Home / Romansa / GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS / PART 4 : ORANG YANG PEDULI

Share

PART 4 : ORANG YANG PEDULI

Author: Yuna lisa
last update Last Updated: 2024-01-13 19:25:03

Pintu lift terbuka, membuat Safira menatap sekitar sambil keluar, besar saja ini lantai paling atas, tingginya pandangan yang wanita itu lihat, membuat dia menutup mata sebentar agar tidak gemetaran.

Ia takut pada ketinggian, setelah merasa tenang, dia berjalan di lorong yang cukup panjang dan hanya ada satu pintu di sana.

Dengan hati-hati dia mengetuk pelan. “Permisi Tuan muda!”

“Siapa?” tanya seseorang dari dalam, membuat Safira merapihkan pakaiannya guna terlihat rapih.

“Ini saya Safira!”

“Masuk aja!”

Karena mendapatkan lampu hijau, Safira masuk kedalam ruangan milik Dexter, pertama kali masuk terlihat kaca besar dibelakang pria itu, yang menghadap langsung pada pemandangan kota seperti di luar, cat ruangan hanya di dasari putih, dengan garis coklat di bagian bawah.

Wanita berumur 24 tahun itu menaruh tas hitam milik Dexter di meja dengan hati-hati, karena isinya berat ia yakin ada barang elektronik di dalamnya. “Ini milik anda, Tuan muda!”

Dexter menatap Safira dengan heran. “Kenapa kamu memanggilku seperti itu?”

“Kata Bu Rima, harus manggil anda dengan sebutan tuan muda.”

“Jangan dengarkan dia! Jika bersamaku panggil saja senyamannya!” ujar Dexter yang mengambil tas itu dan membukanya.

“Kalau saya ingin memanggil masnya dengan sebutan sayang gimana?” tanya Safira yang membuat Dexter menatapnya cukup lama.

“Kalau mau, panggil saja seperti itu!” ujar Dexter yang setelahnya membuka laptop yang ia keluarkan dari tas hitam miliknya, tentu saja jawab yang sederhana itu membuat Safira terdiam sambil menggaruk kepalanya, dia tadinya ingin bercanda, namun pria di depannya ini tak asik sama sekali.

“Gak jadi ah mas, nanti pacar mas cemburu lagi, hahaha. Lagian saya cuma bercanda.”

“Aku juga sama,” balas Dexter dengan tatapan serius, membuat Safira akhirnya kembali menggaruk kepalanya tak gatal, pria ini benar-benar tidak cocok untuk diajak bercanda.

“Ya sudah mas, saya mau kerja dulu. Oh iya mas mau minum apa?”

“Berikan aku kopi pahit!”

“Pait?”

“Hhhmm! Tanpa gula sedikitpun!” balas Dexter yang sekarang sedang mengutak-atik laptopnya.

“Oke, saya paham mas, ada lagi?”

“Gak ada.”

Safira mengangguk patuh, namun saat ia hendak pergi, pikiran teringat ibunya yang tak pernah ia hubungi setelah datang ke mari, apalagi sekarang hpnya sudah hilang.

Dexter yang melihat keterdiaman wanita itu, membuat dia merasa heran. “Ada apa?”

Safira berbalik dengan tatapan berharap namun takut. “Mas, saya boleh pinjem hpnya gak? Hp saya gak ada karena kecopetan waktu itu, tapi saya perlu nelpon ibu saya takut dia khawatir.”

Tangan Dexter mengambil hp miliknya dan memberikan benda sejuta umat itu pada wanita di depannya, tentu saja membuat wajah Safira sumringah. “Makasih Mas Dexter.”

Dengan cepat dia menelpon nomer ibunya yang ia hafal, setelah menunggu beberapa saat akhirnya telepon itu tersambung. “Hallo Bu!”

“Safira! Safira ini kamu?” tanya wanita paruh baya itu, yang antusias, tentu saja mendengar itu Safira sedikit berkaca-kaca karena nasib tidak baik yang ia miliki.

“Iya bu, ini Fira!”

“Kamu kemana aja Fira, kok gak ada kabar dan ini nomer siapa?”

