Share

Bab 7

last update Huling Na-update: 2022-11-01 22:26:30

Bianca berinisiatif untuk ikut membersihkan rumah. Sebuah vacum cleaner dia tenteng dan mulai menyedot debu di setiap inci ruangan itu. Walaupun pelayan yang lain memakai seragam sedangkan dia hanya memakai terusan selutut, tapi tidak menyurutkan semangatnya.

"Peduli amat yang punya rumah ini otaknya keruh kaya air comberan, aku tetap harus berpikiran waras," gumam Bianca sambil membungkuk dan terus menggerakkan alat penyedot itu ke sana sini.

Duk!

Ujung penyedot itu bertabrakan dengan ujung sepatu canvas putih. Bianca sontak menghentikan gerakannya, lalu tubuhnya dia tegakkan sempurna. Pandangannya mendarat pada senyuman manis yang tersungging di bibir Rey.

"Hai, rajin amat. Udah dikasih tugas tambahan sama Kak Danish?" celotehnya dengan wajah manis. Bahu Bianca mengendur.

"Aku kira si Tuan Mesum," ujar Bianca. Mendengar itu Rey tertawa renyah.

"Apa? Siapa Tuan Mesum? Kamu, lagi. Apa yang kamu tertawakan?!"

Sebuah pukulan pelan mendarat di kepala belakang Rey. Melihat siapa yang datang, Bianca memutar bola mata.

"Panjang umurnya, ni, orang," umpat Bianca lirih.

"Hei, kau masih berani mengumpat di depanku?"

Danish berdiri dengan pongah. Bianca tersenyum malas. Walaupun ingin Bianca akui jika lelaki itu terlihat sangat tampan dengan stelan blazer abu tua dan rambutnya diikat dengan rapi.

'Ya Tuhan, kenapa mahluk mesum ini begitu ganteng?' batinnya.

"Maaf, Tuan, saya hanya bercanda. Silakan lewat, saya mau meneruskan membersihkan rumah ini, agar orang-orang di sini berpikiran bersih," pamit Bianca  berjalan mundur sambil menarik alat penyedot debu.

"Hei, Bianca, tunggu sebentar!" panggil Rey. Bianca yang sudah hampir masuk ke ruang sebelah menghentikan langkahnya. Matanya menatap penuh tanya pada lelaki berkaos putih ditutupi blazer hitam itu.

"Hei, kau mau apa sama dia?" teriak Danish dengan kening berkerut. Rey hanya menjawab dengan lambaian tangan. Danish tampak berdecak sebal.

"Bianca, kamu mau jadi staff di kantorku? Dengan gaji yang kuberikan kau bisa melunasi hutang pada kakakku," ujar Rey. Mata Bianca terlihat berbinar bahagia.

"Benarkah? Ta-tapi ... aku hanya lulusan SMA. Pekerjaan apa yang bisa aku handle nantinya?" jawab Bianca ragu.

"Hei, rupanya kau sudah selangkah lebih maju, Rey! Tapi sorry, Bianca itu milikku. Jadi, kau harus mendapatkan izin dulu sebelum mempekerjakan dia. Dan sayangnya aku tidak mengizinkan itu!" ucap Danish sambil melangkah maju mendekati Bianca.

"Dan kau ... giatlah bekerja, karena kau harus membayar hutang itu lengkap dengan bunga yang bertambah setiap harinya," ucap Danish sambil menepuk pundak Bianca. Mendengar itu, mata Bianca  langsung melotot.

"Dasar lintah darat mesum tak berperikemanusiaan!" umpat Bianca lirih tapi sukses membuat Rey tertawa terpingkal. Sementara Danish tersenyum sinis dan berlalu ke garasi.

"Kau gadis pemberani, Bianca. Hanya kau yang berani menyebut kakakku seperti itu." Rey mendekat ke arah gadis berkuncir kuda itu.

"Tenang, aku akan mencari cara agar Kak Danish mengizinkanmu bekerja padaku." Rey tersenyum manis kemudian berlalu.

"Emh ... Rey!" panggil Bianca. Lelaki itu membalikkan badannya. Alisnya bertaut.

"Ya?"

