Beranda / Romansa / GAIRAH SANG TUAN MUDA / One night stand 21++

Share

GAIRAH SANG TUAN MUDA
GAIRAH SANG TUAN MUDA
Penulis: Zedya_lee

One night stand 21++

Penulis: Zedya_lee
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-11 00:25:55

"Ahh sialan, berapa banyak obat yang Maya berikan untukku."

Eriska terus berjalan dengan sempoyongan menyusuri lorong kamar hotel. Dia mencari kamar hotel nomor 69, disitulah dia akan menghabiskan malam panjang bersama seorang pria yang sudah Maya pesankan untuknya.

Akibat pengkhianat calon suaminya yang ketahuan selingkuh H-2 sebelum hari pernikahannya membuat wanita itu melampiaskan semua rasa sakitnya dengan melakukan hal yang bahkan tidak pernah dia lakukan seumur hidupnya.

One night Stand. Tidur dengan seorang pria asing yang tidak dikenalnya.

Dia akan menyerahkan kep*rawanannya untuk pria siapapun itu yang beruntung.

Dia juga diberikan obat perangsang oleh Maya, entahlah tapi kata Maya bermain dengan obat perangsang akan jauh lebih mengasyikkan, apalagi ini pertama kali dilakukan Eriska. Ini akan menjadi pengalaman pertama yang tidak akan terlupakan.

Sampai di depan kamar nomor 69, Eriska langsung masuk karena memang kata Maya kamarnya tidak dikunci oleh pria yang Maya bayar khusus untuk Eriska.

Eriska terus berjalan memasuki kamar itu, badannya terasa panas, ia ingin segera disentuh saat itu juga. Semuanya tidak terkendali, biarkan saja malam ini dia dianggap sebagai wanita murahan yang haus akan sentuh seorang pria.

"Hahhh." Eriska kembali kepanasan, dia segera melepaskan dress putih yang dikenakannya tanpa sedikitpun rasa malu, meninggalkan bra dan celana segitiga hitamnya yang masih melindungi surga duniawinya.

"Hei, cepatlah. Aku butuh sentuhanmu. Puaskan aku malam ini dan aku akan membayarmu dua kali lipat, ahhh."

Tak lama kemudian pria itu mendekatinya, menindih tubuhnya yang seksi itu.

"Berapa banyak yang kau minum?" tanya pria itu ketika mencium bau alkohol yang sangat kas diindra penciumannya.

"Bukan urusanmu, tugasmu hanya melayaniku."

"Aku tidak mau tidur dengan seorang wanita yang mabuk."

"Tapi melihat betapa indahnya bentuk tubuhmu, aku jadi tertarik untuk mencobanya," lanjut pria itu.

Eriska tersenyum sinis. "Dasar pria, langsung lemah jika disuguhi hal seperti ini," batinnya.

Pria itu pun tanpa basa-basi langsung mencium bibir Eriska dengan ganas, tangannya tidak tinggal diam, menjelajahi setiap titik kelemahan Eriska. Pria itu sudah sangat ahli dalam hal seperti ini.

Setiap hari dia selalu melakukannya dengan wanita yang berbeda-beda, jadi tidak perlu diragukan lagi keahliannya.

Eriska melenguh, suaranya terdengar begitu seksi di telinga pria itu sehingga membuat pria itu semakin bersemangat dan semakin liar menjelajahi tubuh Eriska.

Bahkan bra dan celana segitiga yang tadinya masih menutup inti kenikmatannya pun sudah Pria itu buka dengan paksa, lebih tepatnya di robek.

Eriska tidak memperdulikan hal itu, dia sudah pasrah. Yang dibutuhkannya saat ini adalah kepuasaan.

Tubuhnya pun sudah polos, tanpa sehelai benangpun yang menutupinya. Sedangkan pria itu masih dengan handuk yang melilit sempurna di pinggangnya.

Dengan nalurinya, Eriska juga mulai bergerak liar, tangannya tidak diam. Sesekali dia membelai dada, perut yang six pack milik pria itu dan juga memainkan p*ntil pria itu, membuat sang lawan ranjang juga semakin bergairah.