Safira menghapus air matanya yang hampir jatuh. “Safira ganti nomer Bu, nomer yang sebelumnya kena blokir gak tau kenapa.”

“Aduh kok bisa sih, tapi kamu baik-baik aja kan di sana, kerjaannya gimana?”

“Enak kok Bu, bosnya juga baik sama Safira.” Safira menoleh kearah Dexter tapi rupanya pria itu juga melihat kearahnya. “Nanti kalau Safira udah gajian, Safira kirim ya Bu!”

“Ih gak usah! Uang ibu masih ada, kamu kumpulin aja uang gaji kamu, buat beli apa yang kamu mau! Gak usah mikirin ibu Fira!”

Wanita itu mengangguk tersenyum sambil menjatuhkan air matanya, karena memikirkan ibunya yang sudah tua seorang diri membuat dia sedih. “Nanti kalau uang safira udah banyak, Safira pulang!”

“Iya, pesen ibu kamu jaga kesehatan! Makan yang bener dan jangan begadang! Kalau kamu gak nyaman di sana, pulang sekarang juga gak apa-apa!”

“Iya Bu, Safira tutup ya! Safira mau kerja dulu udah tunggu sama bos.”

“Oh iya, ya udah, Assalamualaikum!”

“Walaikumsalam!” Telepon itu mati, membuat Safira memberikan benda bagus itu pada pemiliknya. “Ini mas, makasih ya!”

Dexter memberikan beberapa lembar tisu pada Safira, yang bodohnya gadis itu kira untuk mengelap hp yang baru saja ia gunakan. Melihat itu semua Dexter segera mengambil hpnya dan memberikan satu kotak penuh tisu.

“Aku memberikanmu tisu untuk menghapus air matamu, kenapa kamu malah mengelap hpku?”

Safira menatap bingung. “Loh saya kira, buat ngelap hp mas.”

“Udah kamu keluar aja sana!”

“Terus tisunya?” tanya Safira sambil menodongkan tisu milik Dexter itu.

“Bawa aja! Saya jengkel Sama kamu.”

“Maaf ya mas, ya udah saya keluar!” Tak ada jawaban dari pria itu, membuat Safira merasa bersalah. Dia lupa kalau pria itu memang peduli padanya.

.

.

Jam menunjukan pukul 6 sore, matahari sudah sepenuhnya tenggelam waktu segini. Safira yang sedang membersihkan WC OB karena di suruh Bu Rima, menatap heran pada beberapa pegawai kebersihan yang sudah beres-beres seperti hendak pulang.

Karena ia baru, juga mendapat rumor tak enak karena kebersamaannya dengan Tuan muda, membuat dia sedikit dikucilkan. Namun karena penasaran dia segera mendekati mereka, yang tengah bercanda tawa satu sama lain.

“Mbak, sama masnya mau pada pulang?” tanya Safira, yang membuat tawa semua orang yang ada di sana, langsung terhenti.

“Iya, ini udah waktunya pulang,” balas salah satu dari mereka judes, sontak Safira hanya mengangguk paham. “Udah yuk pada pulang! Dan Lo ada hubungan apa sama Tuan muda Dexter?”

“Saya pembantunya, tapi dia juga nyuruh saya kerja di kantor buat bersih-bersih kayak kalian!”

“Oh jadi cuma pembantu yang suruh kerja dobel? Gue kira ada hubungan karena bareng pas berangkat, tapi aneh juga sih kalau emang iya ada hubungan, masa Tuan muda nyuruh ceweknya jadi OB hahaha.”

Safira hanya tersenyum mendengar hal itu, dia tak pernah mengambil Hati apa yang orang lain bicarakan tentang, toh selama itu kebenaran kenapa harus marah.

“Iya, mbak! Saya juga aneh kenapa kalian mikir gitu!”

Mereka yang tadinya tertawa kembali terdiam, karena ucapan Safira. “Gak usah sok asik deh Lo! Udah yuk cabut!”

Beberapa dari mereka pergi meninggalkan Safira, yang menunduk karena sedih tak di ajak berteman dengan orang-orang itu, tak lama seorang wanita menghampirinya.

