Share

Part 2

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-03-07 18:17:09

Ayo, minum!" Aku kembali meminta, setelah pasiennya pergi. Dia kini mengambil tempat di sebelahku, juga menyulut rokok.

"Pipimu bengkak. Kau dipukul?"

"Ya."

"Kenapa kau lakukan itu?"

"Apa? Memajang foto polosku?" Aku tergelak. "Kau melihatnya? Aku seksi, kan?"

"Gila!" Dia berdecih. 

"Yes, Fi. I am crazy. Aku benar-benar sudah gila tinggal di rumah itu."

"Kenapa? Kulihat mereka memperlakukanmu dengan baik."

"Oh, shit, Kahfi." Aku mendorong bahunya. "Kau juga tertipu rupanya."

Dia menggelengkan kepala, sembari membuang asap rokoknya.

"Apa lagi yang kau tunggu. Tutup kedaimu."

"Kau gila. Ini masih pagi. Kau mau minum apa? Jamu?"

"Oh, ya ampun, Fi. Ini sudah hampir jam dua belas. Kalau tak mau minum, kau bisa temani aku makan."

"Kau saja, makan siangku sudah datang." Dia bangkit penuh senyuman, menyusul seorang gadis berseragam SMA yang berjalan menuju ke arah kami. 

Sepertinya gadis berambut panjang itu baru saja pulang sekolah, melihat sandal yang kini sedang dipakainya. Sudah beberapa bulan ini, pria yang selalu menemaniku memacari gadis ingusan seperti itu. 

"Hai, Kak," sapanya, dengan ramah. Dan itu memuakkan. Aku benci berbasa-basi. Aku tak menyukainya. 

"Aku pulang saja!" ketusku, lalu bangkit dan keluar dari kedai itu. 

Ya, hanya kios biasa. Bukan barbershop, yang menjanjikan kenyamanan para pelanggannya.

"Makanlah dulu!" Dia menghentikan langkahku. Kulihat wajah kekasihnya merengut, dan aku suka itu. 

"Oke." Aku kembali ke posisi semula. 

"Kita makan bersama, Ara," ucapnya lembut, pada pujaan hatinya. Memuakkan. 

"Ibu menyuruh Ara cepat pulang, Bang."

"Oh, baiklah. Nanti malam Abang bawakan kembali kotak bekalnya."

Gadis itu mengangguk. Good. Nanti malam dia akan ke sana, dan tidak ada waktu minum bersamaku. 

"Kenapa tak memacari anak SD sekalian?" decihku. 

"Kau cemburu?"

"Oh, yang benar saja, Fi. Aku? Dengan gadis itu? Dia hanya anak ingusan."

"Dia sudah dewasa. Selalu rutin datang bulan."

"Sialan," umpatku, mendorong bahunya kembali. 

.

Aku membaringkan diri di ranjang. Menghapus satu persatu foto topless di instagramku yang sudah bercentang biru. 

Ya, aku seorang selebgram. Merambah ke youtube dengan subscriber hampir mendekati angka dua juta. Putri konglomerat, anggota dewan yang baru saja kupermalukan dengan fotoku yang sedang viral. 

Bukan tanpa sebab, karena aku memang membenci dan sengaja membuatnya marah. Memang benar-benar sialan si Erik. Berani mengancamku dengan menggunakan hacker, yang bisa saja langsung menerobos dan merusak semua isi akunku. 

Ah, aku bosan. Benar-benar Kahfi keterlaluan. Sejak memiliki pacar, dia jadi tak punya waktu untuk menemaniku. Banyak memang, pesan dari teman-teman sosialitaku. Tapi tidak dengan suasana buruk hatiku saat ini. 

Hanya Kahfi saja yang bisa kuajak bicara, tanpa perlu menjilat dan merayu untuk membenarkan semua kelakuanku. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus pergi. Malam ini dia harus bersamaku.

"Mau kemana, Key?" sapa wanita munafik itu, yang sedang bersantai dengan suami dan kedua anak kesayangannya. 

Oh, no. Kenapa aku harus melewati mereka. Keluarga yang begitu harmonis. Damn! Mereka bahkan tak menganggapku ada. Aku terus berjalan hingga keluar teras dan membanting pintu dengan sekuat tenaga. Kuharap setelah kutinggal, bangunan megah ini akan runtuh dan menimpa mereka semua. Aamiin.

Kulihat kios Kahfi sudah tutup. Padahal ini baru jam delapan malam. Dasar keparat. Dia bisa menutupnya lebih cepat demi gadis ingusan itu. Apa dia pikir bisa bebas dariku begitu saja, ha? 

Aku hanya tinggal menyeberangkan mobil saja, dan langsung sampai ke rumahnya. Namun lagi-lagi dia sudah pergi berkunjung ke rumah kekasihnya, yang terhitung masih tetangga. Pacar lima langkah rupanya. Oke. Mari kita lihat, apa yang bisa kau lakukan dengan anak ingusan seperti itu. 