Setelah puas dengan pemasangan, pria itu segera bangkit dan melepaskan handuknya, ternyata sedari tadi pria itu tidak mengenakan apa-apa, hanya dengan sehelai handuk yang menutupi.

Pandangannya tak lepas dari Eriska sedikitpun. Sesekali ia menyeringai, sungguh wanita dihadapannya ini benar-benar sempurna dan membuat nya semakin bergairah.

"Kau yang datang padaku, jadi jangan menyesal jika keesokan paginya kau tidak bisa bangun dari ranjang."

Pria itu mengocok miliknya sebentar sebelum akhirnya mengarahkan ke surga duniawi milik Eriska.

"Are you ready baby? Aku akan masuk sekarang."

"Arghhh!!" Pekik Eriska kesakitan begitu benda milik pria itu masuk dengan sempurna. Ini pertama kali untuk nya jadi wajar saja jika ia merasakan kesakitan yang luar biasa.

"Sialan, dia masih p*rawan." Pria itu mengumpat , begitu melihat d*rah segar yang keluar dari inti Eriska.

Ini pertama kalinya dia mendapat seorang wanita p*rawan, entah ini keberuntungan atau malapetaka. Tapi dia menikmati itu, bahkan istrinya saja saat menikah dengan nya sudah tidak p*rawan lagi.

Dia seperti mendapatkan dorr prize malam ini.

Dia terus menggerakkan pinggul nya berusaha membiasakan miliknya di dalam gua sempit milik Eriska, "Ini sangat sempit." sementara Eriska yang tadi kesakitan mulai menikmatinya.

"Aaahhhhh."

Keduanya mulai merem melek menikmati sensasi yang begitu luar biasa.

Jadi begini rasanya berhubungan badan, pantas saja Maya dan beberapa teman nya selalu ketagihan dan selalu minta dipuaskan oleh pacar mereka.

Hidup Eriska terlalu kolot, dia bahkan tidak pernah mencoba hal-hal seperti ini, baginya kep*raw*nannya akan diberikan hanya untuk suaminya. Tapi setelah penghianatan calon suaminya, Eriska jadi sakit hati dan memilih untuk memberikannya kepada pria lain.

"Kau sangat nikmat aaargghhh." Pria itu menampar gunung kembar Eriska. Sambil bermain dibawa sana dia juga meny*su bagaikan seorang bayi yang kelaparan di kedua bukit kembar Eriska.

"Ahhhh umhhh .... aku seperti mau pipis, aahhhh ...." rintisan Eriska semakin menjadi jadi begitu pria itu mempercepat gerakannya.

Pria itu semakin memperdalam hingga Eriska bisa merasakan intinya terasa penuh. Dia dibuat hampir gila dengan kenikmatan yang diberikan pria ini begitu juga pria itu, dia juga hampir gila dengan milik Eriska yang sempit.

Eriska bahkan sudah pelepasan berulah kali, sedangkan pria itu masih saja kuat di dalam sana. Entah dia minum obat kuat atau bagaimana tapi mereka melakukannya berulang-ulang hingga badan Eriska rasanya hampir remuk.

Dan tak lama setelah itu, tepatnya pukul 3 dini hari, setelah sekian lama akhirnya Eriska merasakan sesuatu yang membesar dan hampir meledak di dalam sana, hingga .... pria itu memuntahkan sesuatu di dalam rahim nya.

Pria itu mengerang nikmat. Suaranya terdengar seksi di telinga Eriska. Eriska menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, ia juga merasakan sesuatu yang mau keluar.

"Ahhh...."

Tubuh Eriska bergetar hebat. Ia akhirnya kembali mengalami pelepasannya yang kesekian kalinya. Dan akibat kelelahan, dia pun langsung tertidur akibat pergulatan panjang ini.

"Tidak disangka, aku baru saja merenggut mahkota seorang wanita. Ini pertama kali dan wanita ini terlihat menarik." Pria itu kembali menyeringai melihat Eriska yang sudah terlelap.

***

Sedangkan disis lain, Maya baru saja mendapatkan telpon dari pria yang disewanya untuk Eriska. Kata pria itu Eriska tidak datang ke kamar hotel yang sudah mereka pesan dan Maya mulai panik.

