“Gimana ujiannya, Lang? Lancar?“ tanya Anggun saat Elang baru merebahkan tubuhnya di karpet.“Alhamdulillah lancar, Mbak. Angga sama Ibu kemana, Mbak?“ Elang balik bertanya. Matanya celingukan mencari sosok Angga. Anak Anggun yang biasanya menyambut dirinya dengan riang.“Lagi ke acara ulangtahunnya anak pak RW.“ Anggun menjawab dengan mata terus menatap pada layar laptop yang menyala.“Gimana orderannya, Mbak? Lancar?“ “Alhamdulillah, Lang. Lancar banget, oh iya bentar lagi kurir pick up, nanti tolong kamu keluarin ya,“ ujar Anggun.“Siap, Mbak.“ Elang menjawab. Matanya tertuju pada tumpukan kerajinan yang sudah dikemas.Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa, satu tahun sudah Elang berdomisili di Yogyakarta, lebih tepatnya Bantul. Selama itu, pahit manis ketirnya kehidupan sudah ia selami.Selang tiga bulan pindah, sang ayah
“Kenapa kamu cengar cengir gitu?“ tanya Anjas sambil melirik anaknya yang tersenyum malu-malu.“Enggak, Yah. Nggak kenapa-kenapa,“ jawab Adeera. Anjas tersenyum miring lalu merendahkan kecepatan.“Kamu lagi kasmaran ya?“ tanyanya. Mata Adeera membulat sempurna, pipinya pun sontak menghangat.“En-enggak. Ayah apaan sih,“ gerutunya sambil memalingkan wajah.“Ayah pernah muda, Nak. Sudah khatam sama tingkah orang kasmaran,“ kata Anjas dan Adeera bergeming.“Ayah nggak akan larang kamu pacaran tapi ayah jangan sampai salah pilih, Nak. Jadikan dia masa depanmu bukan hanya persinggahan atau kenangan,“ tutur Anjas sambil mengusap puncak kepala sang anak.Adeera terdiam. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah benar yang dikatakan sang ayah? Ia sedang jatuh cinta. Ia memang tak bisa memungkiri perasaan yang selalu hadir di saat ia bersama Reynan. Tatapan, perlakuan dan perhati
Momen perpisahan SMA telah tiba. Adeera begitu menawan dengan kebaya berwarna sage dengan bawahan rok jarik senada. Begitupun dengan Reynan, ia tampak gagah dengan setelan jasnya.“Kita masuk sekarang?“ tanya Reynan sambil mengulurkan tangannya.Adeera mendengkus kasar lalu mengangguk dan menyambut tangan sang kekasih, meski ada rasa kecewa di hatinya. Dulu saat pertama kali mendaftar SMA, ia berangan-angan bisa lulus bersama Elang. Namun harapannya itu sudah pupus. Ditambah semenjak ia dan Reynan menjalin hubungan sebagai kekasih, sahabatnya itu tak bisa dihubungi. Semua nomor dan akun sosial medianya tidak aktif. Menumbuhkan setumpuk kekecewaan di hati Adeera.“Kenapa cemberut?“ tanya Reynan sambil menatap wajah sendu Adeera.“Kamu kangen sama Elang?“ lanjutnya saat Adeera tak kunjung membuka suara.“Seandainya Elang ada sama kita, pasti aku bahagia banget,“ cetus Adeera sambil menahan a
POV AdeeraAku duduk dengan tegak sambil mengaduk jus alpukat yang baru saja diantar pelayan. Pandangan lurus ke depan, pada sosoknya yang empat tahun ini menjadi kekasihku. Kata orang, dicintai itu sangat menyenangkan tapi bagiku sekarang, hal itu malah terasa menyiksa. Reynan Pradipta, lelaki yang di awal masa pacaran kami selalu membuatku nyaman, kini justru sebaliknya. Dia terlalu over protektif, membuatku seperti burung dalam sangkar. Dia memang punya segalanya. Wajah rupawan, bergelimang harta dan punya segunung cinta untukku, tapi nyatanya tak mampu merobohkan dinding keraguan di hati ini. Alih-alih ingin segera jadi istrinya, aku malah dihantui kekhawatiran yang bermuara pada ketakutan untuk membina hubungan yang lebih serius.Bayangkan, empat tahun berpacaran dan selama itu aku tak diperbolehkan memiliki sahabat. Sekalipun perempuan. Bukan hanya itu, dia juga mengatur segala sesuatu yang kulakukan. Lucunya lagi, Mamah justru mendukung, tapi kali ini aku tak dapat lagi mena
Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa, hari ini aku akan menjalani sidang skripsi. Walau sudah berlatih sekuat tenaga, tapi tetap saja tubuhku rasanya panas dingin. “Semangat, Ay ... Aku yakin kamu pasti bisa.“ Reynan memberikan sebotol air mineral.“Makasih, Rey,“ ucapku sambil menerimanya dan segera membasahi kerongkongan yang terasa kering.“Jangan nervous, Ay.“ Reynan mengusap peluh di dahiku. Aku mengangguk dan tersenyum tipis, meyakini kalau diri ini bisa lancar menjalani sidang. Satu mahasiswi sebelumku sudah keluar. Gegas aku berdiri, mendekap bundel skripsi dengan mantap lalu mengayunkan sambil merapalkan doa dalam hati saat namaku dipanggil..Senyumku mengembang sempurna saat penguji menyatakan aku lulus dengan predikat memuaskan. Setelah mengucapkan terimakasih, buru-buru aku keluar dan spontan memeluk Reynan yang tengah berdiri di depan ruang sidang.“Ay!“ pekiknya sambil membalikan badan. Aku tertawa geli dan buru-buru memasang ekspresi sedih.“Gimana? Kamu lulus kan
Seorang pria bertubuh tegap keluar dari mobil Lexus LX dengan gagahnya. Kemeja blue navy dipadukan blazer senada membungkus tubuh atletisnya, jam tangan kenamaannya melingkar di tangan kiri sementara tangan kanan memegangi ponsel berlogo apel. Penampilannya semakin paripurna dengan kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidung mancungnya. Sementara di belakangnya, seorang lelaki usia paruh baya membuntuti sambil memegangi tas kerja. Mereka masuk ke sebuah gedung berlantai tiga lalu disambut dengan bungkukan kepala para pegawainya.“Gimana perkembangan produk terbaruk kita?“ tanyanya begitu masuk divisi marketing.“Sejauh ini baik, Pak. Walau prospeknya belum signifikan, hanya saja kita ada kendala,“ terang ketua divisi marketing. “Kendala?“ Lelaki itu membeo dengan mata menyipit.Si ketua divisi mengangguk, “i-iya, Pak.““Bagaimana bisa?“ tanya lelaki itu dingin. Dengan tangan bersidekap dan menyapukan pandangan pada semua, membuat wajah mereka memucat seketika.“Saya sudah meninj
“Sudah sejak kapan dan berapa kali kejadian seperti ini terjadi?“ tanya Dokter Alex—dokter spesialis syaraf—yang selama ini menangani kasusnya.“Sudah beberapa kali, Dok. Tapi kalau sampai pingsan, baru hari ini. Biasanya cuma sakit di kepala sama telinga berdenging tapi tadi pas saya ketemu karyawan baru, kepala saya makin sakit,“ jawab Elang.Dokter Alex terdiam sejenak, lalu menatap Elang lekat-lekat.“Sebenarnya saya kurang yakin. Tapi kemungkinan, karyawan baru Anda ada kaitannya dengan masa lalu Anda. Bisa jadi dia berasal dari masa lalu dan mungkin sangat berkesan di ingatan Anda. Apa Anda sama sekali tak berminat mencari tahu?“ ujarnya panjang lebar.Elang terdiam. Setelah dinyatakan sembuh dari tumor otak, ia mengalami amnesia retrograde. Dimana dirinya kehilangan ingatan di masa lalu dan selama ini, ia hanya mengkonsumsi obat-obatan saja tanpa berminat melalukan terapi seperti yang disarankan dokter juga keluarganya. Ia berpikir semua itu hanya menyita waktu dan membuat usah
“Adeera, kamu ditunggu Pak Air di ruangannya.“Adeera mendongak mendengar ucapan supervisornya. Sambil menerka apa yang kira-kira membuatnya dipanggil, Adeera menyeret langkahnya ke ruangan Elang. Lalu melangkah dengan sopan saat perempuan paruh baya yang merupakan sekretaris Elang, menyuruhnya masuk.“Kamu yang bernama Adeera karyawan baru di divisi keuangan?“ tanya Elang begitu Adeera masuk ke ruangannya.“Iya, Pak.“ Adeera menjawab datar. Mati-matian ia menahan perasaannya yang bergejolak karena melihat rupa dan suara sang bos yang begitu mirip dengan sahabatnya. Ia berusaha seprofesional mungkin dan tak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti hari kemarin.“Kemarin ...““Maaf, Pak. Kemarin saya salah orang. Maaf jika tingkah laku saya membuat Bapak risih. Maafkan kelancangan saya kemarin dan percayalah, saya gak ada niatan apapun sama Bapak,“ sela Adeera. Elang tersenyum tipis.“Sepertinya kamu sudah paham kenapa saya panggil.“Adeera hanya diam dengan kepala tertunduk.“Sebe