"Fi!" Aku berteriak dari pagar kayu yang sudah hampir tumbang.

Aku terkekeh melihat dia yang shock melihat penampakanku. Ah, begitu rupanya gaya berpacaran mereka, hanya duduk dan mengobrol sembari mendengarkan suara jangkrik. Ya, aku bisa mendengar suara itu. 

"Sedang apa kau di sini?" Dia terlihat gusar, meninggalkan gadisnya menunggu di atas teras.

"Apa lagi? Ayo minum! Kau bisa ajak pacarmu. Biar aku yang bayar," sahutku santai. 

"Kau gila! Dia bahkan tak pernah keluar malam. Pulanglah!"

"Aku tak mau. Aku mau ikut masuk dan mengobrol. Makin ramai makin asik," pintaku. 

"Haish...." Dia mengusap kasar rambutnya. "Berhenti bersikap konyol, Key. Kau seperti anak-anak."

"Bukankah kau menyukai anak-anak? Kau sekarang lebih nyaman bersamanya."

"Karena dia kekasihku."

"Lalu aku bagaimana? Kau tahu aku sedang tak enak hati. Aku tak punya teman selain kau."

"Kalau begitu carilah pacar. Bila perlu menikah sekalian. Minta suamimu untuk membawamu pergi dari rumah itu, lalu berhenti menggangguku."

"Kau bilang aku pengganggu?"

Dia menarik napas kasar. "Bukan itu maksudku." Dia meralat ucapannya. 

"Kalau begitu, kau saja yang menikahiku. Bawa aku pergi dari rumah itu. Setuju?" Aku menyengir, sembari mengacungkan ibu jariku. 

"Oh, Tuhan. Apa sebelum ke sini kau minum alkohol?" tuduhnya.

"Aku baru saja ingin mengajakmu." Aku kembali tersenyum dengan melebarkan deretan gigi putih yang selalu ku bleaching. 

"Astaga, kau mabuk, Key. Pulang sana. Mana mobilmu?"  

"Di rumahmu."

"Oke! Pergilah sekarang. Ambil mobilmu, dan jangan mengganggu acaraku."

Acara? Dia mengadakan acara tanpa aku? Enak saja. Kau satu-satunya temanku. Kau milikku. Lalu kulihat gadis bernama Ara itu berjalan menyusul mendekati kami. Lalu dengan cepat aku menarik wajah Kahfi dan meraih bibir merah itu dengan mulutku. Lalu mengintip dari balik tubuhnya, menyaksikan gadis itu terpaku dan berhenti melangkah. 

Fix! Dia menyaksikannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Jems Istia
ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Rosse Ryu
keyra bener² bikin runyam s kahfi aja
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
aduh kacau keyra..teman cowok yg lagi pacaran malah dicium bibir secara sengaja di depan pacarnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 88 (Ending)

    Tak jauh berbeda dengan Erik. Ia sudah mengakui perbuatannya dulu pada Papa. Mengakhiri hubungannya denganku begitu saja, hanya agar tak ada halangan yang membuat Papa membatalkan niat untuk menikahi Mamanya.Ia mengakui, saat itu hidup mereka benar-benar sedang terpuruk. Papanya mengusir mereka dari rumah dan tak mendapatkan apapun karena Tante Winda tetap bersikukuh meminta cerai.Ya, wanita mana yang sanggup hidup seperti itu. Selalu diperlakukan kasar dan juga di khianati. Dan keputusan Papa untuk menikahi dan kembali mengangkat derajat mereka, benar-benar perbuatan yang mulia. Sayangnya, aku baru menyadari hal itu sekarang.Erik mengakui semua penyesalannya. Bahwa ia telah mengorbankan rasa cintanya dan juga telah melukai perasaanku. Hubungan yang kami jalin sejak masa pubertas harus hancur karena takutnya ia akan kemiskinan. Dan itu sangat menyakitiku hatiku saat itu.Penyesalan? Ya. Dia begitu menyesal karena a

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 87

    Huek... huek...Aku mengeluarkan semua isi perutku. Kegiatan rutin yang selalu menyiksaku setiap pagi. Ouch... ini menyebalkan. Aku kembali ke kamar dan berbaring. Menghirup aroma minyak kayu putih yang tak bisa lepas dari genggamanku."Minumlah." Kahfi membawakan segelas air hangat seperti biasa. Aku bangkit dan meraih pemberiannya."Sampai kapan aku seperti ini, Fi?" rintihku, meneguk air yang dibawanya."Sabarlah. Paling lama hanya tiga bulan. Setelah itu kau akan baik-baik saja," ucapnya lembut sembari memijat keningku."Tiga bulan? Itu terlalu lama, Fi. Ini bahkan baru beberapa minggu saja," rengekku manja, menjatuhkan kepala di bahunya.Dia tertawa kecil."Memangnya apa yang ingin kau lakukan? Kau bisa minta padaku. Nanti aku yang bawakan." Ia merangkul dan mengusap bahuku."Aku ingin jalan-jalan keluar. Tapi setiap aku berdiri, rumah ini terasa seperti berputar. Apa semua