"Apa kau tidak bisa meminjamkan aku uang sebanyak hutangku pada kakakmu?" tanya Bianca memelas. Rey tersenyum menggoda.

"Bisa saja, sih. Tapi ada syaratnya." Rey mengedipkan mata.

"Apa syaratnya?" Bianca tampak penasaran. Dia berharap lelaki di hadapannya ini bisa mengeluarkannya dari masalah pelik. Rey semakin mendekat.

"Asal kau mau menjadi milikku," bisik Rey di samping telinga Bianca. Gadis itu melotot dan mengangkat gagang penyedot debu itu tinggi-tinggi hingga sejajar dengan kepala Rey.

"Dasar! Kakak dan adik sama saja mesumnya. Sini aku bersihkan kotoran yang menempel di otakmu!" teriak Bianca. Rey terkikik dan berlari  menuju garasi.

Sepeninggal dua lelaki itu Bianca kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia terlihat memaju mundurkan gagang penyedot debu itu sambil menggerutu kesal karena kelakuan kakak beradik itu. Semakin lama gerutuan itu menghilang, berganti nyayian indah dari bibir mungilnya.

Beres satu ruangan, Bianca hendak berpindah pada sebuah ruangan. Namun, seorang lelaki tua yang tampak duduk dengan tenang sambil menatap ke luar jendela menarik perhatiannya. Bianca mendekat dan menyapanya.

"Maaf, Tuan, saya mau membersihkan ruangan ini. Tapi ... jika saya mengganggu, saya bisa melakukannya lain kali," ucap Bianca seraya berbalik.

"Hei, tunggu. Kemarilah!" panggilnya seraya melambaikan tangan. Bianca kembali membalikkan badannya lalu membungkuk memberi hormat pada lelaki itu.

"Sini! Duduk di sini denganku," ucapnya sambil menepuk sebuah sofa kecil di sampingnya. Bianca mengangguk kemudian duduk di samping lelaki itu.

"Kamu pelayan di sini?" tanyanya dan menatap Bianca lekat. Gadis itu mengangguk.

Bianca menatap lelaki di sampingnya yang kembali menatap ke luar sambil menghela napas perlahan.

"Kamu ada di sini setiap hari 'kan? Apakah kamu bisa melihat anak-anakku bahagia?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Jadi, anda adalah ayahnya Tuan Danish dan Rey?" Bianca balik bertanya. Lelaki itu tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Mungkin karena dosa-dosa yang telah aku perbuat hingga mereka makin menjauh dariku. Bahkan mereka tidak mau melihatku saat aku sakit." Bianca merasa serba salah untu menanggapinya. Mereka baru bertemu tapi lelaki itu dengan enteng mencurahkan keluh kesahnya.

"Ma-maaf Tuan. Mungkin Anda bisa mengatakannya pada mereka. Sepertinya Anda begitu merindukan kehadiran putra Anda. Tunggulah sampai mereka kembali dari bekerja, lalu kalian bisa makan malam bersama." Bianca coba menghibur. Namun, lelaki jangkung itu menggeleng pelan.

"Mereka, terutama Danish tidak mengharapkan kehadiranku.  Melihat kedatanganku saja mereka segera pergi," ucapnya lagi. Bianca bisa melihat kesedihan di wajah tua itu. Akan tetapi dia tidak mengetahui seluk-beluk permasalahan di antara ayah dan anak itu.

"Danish menjadi seperti itu ... dan Rey juga berubah," ujarnya lagi. Bianca kembali menatap lelaki di sampjngnya.

"Menjadi seperti itu, maksudnya?" Bianca dengan lancang bertanya. Sudah kepalang tanggung dia mengetahui tentang Danish juga Rey.

"Danish jadi suka main perempuan. Di usianya yang sekarang dia tidak mau menikah. Hanya berpindah dari satu perempuan ke perempuan lainnya. Sebagai orang beragama, aku takut dia terjerumus makin dalam." Lelaki itu menjeda dan membuang napas kasar.

Sebuah dering dari ponsel mengalihkan perhatian ĺelaki tua itu. Dia merogoh sakunya melihat layar ponsel itu sekilas lalu menempelkan di telinga kirinya.