“Jangan ambil hati! Mereka emang kayak gitu sama orang baru!” ucap wanita itu, yang membuat Safira menatapnya. “Beberapa dari mereka juga pernah digituin, tapi mereka gak sadar, sabar ya! Jangan lupa semangat!”

“Emang mbaknya orang lama ya?” tanya Safira yang tersenyum karena di sini masih memiliki orang Ramah.

“Nama gue Neneng! Kayak kita seumuran deh panggil nama gue aja! Oh iya Lo Safira kan?”

Wanita itu mengangguk antusias. “Iya mbak, eh maksudnya Neneng, nama Saya Safira.”

“Gue orang lama, sejak lulus SMA aja gue langsung kerja di sini, tapi sayangnya gue gak pernah naik pangkat, ya tapi gaji ada aja sih naiknya tiap tahun, tergantung keuntungan perusahaan juga sih, oh iya ngomong gue dari bandung! Lo dari daerah mana?”

“Saya tinggal di perkampungan Jawa tengah mbak, kalau saya bilang mbaknya mbaknya mungkin gak tau itu dimana!”

“Oh Jawa ya, ya udah salam kenal ya! Gue pulang dulu, jam segini emang waktunya pulang!”

“Ah iya neng! Salam kenal juga, makasih ya mau berteman sama saya!”

“Ah santai! Balik dulu ya!” Safira mengangguk senang, walau sebagian besar mereka tak mau berteman dengan tapi memiliki satu orang yang peduli lebih bahagia rasanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 32 : SENYUMAN HANGAT

    "Kamu sedang apa?" tanya Dexter heran, Safira yang tertangkap basah tersenyum lebar dengan mulut penuh dengan anggur. Saat ini pria itu berada di hadapan Safira, ia menggeleng heran karena tingkah tak jelas dari wanita itu yang memasukkan anggur ke mulutnya hingga penuh, hal itu mengingatkannya pada tupai. Tangannya melebar di depan mulutnya, yang membuat Safira mau tak mau mengeluarkan buah itu ke tangan Dexter. Alangkah terkejutnya pria itu mendapatkan banyak buah anggur di tangannya. "Kamu kayak gak pernah makan anggur aja." "Habis enak, kak." "Kalau enak kita beli anggur di kota ini, kamu kayak orang susah aja." "Lah emang kapan aku kayanya?" tanya Safira tanpa basa-basi, membuat Dexter menatapnya. Dimana gadis hilang ingatan yang lemah lembut padanya itu, wanita ini memang besar Safira yang dulu. "Aku yang akan beli apapun yang kamu mau," balas Dexter dengan percaya diri. "Tapikan itu duit kakak, bukan duit aku." "Kamu kok ngeselin sih sekarang?" tanya Dexter, pa

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 33 : ORANG-ORANG SAWAH

    Saat ini keduanya berada di apartemen Safira, suara televisi yang menyiarkan berita tak membuat mereka bosan, malah dua orang itu semakin serius melihatnya. Pizza, burger, popcorn, serta makanan dan minuman lainnya turut melengkapi tontonan mereka. "Gila, pembunuhan semakin meraja rela aja, serem gak sih kak Deket orang-orang kayak gitu," ucap Safira yang membuat Dexter terdiam, ia tak menyangka wanita itu akan bicara demikian. Jika wanita itu tau kalau dia juga seorang pembunuh yang bahkan pernah masuk rumah sakit jiwa, apa wanita itu akan meninggalkannya. "Safira." "Hhhmmm?" tanya Safira sambil menoleh kearah pria itu. "Kalau aku salah satu pembunuh itu, apa kamu akan takut dan meninggalkanku?" Safira terdiam sebentar, lalu tak lama suara gelak tawa terdengar dari bibirnya. Hal itu yang membuat Dexter serius menjadi heran. "Kenapa kamu tertawa?" "Hahaha, kakak pembunuh? Muka lawak kayak kakak. Denger ya kak Dexter kakak itu cocoknya jadi badut bukan psikopat, hahaha,