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 86

    "Apa yang kau lakukan dengan pakaian seperti ini?" geramnya, dengan setengah berbisik."Mengantarkanmu makan siang," sahutku, sembari menepis pegangannya."Pulanglah! Ada banyak pria di sini."" Memangnya kenapa, Fi?" Aku pura-pura tak mengerti."Kau tidak lihat cara mereka memandangmu?""Tentu saja. Aku memang cantik, bukan? Wajar kalau mereka tertarik melihatku.""Aku bilang pulang!" perintahnya lagi."Tidak mau!"Aku menjauh dan duduk di kursi bambu di antara kedua pria yang sedang menunggu giliran untuk dieksekusi."Punya rokok?" tanyaku dengan suara menggoda.Mereka tersenyum. Lalu keduanya bergerak cepat merogoh kantong masing-masing. Aku tersenyum lebar, saat kedua bungkus rokok berbeda merek itu kini berada di hadapanku. Tanganku mulai menyentuh benda itu, sampai sebuah tangan besar menyambar, dan mengambil keduanya."Kami akan tutup. Kalian pulanglah!" ucap Kahfi ket

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 85

    Aku berjalan gontai keluar dari Rumah Sakit. Pembicaraan dengan dokter Satya bagai suatu hal yang tak masuk di akal bagiku. Apa dia sudah tahu selama ini, jika Elena telah mengalami gangguan. Itukah yang ia dapat dari konsultasi mereka beberapa waktu yang lalu?Kupikir semua baik-baik saja, dan berjalan dengan lancar. Tanpa kutahu, Dokter muda itu telah menangkap gelagat aneh dari dirinya. Ditambah lagi dengan pengakuanku yang tak sengaja didengarnya waktu itu.Oh my God, ini benar-benar gila. Si jalang itu benar-benar gila telah berani merayu suami orang, dan tak ingin melepaskannya begitu saja.Bitchi!Aku terduduk lemas begitu sampai di balik kemudi mobil. Menyandarkan punggung demi merenggangkan urat syarafku yang dari tadi menegang. Teringat apa yang dikatakan Dokter Satya di ruangan tadi."Awalnya memang benar ini soal hutang piutang. Papaku menangguhkan pinjaman karena Elena memohon. Papa tak tega melihatnya,

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 84

    "Yes, Dokter?" jawabku tanpa berbasa-basi."Bisa kita bertemu?" pintanya dari kejauhan.Oh, shit. Kenapa dia harus memanggilku di saat yang tidak tepat. Membuatku merasa dilema, antara mengantarkan makan siang Kahfi atau mengurus Elena.Aku segera mengganti pakaian dan mengambil tasku. Aku harus tahu bagaimana nasib Elena selanjutnya. Jika Dokter itu tak bisa mengatasi bajingan itu, aku sendiri yang akan datang mengancamnya.Baru saja aku hendak keluar menuju teras depan, saat kulihat Kahfi sudah masuk dan kembali menutup pintu. Sudah hampir jam dua. Dan ini terlalu lambat untuk makan siang.Kedua mata kami saling bertemu. Membuatku rindu dan ingin sekali memeluknya. Lalu bagaimana jika tiba-tiba ia menolak dan mendorongku? Tidakkah hal itu sangat memalukan untuk wanita sepertiku?"Aku keluar sebentar," ucapku memberi tahu. "Hanya sebentar saja.""Bukankah sudah kubilang lakukan sesukamu?" s

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 83

    "No, Kahfi. Kau tidak bisa bicara seperti itu padaku. Kau sudah berjanji. Kau tidak boleh memperlakukan aku seperti ini."Dia langsung membuang pandangan. Membuat hatiku terasa begitu perih. Tidak. Ini tidak nyata. Kahfi pasti sedang bercanda."Pulanglah! Aku tak ingin kita saling menyakiti lagi," ucapnya tanpa berbalik."Aku tidak mau. Itu rumahku. Kau tidak punya hak mengusirku," ucapku dengan bibir bergetar.Dia kemudian berbalik dan memandangku. Menatapku dengan tatapan kosong."Jangan lagi bohongi dirimu sendiri, Key. Sandiwara ini tak akan pernah berhasil. Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Pulanglah, aku melepasmu.""Tutup mulutmu, sialan! Aku tak mau mendengar kata-kata itu lagi. Kau jahat. Aku membencimu. Kalau kau tak ingin bersamaku lagi, kau saja yang pergi. Aku akan tetap tinggal di rumah itu." Dadaku kembang kempis menahan sesak."Hentikan omong kosongmu, Key. Untuk apa kau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status