"Ya? Ok, sebentar lagi aku ke situ."

Klik!

Lelaki itu mematikan ponselnya lalu bangkit.

"Terima kasih sudah mau mendengarkan aku. Aku menceritakan ini semua karena tadi saat ke sini, sekilas aku bisa melihat pandangan Danish padamu. Dia memperhatikanmu dari jauh. Aku pikir dia menyukaimu," ucapnya sambil mengelus puncak kepala Bianca. Mata gadis itu membulat tak percaya.

Beberapa langkah berjalan, lelaki itu membalikkan tubuhnya.

"Namaku Demian, sampai ketemu lain waktu," ucapnya . Seulas senyum tersungging di bibirnya. Bianca pun mengangguk hormat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 50

    Danish duduk termenung di pinggir ranjang. Tatapannya kosong. Bian mengelus punggungnya perlahan.Lelaki itu perlahan menoleh. “Apa kamu memang merencanakan ini semua sebelum berangkat ke sini?” tanya Danish. Bian mengangguk.“Jadi kamu sudah tahu kebobrokan mereka?”Bian kembali mengangguk.Danish memejamkan matanya dan melengos.“Dia lelaki yang paling aku benci. Tidak pernah berubah walaupun sudah tua. Dia tidak pernah puas dengan satu wanita,” ucapnya menyesalkan.“Apakah itu yang menjadi alasanmu berganti-ganti wanita?” tanya Bian polos.Danish menoleh dan menatap wanitanya lekat. “Aku jadikan itu sebagai pelampiasan. Selain ibuku, aku menganggap semua wanita adalah sama. Makhluk murah dan menjijikan. Mereka hanya bisa menjadi pemuas nafsu sesaat. Sebelum akhirnya aku bertemu kamu dan menyadari semuanya. Kau berbeda, Bian,” ungkap Danish.“Setiap wanita yang kutemui, mereka dengan mudah menyerahkan kehormatannya demi sejumlah uang. Ada juga yang tergila-gila padaku dan mau melaya

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 49

    “Apa-apaan ini?” Irene berusaha mempertahankan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Namun, Monic pun tak mau kalah. Dia menarik tangan Irene yang tengah duduk dan menyilangkan tangan di dadanya.Monic tahu, semua itu demi menutupi tubuhnya yang tak memakai apapun.“Berengsek, ya, kalian! Nggak punya otak! Nggak punya hati!” teriak Monic.“Kau perempuan ular, Irene! Kau tega menikamku dari belakang. Akan aku bongkar semua kebobrokanmu sekarang juga.” Monic berteriak dengan napas yang naik turun. Matanya merah menahan sedih dan amarah.“Perlu kau tau, Danish. Kalau sebetulnya sekarang ini dia tidak hamil. Dia berpura-pura hamil supaya bisa menjebakmu dan memperoleh semua kekayaanmu.” Monic terengah.Danish terperangah. Namun, tidak dengan Bian. Dia sudah bisa menduganya.“Diam kau sialan!” Irene kini yang bangkit walaupun dengan gerakan tak bebas karena berusaha menutupi tubuhnya yang polos.“Aku tidak akan tinggal diam, Irene! Kau tega menggoda Demian di belakangku!” balas Monic.Bian

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 48

    Bian masih menyembunyikan masalah itu dari Danish. Dia tidak ingin menambah beban suaminya yang tengah sibuk dengan pekerjaan dan bisnisnya. Bian berencana akan menangkap basah keduanya dengan disaksikan oleh Danish juga Monic.Dia yakin jika tak lama lagi Irene akan meminta izin pada Danish untuk pergi ke luar kota, entah dengan memberikan alasan apa.Benar saja, hanya berselang beberapa hari, Irene meminta izin pada Dnish jika dia akan ada acara reuni dengan teman-temannya di Bali. Tepat seperti yang pernah Bian dengar saat di kafe jika kedua pasangan selingkuh itu akan pergi ke Bali.“Boleh, kan, Danish?” pinta Irene dengan rengekan manjanya. Danish tak menanggapi. Dia malah asik melanjutkan makan malamnya.“Tuan, Mbak Irene lagi bertanya.” Bian berbisik. Namun, Danish tak menggubrisnya.“Aku nggak peduli. Mau dia pergi ke neraka sekalipun, aku nggak peduli,” jawab Danish. Bian tersenyum malas. Sedangkan Irene tampak biasa saja dengan sikap Danish yang tak peduli.“Jadi kamu kasih