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 31 : MEMAKAN ANGGUR

    Hampir 1 bulan berlalu sejak kejadian itu, Dexter benar-benar memilih menjaga jarak dari Safira walau ia masih memantaunya dari kejauhan. Walau berusaha sebisanya untuk tidak mengingat tentang wanita itu, ia tak bisa. Wajahnya selalu terbayang walau ia sesibuk apapun dalam pekerjaannya.Dikabarkan Safira sudah pulih dari sakitnya, tapi untuk masalah ingatan ia tak menanyakan hal itu. Ia tak cukup kuat hati untuk mendengar diagnosa dokter yang akan mengatakan hal buruk tentang ingatan Safira. Baginya asal wanita itu sehat, maka itu juga bisa tenang dalam segala hal. Saat sedang mengecek data penjualan, sebuah suara ketukan pintu membuyar konsentrasinya. Saat ini ia sedang berada di kantor, karena masalah kesehatan, ayah dan ibunya terpaksa harus mengurus pekerjaannya juga sampai ia sehat seperti sekarang. Walau ibunya sudah banyak membantu dan memberikan semua yang dia inginkan, namun itu semua tak bisa menggoyahkan hati Dexter untuk mencintai ibunya. Hatinya sudah beku untuk wani

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 30 : JANGAN AMBIL HIDUP SAFIRA

    Saat ini Safira menatap ke jendela mobil dengan pipi yang masih memerah dan tak berani melihat sang majikan, apa yang baru saja Dexter lakukan itu benar-benar membuat dia terkejut juga perasaan menjadi tak karuan. Dexter yang saat ini menyetir menatap kearah Safira, lalu kembali memperhatikan jalan, sejak tadi dia hanya melakukan itu tanpa berniat bicara. Intinya setelah adegan ciuman tanpa sadar itu, Safira berlari ke mobil, dan diam dengan keadaan seperti sekarang. Ia yang bodoh karena terlalu tergoda dengan senyuman yang dulu sering di perlihatkan wanita itu padanya, Safira terlihat amat cantik dengan sinar yang tidak dia tolak. “Safira!” panggil Dexter namun Safira terlihat tak merespon. “Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja melakukan itu, ayolah jangan diam seperti ini? Katakan jika aku salah!” Wanita berumur 24 tahun itu masih terdiam, Safira ingat dimana saat Dexter mencium pipinya dan melupakan kejadian itu keesokan harinya, ia merasa senang seperti sekaran

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 29 : TAK PERCAYA

    Kembali ke masa sekarang…!!!Sinar matahari menyinari tangan Dexter, terlihat di sana ada sebuah cincin emas yang terukir pemilik di balik cincin itu, namun tak ada orang yang tau tentang itu. Yang mereka tau bahwa Dexter memakai benda tersebut karena iseng, padahal cincin itu memiliki arti yang dalam yang tak pernah mereka bayangkan. Saat ini Dexter berjalan menuju ruangan dokter yang akan memeriksa Safira, dengan wanita itu di belakangnya, lelaki itu tampak gugup karena berharap hasilnya sesuai yang dia inginkan. Sedangkan Safira melihat cincin yang tadi sempat mencuri perhatiannya, ia tak tau kalau pria itu memakai cincin? Sejak kapan?“Mas!” “Hhhmm?” tanya Dexter yang menoleh, lalu kembali berjalan. “Kapan mas pakai cincin?” Dexter mengambil lengannya yang memakai benda polos itu, lalu memasukkan tangannya ke dalam kantung celana. “Sejak lama?” “Apa itu tanda kepemilikan ya mas?” tanya Safira, dia penasaran, tapi di sisi lain hatinya sakit. Walau kadang pria ini memperlihat

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 28 : RUMAH SAKIT JIWA

    "Saya ibu Dexter, dan saya ingin membicarakan kesepakatan di sini." "Kesepakatan?" Dengan wajah angkuhnya dia mengambil sesuatu dari tas hitam mewah itu, lalu meletakan amplop coklat besar yang entah apa isinya ke meja di depan wanita itu. "Ini berisi 200 juta, dan saya minta kamu jauhi anak saya!" "Maaf, saya gak bisa," balas Safira secara spontan, membuat wanita itu tersenyum remeh. "Saya tau, kamu mendekati anak saya karena dia tampan juga kaya, tapi uang ini sudah cukup untuk kamu yang seorang gadis kampung." Tangan Safira mengepal, sejak dulu orang miskin apalagi yang dari kampung selalu mendapatkan hinaan, semenjijikan itukah mereka hingga diperlukan seperti ini. "Maaf Tante, saya memang gadis desa tapi rasa suka saya tulus pada kak Dexter, saya gak mungkin meninggalkannya hanya karena uang." "Ya itu karena kamu mendapatkan anak saya, maka kamu akan mendapatkan semua harta kami, iyakan?" tanyanya dengan wajah marah, membuat beberapa penumpang di sana menatap kearah mer

