya kau bisa bersikap b
“Jadi, mereka kembar? Astagaa kenapa aku bodoh ya. Bagaimana mungkin satu orang memiliki dua kepribadian yang berbeda! Tapi ada juga yang seperti itu. Lalu bagaimana kalau aku bertemu dengan Senior nanti” Yukie merasa malu karena sikapnya yang selalu marah-marah kepada Daisuke karena ketidak tahuannya.Setelah selesai memberskan buku yang berserakan di lantai Yukie bergegas masuk ke kelas karena jam pelajaran akan di mulai.“Perhatain semuanya, untuk tugas biologi kalian harus berkelompok. Satu grub terdiri dari 3 siswa dan tunjuk salah satu sebagai pemimpinnya. Ingat aku tidak ingin kalian mengambil laporan hasil kerja dari artikel internet aku ingin kalian bekerja keras membuat laporan sesuai data riset yang kalian kerkajan di lapangan” Sensei memberi tugas untuk semua murid di akhir minggu ini dan harus di kumpulkan hai senin.Yukie tak tahu harus berkelompok dengan siapa, dia mulai kebingungan karena semu
“Dasar anak setan! Ke sini kau!” Bibi Mai beranjak ingin mengejar Daiki namun Anak itu segera kabur berlari menjauh. Dan itu Yukie jadikan kesempatan untuk masuk ke dalam kamar bersembunyi.Flash back Off. ****************Terlihat Daiki tengah berdiri di depan taman hiburan di mana tempat itu mengingatkannya pada gadis kecil yang pernah dia temui dulu. Jika saja Daiki mengingat namanya mungkin tak sulit untuk mencarinya kembali.Namun sayang dia benar-benar lupa dengan namanya yang dia ingat hanya ketika memberikan kalung miliknya pada gadis itu.“Au!” Daiki mengeluh sakit di bagian belakang kepalanya.Ada rasa nyeri saat tangannya menyentuh tengkuknya. &nbs
Masalah pun beres, namun Yukie tetap kesal karena barang-barangnya sudah pergi di bawa oleh mobil pengangkut sampah.Karena adanya masalah Yukie mereka akhirnya menyudahi pertemuan kali itu. Ginji memilih kembali terlebih dulu sementara Yukie nampak berjalan menuju ke jalan utama.“Astagaaa bagaimana aku menghadapi Bibiku nanti. Aku yakin dia pasti akan menghajarku habis-habisan” gumamnya resah sepanjang jalan.Yukie mulai gelisah matanya yang basah mulai meteskan airnya. Dengan kasar tangannya mengusap pipinya yang basah.Kesal karena hidupnya selalu saja ada masalah yang membuatnya semakin terpuruk dan terkadang sempat terbesit ingin mengakhiri semuanya.“Kenapa hidupku seperti ini!” teriaknya dalam hati.Tin tiiiiinnn!Daiki menghentikan mobilnya tepat di depan Yukie yang sedang duduk di bangku halte.“Astgaaa! Anak ini benar-benar senang sekal