Share

GADIS YANG MENGGODA
GADIS YANG MENGGODA
Penulis: Handira Rezza

Malam Penuh Noda

“Tidaaaakk,” teriak seorang wanita muda yang baru saja di antar masuk ke kamar asrama tempatnya mengadu nasib di kota besar.

Wanita muda itu tidak menyangka kesuciannya akan terenggut oleh seorang pria tua asing yang tidak pernah ia temui sebelumnya, gadis itu mencoba meronta dan meminta tolong tetapi tak ada satupun yang menolongnya, padahal kamar asrama yang di sediakan oleh bos yang memberi dia kerja sangat berdekatan dengan kamar yang lain dan diluar masih cukup ramai.

“Percuma kamu berteriak sampai tenggorokan sakit juga tidak aka nada yang menolong, lebih baik kamu patuh dan melayaniku, aku suka barang baru yang masih segel seperti ini,” ucap seorang pria tua asing yang mendekap tubuh gadis itu.

“Tolong tuan jangan lakukan ini padaku, aku datang ke sini untuk mengadu nasib dan bekerja sebagai penyanyi dangdut saja, aku tidak ingin melayanimu,” ucap gadis itu yang menangis ketakutan.

Pria tua yang sudah di pengaruhi minuman beralkhol itu tidak bisa menahan napsunya, ia tidak menggubris apa yang di katakan oleh gadis desa yang malang itu, tanpa menghiraukan permohonan dari sang gadis yang menangis ketakutan, pria tua berbadan gemuk itu terus menyetubuhi gadis bernama Marni sampai puas.

“Gadis cantik kamu membuatku puas malam ini, apalagi kamu masih suci,” kata pria tua itu sambil tertawa keras saat selesai menikmati permainannya.

Marni hanya bisa menangis meratapi nasibnya kini, berniat mengikuti ajang audisi lomba di kota besar dan berpikir dia akan bisa menjadi super star dangdut sehingga bisa memperbaiki ekonomi keluarganya di desa membuat Marni nekat datang ke ibukota setelah mendapatkan tawaran dari seseorang yang mengaku sebagai seorang karyawan di rumah produksi setelah dia manggung di acara hajatan mantenan di desa tempat tinggalnya.

Pria tua itu mendatangi madam Gisel pemilik rumah bordil berkedok karaoke dengan wajah sumringah dan puas.

“Madam Gisel, aku puas dengan pelayanan malam ini, aku tambahkan uang lebih karena aku menikmati barang bagus mala mini,” segepok uang mendarat di atas meja madam Gisel.

“Terima kasih tuan pelangganku, sering-seringlah datang kesini,” ucap madam Gisel yang begitu senang menerima banyak uang.

Madam Gisel berjalan menuju asrama tempat tinggal Marni, gadis berparas ayu yang datang dari desa, pekerjaannya adalah seorang biduan desa, yang datang di bawa oleh Jodi seseorang yang di utusnya mencari gadis cantik untuk bekerja di rumah bordilnya.

Krieettt pintu kamar Marni terbuka perlahan, madam Gisel mendapati Marni sedang meringkuk di atas kasurnya karena bersedih, di liriknya sprei yang kotor karena noda bercak darah.

Jadi ini yang membuat aku mendapatkan banyak uang malam ini, gadis ini tak hanya berparas cantik, tapi juga bersuara merdu, aku harus menahannya untuk bekerja disini,” gumam madam Gisel.

Madam Gisel mendekati Marni, ia duduk di sebelah gadis berparas ayu itu sambil mengelus rambutnya yang halus, ia mencoba menenangkan gadis yang baru saja melepas kesuciannya dengan pria paruh baya yang baru saja di kenalnya.

“Kamu tidak usah bersedih, tinggallah di sini dan dapatkan banyak uang,” ucap madam Gisel.

“Aku ingin pulang, aku tidak mau di sini lebih lama,” ucap Marni yang masih syok dengan kejadian yang barusan menimpanya.

Madam Gisel mengatakan jika dia pulang sekarang keluarganya di desa akan penuh pertanyaan, lebih baik tetap tinggal dan mendapatkan banyak uang, sebagai seorang penyanyi sekaligus bisa berkencan dengan pria kaya yang datang ke rumah bordil ini. Mereka menyukai gadis cantik bersuara merdu jika Marni bisa mengambil hati mereka pasti akan bisa mengirim banyak uang kepada ibunya yang ada di desa.