Dia takut Eriska kenapa-kenapa, apalagi sahabatnya itu masih dibawah pengaruh obat perangsang. Bagaimana jika saat Eriska ke kamar hotel, lalu bertemu om-om hidung belang dan berakhir Eriska tidur dengan om-om hidung belang itu. Tidak, tidak. Itu tidak boleh terjadi. Eriska hanya boleh tidur dengan pria yang seumuran atau paling tidak 2 atau 3 tahun di atas Eriska.

"Gimana nih, nomor Riska juga nggak aktif," ucap Maya khawatir.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GAIRAH SANG TUAN MUDA   Yang Sebenarnya

    Setelah makan malam, Askara mengajak Eriska berjalan ke tepi pantai. Langit malam di atas mereka bertabur bintang, menciptakan suasana tenang yang kontras dengan badai emosi yang berkecamuk di hati Eriska. Deburan ombak yang berulang kali mencapai bibir pantai seakan berusaha menenangkan pikirannya, tapi tetap saja, ia masih merasa marah dan kecewa.Angin malam bertiup lebih dingin dari yang ia kira. Ia merapatkan tangannya ke tubuh, mengusap kedua punggungnya untuk menghangatkan diri. Namun, sebelum ia sempat melangkah menjauh, sesuatu yang hangat menyelimuti bahunya.Eriska menoleh dan mendapati Askara telah menyampirkan jasnya ke bahunya.“Aku tahu kamu kedinginan. Pakai aja, jangan protes,” ucap pria itu dengan nada lembut, tapi ada ketegasan di dalamnya.Eriska ingin menolak, ingin mengembalikan jas itu. Tapi pada akhirnya, ia memilih diam. Ia masih kesal, tapi lebih dari itu, ia ingin mendengar penjelasan Askara—meskipun ia tak yakin akan percaya.Mereka duduk di atas pasir, mem

  • GAIRAH SANG TUAN MUDA   Makan malam

    Eriska masih kesal sejak pagi. Sejak dia tahu fakta yang membuatnya merasa seperti orang paling bodoh di dunia—bahwa Askara Dirgantara sudah menikah. Sialan. Dia benar-benar ingin meninju wajah pria itu. Ingin meneriakinya sebagai bajingan kelas kakap. Tapi, di satu sisi, dia juga harus tetap bersikap profesional. Sebagai sekretaris, dia tidak bisa membiarkan emosi pribadinya mengganggu pekerjaannya. Jadi, meskipun dia sangat kesal dan marah dengan Askara, Eriska tetap melakukan tugasnya seperti biasa. Hari ini penuh dengan rapat dan pertemuan dengan klien-klien penting. Eriska dan Askara harus menghadiri tiga meeting penting berturut-turut, Eriska mencatat poin-poin penting, memastikan Askara tetap on track dengan jadwalnya, dan sesekali bertukar senyum dengan rekan bisnis pria itu—senyum profesional yang terasa dipaksakan. Sementara itu, Askara bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Seakan ia bukan pria brengsek yang sudah pernah menidurinya dan merahasiakan pernikahannya.

  • GAIRAH SANG TUAN MUDA   Di balik Kesempurnaan

    Kalina duduk dengan anggun di kursi rias, membiarkan tangan-tangan profesional menata rambutnya dengan sempurna. Make-up artist menyapukan kuas dengan hati-hati di wajahnya, memberikan sentuhan akhir yang membuatnya tampak lebih menawan dari biasanya. "Pipi kamu tuh benar-benar kayak porselen, beb. Mulus banget," puji salah satu MUA yang agak kemanyu dengan kagum. "Aku jadi iri deh. Udah cantik, badannya bagus, model terkenal, dan yang paling bikin iri ... suaminya mbak Kalina itu, seorang Askara Dirgantara. Sempurna banget hidupnya ya," tambah seorang staf yang ada di sana. Kalina hanya tersenyum tipis menanggapi pujian itu. Dia sudah terbiasa dengan komentar seperti ini—orang-orang menganggap hidupnya begitu indah, seolah-olah ia memiliki segalanya. Namun, di balik itu semua, hanya dia yang tahu betapa kosongnya hatinya. Apalagi dengan rumah tangganya. Tidak jauh dari sana, seorang pria berjas hitam memperhatikannya dengan tatapan tajam. Mata pria itu, Prasetyo, terfokus hanya