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 27 : KESEPAKATAN (MASA LALU)

    "Siapa kau? Mengapa kau mengganggu pacarku?" tanya Dexter dengan menggunakan bahasa inggris, Safira yang melihat sang kekasih marah, segera berdiri dan bersembunyi dibelakang Dexter.Sejak Dexter pergi ke kamar mandi, bule yang entah dari mana asalnya ini malah mengganggunya, apalagi dengan bahasa asing yang tidak ia paham membuat Safira merasa semakin tak nyaman saja. "Kak." "Apa dia mengganggumu?" tanya Dexter, yang dibalas anggukan kepala Safira. Tapi karena tak ingin ada keributan, Safira menarik baju bagian belakang kekasihnya itu untuk pergi. "Kak, jangan buat keributan kita pergi aja yuk!" Dexter yang merasa kemarahan memuncak, mendengar ucapan Safira yang sedikit bergetar menandakan gadis itu takut berusaha menetralkan emosinya. Ia takut kalau ia benar-benar menghajar orang yang sedang di bantu orang-orang sekitar itu, membuat Safira malah semakin takut dan menjauhinya. "Ayo kita pergi!" ujar Dexter yang berbalik, sebelum bena

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 26 : JANJI YA ( MASA LALU)

    Setelah itu mereka beristirahat di tempat tidur masing-masing, hingga keesokan harinya sepasang kekasih itu keluar guna menikmati pemandangan kota, yang ditutupi salju. Safira berjalan dengan tangan yang memeluk tubuhnya, walau sudah pakai pakaian tebal, rasa dinginnya masih menusuk kulit, sungguh luar biasa orang-orang yang tinggal di sini. Dulu ia kira, tinggal di wilayah bersalju itu enak, karena bisa bermain salju kapan saja dan tak akan takut kegerahan karena cuacanya dingin, namun sekarang ia paham kalau Tuhan pencipta alam itu adil, karena setelah tau apa yang kita lihat enak, belum tentu ada semua kebaikan di sana. Pasti semua ada sisi positif dan negatifnya. Entah kenapa ia jadi rindu negara asalnya, dia jadi bersyukur dengan apa yang ia miliki di sana tanpa berpikir kalau dunia luar itu pasti enak. "Kenapa dingin?" tanya Dexter yang dibalas anggukan juga senyuman dari gadisnya itu. "Iya dingin kak, tapi kakak mau kuliah dim

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 25 : MEMELUK TUBUH (MASA LALU)

    Safira menatap Dexter dengan sedikit berkaca-kaca, lalu dia tersenyum dan mengangguk mau, siapa yang tidak mau bersanding dengan pria ini. Entah kenapa dia bisa menjilat ludahnya sendiri, karena dulu ia amat benci dengan lelaki ini. Tapi lambat laut, dia menyukainya, sikapnya pura-pura dingin di depan namun peduli dibelakang memberikan kesan lucu padanya, dia juga sangat menyukai pria ini, jauh di lubuk hatinya. "Iya kak, aku mau."Dexter tersenyum sambil menghela nafas, dia merasa lega juga bahagia mendapatkan jawaban dari Safira, bahkan rasanya ia tak pernah mendapatkan perasaan seperti sepanjang hidupnya. "Tapi kayaknya kita harus LDR deh," ucap Dexter yang membuat Safira yang tadinya tersenyum bahagia menatapnya bingung."Maksud kakak?" "Mama sama papa minta aku kuliah di luar negeri." Mendengar hal itu suasana hati Safira langsung berubah, dia menjatuhkan diri dari lelaki itu karena kesal, yang benar saja dia merasa sudah di bawa terbang tinggi namun pada akhirnya di hempasan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status