“Nak aku rasa kamu harus tetap tinggal di sini, kamu bisa bernyanyi sekaligus berkencan dengan pria kaya yang ada di sini, dengan begitu kamu bisa mengirim uang rutin kepada ibumu di desa, bukankah itu tujuanmu datang ke ibu kota?” ucap madam Gisel yang membujuk Marni.

“A-ku datang untuk menjadi penyanyi dangdut terkenal bukan untuk menjual tubuhku,” ucap Marni dengan lantang.

Suasana seperti ini sudah biasa di hadapai oleh madam Gisel, mudah sekali membujuk para gadis yang sudah masuk dalam rumah bordilnya, semua karena uang, madam Gisel menawarkan harga tinggi atau gaji pokok tinggi belum tips melayani tamu yang akan di dapatnya setiap bulan, jika masih ingin tinggal di rumah bordil ini, karena dia melihat peluang Marni yang akan menjadi primadona rumah bordil yang dia kelola ini.

“Marni, aku bisa memberimu upah yang tinggi sebagai penyanyi di karaoke dan kafeku ini, dan jika kamu mau melayani tamu vip tips besar akan kamu dapatkan, bukankah kamu mau mengubah nasibmu dalam segi ekonomi?” ucap madam Gisel mencoba membujuk Marni.

“Beri aku waktu semalam untuk berpikir, besok madam bisa mencariku lagi untuk meminta jawaban,” ucap Marni yang masih di penuhi penyesalan di hidupnya.

Madam Gisel menyetujui permintaan Marni, mungkin dia masih syok atas kejadian yang menimpanya malam ini, madam Gisel berjalan menjadi dari tempat tidur Marni, ia menutup pintu kamar Marni dengan pelan, senyuman kemenangan menghiasi wajahnya.

Aku sudah menggeluti bisnis ini puluhan tahun, meyakinkan seorang gadis yang bisa membuat tempat ini bersinar lagi itu sangatlah mudah,” ucap madam Gisel dengan sangat bahagia.

Malam semakin larut dan terasa dingin sampai menusuk tulang, Marni yang masih belum beranjak dari posisinya selesai di buka segelnya oleh pria tua itu mulai merasakan kedinginan karena belum berpakaian, hanya selembar selimut sedari tadi, bahkan saat madam Gisel mengobrol dengannya Marni masih berselimutkan selimut yang ada di tempat tidurnya, ia masih merutuki kisah tragisnya saat pertama kali datang menginjakkan kaki di ibu kota.

“Dingin sekali malam ini, aku harus memakai baju hangat, ah kakiku sakit sekali,” Marni memegang pakal kakinya yang terasa sakit karena baru pertama kali melakukan hubungan itu.

Selesai mandi dan berganti baju, Marni duduk di depan meja riasnya di pandangi wajah ayu di depan cermin itu, dia berbicara dengan bayangannya yang ada di dalam cermin, “Kenapa kamu begitu bodoh Marni, bisa-bisanya tertipu oleh orang asing yang mengaku sebagai karyawan di sebuah rumah rekaman?”. Menyesalpun tidak ada gunanya, ibarat nasi sudah menjadi bubur menangis, marah dan mencaci maki orang yang menipunya tidak bisa mengembalikan kegadisannya yang telah ternoda.

Marni meluapkan kekesalannya di depan meja rias, berbicara dengan bayangan wajahnya sendiri sampai akhirya lelah dan tidur pulas sampai pagi hari.

“Astaga aku ketiduran di meja rias, sudah pagi ternyata, apa yang harus aku lakukan di pagi hari seperti ini, jika di desa aku selalu membantu ibu memasak di dapur,” gumam Marni.

Krieet! Pintu Kamar Marni terbuka perlahan. Ia penuh waspada melihat ke arah pintu dan memperhatikan siapa yang datang. Tubuhnya gemetaran ia takut dipagi hari ini akan ada seseorang yang sengaja datang minta dilayani. 

"Gawat siapa yang datang membuka pintu? jangan-jangan pemilik rumah bordir ini memaksaku untuk melayani tamu, ya Tuhan aku harus bagaimana? Aku tidak mau lagi melayani tamu, aku harus sembunyi!" seru Marni dalam hatinya.

Belum sempat menemukan tempat untuk bersembunyi. Seseorang memanggil nama Marni sehingga membuatnya kaget. Marni belum berani menoleh karena masih trauma dengan kejadian semalam. Tubuhnya gemetaran karena ketakutan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status