  • GAIRAH SANG TUAN MUDA   Bali

    Hari ini, merupakan hari tersial menurut Eriska. Bagaimana tidak? Sudah cukup kesabarannya diuji sejak pagi dengan pesan-pesan menggoda dari Askara, dan sekarang, pria itu datang dengan kejutan baru yang sukses membuatnya nyaris meledak."Siap-siap. Kita ke Bali sekarang," kata Askara santai setelah rapat berakhir.Eriska, yang masih sibuk merapikan berkas, spontan mengangkat wajah dengan mata membelalak. "Apa? Ke Bali?"Askara mengangguk, ekspresi wajahnya tetap tenang seolah ini bukan hal besar. "Ada pekerjaan mendadak yang harus kita urus di sana. Sebagai sekretarisku, tentu saja kamu harus ikut, Er."Eriska mengepalkan tangan, berusaha menahan keinginannya untuk menjambak rambut pria itu saat ini juga. "Kenapa baru bilang sekarang, Pak? Seharusnya bisa dibicarakan dua hari yang lalu, atau minimal pagi tadi! Saya belum menyiapkan apa pun!"Askara menyeringai. "Tenang aja. Aku akan membelikanmu baju saat kita sudah sampai di sana. Semua kebutuhanmu selama di Bali, aman."Tenang? B

  • GAIRAH SANG TUAN MUDA   Nafsu Makan

    Hari ini tidak ada yang berbeda. Seperti biasanya, Eriska bangun dengan perasaan dongkol yang tak kunjung reda. Pikirannya masih dipenuhi kejadian kemarin di kafe—kehadiran mantan tunangannya yang brengsek itu, dan yang lebih parah, keberadaan Askara dalam hidupnya yang seakan semakin sulit dihindari.“Dasar pria brengsek,” gumamnya kesal sambil merapikan blazer di depan cermin.Ia sudah tidak ingin bertemu dengan Askara lagi setelah kejadian di hotel waktu itu. Sudah cukup pria itu mempermainkannya dengan seenaknya, memperbaiki harga dirinya seakan-akan ia adalah mainan yang bisa dirusak lalu diperbaiki sesuka hati.Dengan perasaan yang masih kacau, Eriska berangkat ke kantor. Begitu sampai, ia langsung tenggelam dalam tumpukan pekerjaan dan menghadiri beberapa rapat penting. Setidaknya, kesibukan bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari Askara.Namun, ternyata hari ini keberuntungan tidak berpihak padanya lagi.Baru saja ia hendak menikmati makan siangnya yang tertunda, seorang asis

  • GAIRAH SANG TUAN MUDA   Bermain Api

    Lampu di ruangan itu temaram, hanya diterangi oleh sinar layar komputer yang menampilkan potongan-potongan adegan video klip yang baru saja selesai syuting. Kalina duduk nyaman di atas paha Pras, jemarinya bermain di kerah kemeja pria itu, sementara tangan Pras bertumpu di pinggangnya, seolah menjaganya agar tetap di sana.“Kamu nggak pulang?” suara Pras terdengar rendah, serak, dan sarat akan makna.Kalina menggeleng pelan. "Untuk apa? Suamiku bahkan tidak akan menyadarinya," katanya dengan nada yang terdengar enteng, tapi menyimpan banyak luka.Pras menatap wajahnya lekat-lekat, memperhatikan setiap detail—mata cokelatnya yang berbinar di bawah sorot layar, bibirnya yang mengerucut manja, serta aroma parfum mahal yang bercampur dengan kehangatan tubuhnya."Dia bahkan nggak mencari mu?" tanya Pras lagi, kali ini dengan nada skeptis.Kalina mendengus kecil, ujung jarinya kini mengelus rahang kokoh Pras dengan gerakan iseng. “Kenapa harus mencari? Aku yakin dia sekarang ada di hotel, m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status