Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian Tessa segera menemui Leo di pesta. Dia takut Hisaki melakukan sesuatu yang buruk pada suaminya. Dia sangat cemas mencari Leo di antara para tamu. Kemudian dia melihat Nyonya Willson yang sedang berdiri sembari menggendong William. Nyonya Willson sedang berbincang dengan para tamu."Mom, dimana Leo?" tanya Tessa pada Nyonya Willson. Dia lega melihat William tampak baik-baik saja. Dia sangat mencemaskan puteranya itu. Hisaki dan orang-orangnya bisa saja melakukan hal buruk pada William."Tessa, astaga ... dari mana saja kamu? Leo dan para tamu terus mencarimu. Dan apa ini? Kamu berganti pakaian? Bahkan wajahmu tampak pucat. Apa yang sudah terjadi?"Nyonya Willson menatap heran pada Tessa dan gaun yang dikenakan puterinya itu. Dimana gaun pesta yang tadi?Kenapa Tessa sampai bertukar pakaian sedangkan pesta belum selesai?Dia sungguh sangat heran. Bahkan kedua mata Tessa tampak sembab seperti habis menangis."Bajuku terkena noda koktail.
Langkah kecil Tessa tiba di lantai dua mansion. Di sana ia melihat ada dua orang bodyguard Hisaki yang sedang berdiri berjaga-jaga di depan pintu kamar tamu.Sial! Para Yakuza sialan itu sudah mengambil alih pestanya dan juga rumahnya. Tessa sangat geram dan segera melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar tamu yang ada di sana."Apa yang kalian lakukan di rumahku?! Singkirkan senjata mainan itu dari hadapanku!" Tessa marah-marah pada dua orang bodyguard yang sedang berdiri sembari memegang revolver di tangan."Maaf, Nyonya. Ini perintah bos kami. Silakan masuk," jawab satu orang dari mereka lalu membukakan pintu kamar tamu untuk Tessa.Tessa mendengus kesal. Enak saja mereka mengambil alih rumahnya. Aneh. Dimana para bodyguard Leo? Kenapa yang tampak di mana-mana kini hanya para Yakuza sialan itu? Tessa sungguh sangat kesal."Ayo masuklah, Nyonya!"Bodyguard berwajah Asia kembali menegaskan pada Tessa. Wanita itu masih tampak ragu dan kesal."Ini rumahku. Jangan coba-coba menyuruh
Malam itu di pelataran mansion Leo dipadati mobil-mobil mewah yang berjejer memenuhi halaman seluas stadion di sana. Para tamu undangan memenuhi rumah megah itu. Wah, ada apa ini? Rupanya Leo dan Tessa sedang mengadakan pesta besar-besaran malam itu.Pesta anniversary pernikahan mereka yang ke lima tahun dan kebetulan bertepatan pula dengan hari ulang tahun putera mereka yang bernama William Stratan Scoth yang ke dua tahun. Pesta mewah ini sengaja diadakan di mansion mereka, karena Leo ingin memperlihatkan betapa bahagianya dirinya saat ini, bisa berkumpul dengan istri dan anaknya.Mansion bernilai puluhan milyar itu dibeli oleh Leo untuk Tessa sebagai kado istimewa atas kelahiran putera mereka. Sejak William lahir mereka tinggal di rumah mewah bak istana itu.Para tamu bukan hanya datang dari dalam negeri saja, tapi juga ada yang datang dari luar negeri. Termasuk para kerabat Leo dan Tessa. Juga para kolega bisnisnya.Semua tamu merasa sangat tersanjung mendapatkan undangan pesta
Hari berikutnya Leo datang menemui Alex di rumah sakit. Luka di kepalanya sudah membaik. Alex akan pulang dari rumah sakit hari ini. Sementara Laura dan Charlie sudah kembali ke Aussie. Leo memaafkan Laura, namun tetap tak bisa menikahinya.Laura tak bisa memaksa Leo. Dia pun memutuskan untuk melahirkan bayinya di Aussie. Charlie selalu ada untuk Laura. Dia bahkan mau menerima bayi Laura jikalau wanita itu berkenan. Namun Laura tak ingin menjadikan Charlie sebagai pelariannya. Dia memilih untuk membesarkan bayinya seorang diri dan akan menjadikan bayi laki-laki itu seorang pebisnis yang handal."Kamu akan pulang hari ini, Alex. Aku sangat senang," ucap Leo. Sambil tersenyum ia menepuk bahu Alex yang sedang duduk di atas ranjang pasien."Leo, bagaimana denganmu? Apa kamu akan tetap bercerai dengan Tessa? Kurasa ini kesempatan untuk kamu dan Tessa kembali bersama." Alex menatap dalam-dalam ke manik biru terang Leo. Banyak peristiwa buruk yang sudah terjadi sepanjang tahun ini. Pasti
Alex tersenyum remeh pada Laura lalu menoleh pada Charlie. Laura tampak sangat cemas. Sedang Charlie hanya memasang wajah dingin pada Alex.Tentu saja Laura takut jika Alex akan melaporkan hal besar ini pada Leo. Ini tidak bisa dibiarkan! Sebelum hal itu terjadi, dia harus membereskan Alex lebih dulu.Dalam rasa panik, Laura menyapu pandangan ke sekitar. Matanya membulat penuh saat melihat sebuah balok kayu yang berada di antara pot bunga Bugenvil.Dia menyipit melihat benda itu. Sepertinya rencana busuk segera muncul di benaknya. Dengan cepat ia segera menyambar balok kayu tersebut dan langsung memukul kepala Alex dengan itu.Bug!"Arkh!"Alex mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya. Masih memegang balok kayu, Laura dengan brutal memukul Alex lagi di tempat yang sama.Pria itu sempoyongan sambil mengerang sakit. Alex berusaha bangkit. Tangannya bertumpu pada tepi pot bunga besar di sekitar. Dia harus segera pergi pada Leo atau berteriak meminta bantuan.Namun sepertinya Laura T
Waktu seakan berhenti. Leo dan Tessa saling berpandangan dingin. Tatapan Leo tampak sangat hancur. Namun dia butuh penjelasan dari Tessa atas ucapannya tadi. Dia harus tahu siapa ayah dari bayi yang sedang Tessa kandung itu. Meski pahit dia harus tetap mengetahuinya.Tessa menatap Leo dengan wajah penuh penyesalan. Air matanya tak henti bergulir dengan dadanya yang terasa sesak. Akhirnya racun yang sudah lama menggerogoti hatinya itu sudah ia muntahkan. Meski sakit Leo harus tahu semua ini."Siapa? Siapa ayah dari bayi ini, Tessa?!" Leo menatap dengan marah pada Tessa.Kenyataan ini sungguh sangat pahit baginya. Pantas Tessa selalu murung sejak dirinya mengandung. Rupanya bayi itu hasil hubungan terkutuknya dengan Arnold. Leo memalingkan wajahnya dari tatapan sedih Tessa."Malam itu saat aku memergoki Daddy Arnold dan Bibi Lusi yang sedang berselisih. Aku berniat untuk menemuimu dan mengatakan segalanya yang kudengar. Namun, Daddy Arnold memukul kepalaku sampai aku tak sadarkan diri