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 47

    “Hei, Bian.” Sebuah suara menyapa Bian yang sedang memilih pakaian di sebuah pusat perbelanjaan. Sekarang dia sudah berani ke mana-mana sendiri tanpa diantar oleh Danish yang super sibuk.“Hei, Lena!” Bian ikut terperangah saat melihat siapa yang menyapanya. Seorang teman lama semasa SMA.“Kamu keren, ya, sekarang. Makin cantik dan modis aja,” ujarnya sambil menilik Bian dari atas sampai bawah.Bian tertawa kecil.“Kamu lagi beli baju?” tanyanya dan Bian mengangguk.“Katanya, sekarang kamu punya suami yang kaya raya, ya? keren, deh, Bian.”Karena merasa tak enak diperhatikan oleh orang-orang, Bian mengajak Lena untuk mengobrol di kafe.“Kamu yang traktir, ya?” goda Lena mengedipkan mata. Bian tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Mereka kembali mengobrol setelah memesan makanan dan minuman. Lena menanyakan kehidupan Bian yang konon bersuamikan seorang bule kaya. Bian hanya tertawa tanpa banyak mengungkapkan bagaimana Danish sebenarnya.“Sama ajalah sama yang lain. Bedanya suamiku e

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 46

    Mata biru itu membelalak saat melihat siapa yang sedang duduk di ruang TV. Dengan santainya Rey memindahkan saluran sambil bersilang kaki.“Berani juga kau ke sini,” sindir Danish yang baru turun dari kamarnya. Rey tersenyum malas.“Aku ingin tahu keadaan Bian,” jawab Rey dengan entengnya.Danish terbahak.“Apa kau terlalu santai hingga mengurusi istri orang, hah? Dia itu tanggungjawabku, kau tidak perlu repot-repot memikirkannya. Hidupnya sudah sempurna dengan berada di sisiku.”Rey bangkit dan tersenyum kecut. “Oh, ya? Bagaimana dengan ini?” ucapnya menunjukan surat panggilan dari Pengadilan Agama.Danish membelalak. Dia tak menyangka jika Bian benar-benar mengajukan gugatan cerai.Dengan penuh amarah Danish menyambar surat itu dan menyobeknya hingga berkeping-keping.“Ini hanya lelucon. Bian akan segera mencabutnya,” ucap Danish jumawa.“Oh ya? Apa kau sudah yakin?” tanya Rey mengejek.Danish kembali terbahak. Dia kemudian meneriakan nama sang istri dengan lantang. Memangginya agar

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 45

    Danish menatap secarik kertas berwarna hitam putih dengan gambar siluet bayi tak begitu jelas. Dahinya mengernyit. Dia tidak meyakini kebenaran tentang gambar hasil USG itu.Tanpa mengatakan apapun, Danish pergi dan melempar begitu saja hasil USG itu ke atas meja.“Gambar seperti ini bisa punya siapa saja. Aku tidak akan percaya sampai lihat hasil tes DNA,” ujarnya santai.Irene terlihat kesal dan meremas kertas hitam putih itu hingga tak berbentuk.“Dasar laki-laki nggak bertanggungjawab!” teriak Irene geram.Danish yang hampir menginjakan kakinya di undakan tangga terhenti seketika dan perlahan berbalik. Tersungging senyum sinis di wajahnya.“Kau bilang aku tidak bertanggungjawab?” Danish tersenyum kecut. “Lalu bagaimana kau bisa tinggal di sini dengan uang yang aku berikan padamu setiap kau minta?”Irene melengos.“Kau tidak pernah memperlakukan aku seperti kau perlakukan Bian. Kau tidak adil!” Irene kemudian berani berteriak.Danish melangkahkan kakinya mendekati wanita itu.“Apa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status