Home / Rumah Tangga / GAIRAH YANG TERTAHAN / BAB 7 Makan Siang Berdua

Share

BAB 7 Makan Siang Berdua

Author: Pritca Ruby
last update Last Updated: 2023-11-10 14:24:02

"Aku juga masak sayur, kok. Sayur bayam dan jagung buat Ibu. Tadi Ibu nyuruh aku buat cepetan masak, tapi malah nyuruh Mas Rendi buat beli diluar. Pengeluarannya kan jadi double," ucapku yang sakit hati dengan ulah Ibu Mertuaku, yang seolah sengaja selalu melakukan apapun untuk menguji kesabaranku di depan Mas Rendi.

"Memangnya Ibu lagi menyusui dibikinin sayur bayam? Ayam goreng buatan kamu juga selalu keras, sakit kalau dimakan sama Ibu yang giginya udah setua umur Ibu juga," ujar Ibu Mertuaku.

Terdengar menyebalkan, bukan?

Kelakuan Ibu Mertuaku memang sukses membuat aku gemas, geram dan tak tahan menahan emosi. Aku tahu, jika diumur Ibu yang sekarang, dia akan memasuki kembali fase kanak-kanak, tetapi ini rasanya lebih menyebalkan dari sekedar tingkah laku anak kecil.

"Udahlah, Sayang. Nggak apa-apa, kok. Sekali-kali juga. Kata dokter kan menjaga suasana hati Ibu, bisa turut mempercepat masa pemulihan, karena kita membahagiakan batin dan mentalnya," bela Mas Rendi terdengar seperti bijaksana, tetapi itu nyatanya membuat hatiku terluka.

'Terus suasana hatiku bagaimana?' batinku yang ingin sekali berteriak tepat di depan wajahnya.

Namun aku juga tidak tega, sikap lembut Mas Rendi tidak bisa membuatku melakukan hal yang mungkin membuatnya sakit hati. Meski sebenarnya, semua rasa kesalku pada Ibu Mertuaku, aku curahkan semua pada Mas Rendi.

"Terserah Mas Rendi saja," ucapku tidak ingin terus bersitegang sementara Ibu Mertuaku selalu di atas angin karena Mas Rendi yang selalu menuruti apapun yang dikatakan oleh Ibunya.

Kadang aku berpikir, aku akan sangat bahagia, aku akan sangat beruntung mendapatkan suami yang begitu sayang keluarga terutama Ibu. Namun nyatanya, hal itu malah membuatku bersaing dengan Ibu Mertuaku sendiri yang memang egonya tinggi dan seolah tidak mau berbagi perhatian dan kasih sayang dari Mas Rendi.

Aku kembali ke dapur untuk makan masakan aku, sendiri!

Usai makan dan membereskannya kembali, aku langsung masuk ke kamar, Mas Rendi pun sudah selesai mandi.

"Kata Ibu, kamu sudah mendapatkan pekerjaan Sayang? Ceritakan sama Mas bagaimana proses kamu kemarin?" tanya Mas Rendi sambil mendekat padaku yang tengah memakai night skincare rutin.

"Semuanya dimudahkan, aku udah langsung bisa bekerja besok."

Mas Rendi memelukku dari belakang dan menatapku lewat pantulan cermin.

"Mas sebenarnya masih belum rela kamu bekerja lagi. Mas nggak rela kamu nantinya berinteraksi dengan banyak pria. Apalagi kamu sebagai seorang sekretaris yang nantinya akan selalu ikut sama bos kamu," ucap Mas Rendi dengan kekhawatirannya.

Aku mengerti betul dengan yang ditakutkan oleh Mas Rendi. Sebab, baru saja aku tahu kalau penyebab berpisahnya Mas Rendi dengan istrinya terdahulu, karena perselingkuhan Mbak Dyan. Itulah mengapa Mas Rendi tidak pernah ingin lagi mengungkit masa lalu.

Seketika saja aku juga langsung teringat kejadian di bioskop beberapa bulan yang lalu. Itu adalah tindakan terbodoh yang pernah aku lakukan di belakang Suamiku sendiri.

"Aku kerja, Mas. Bukan untuk berbuat macam-macam."

"Ya, namanya juga takut, Sayang. Soalnya istri Mas kan cantik sekali," ucap Mas Rendi sambil meraih bibirku.

Mas Rendi menggodaku, runtuh lah benteng pertahanan yang aku bangun untuk mendiamkan Mas Rendi karena drama tadi saat makan malam.

Mas Rendi mengangkat tubuhku dan membaringkannya di atas ranjang. Seperti biasa, lampu utama dimatikan, tinggallah ruangan yang temaram menemani permainan panasku dan Mas Rendi.

Itu adalah kali pertamanya aku kembali berhubungan badan dengan Mas Rendi semenjak berpindah ke rumah Ibu. Meski tidak pernah berlangsung lama, tetapi aku menikmatinya karena itu bersama suamiku sendiri. Hanya terkadang aku merasa harus menuntaskan sesuatu yang tak bisa dituntaskan oleh Suamiku.

Keesokan harinya, aku bangun pagi sekali untuk menyiapkan sarapan. Aku tidak ingin terlambat untuk hari pertamaku masuk kerja. Hari ini adalah hari di mana aku menjadi seorang istri juga bisa dikatakan sebagai wanita karir, bukan? Aku hanya berharap aku akan nyaman di tempat kerjaku nanti.

"Mas, aku pamit berangkat duluan, ya. Aku sudah siapkan sarapan buat Mas dan Ibu di meja makan."

"Iya, Sayang. Semangat untuk hari pertama kerja. Maaf tidak bisa mengantar kamu, karena arah tempat kerja kita kan berbeda."

"Nggak apa-apa, Mas. Tolong bilang sama Ibu aku sudah berangkat, aku nggak mau ganggu tidurnya."

Mas Rendi mengangguk dan aku langsung keluar sebab ojek online yang aku pesan sudah sampai.

Setibanya di kantor, aku langsung saja naik ke lantar di mana ruangan CEO berada untuk mengetahui job desc-ku apa saja di hari ini juga hari-hari selanjutnya.

Karena Pak Anggara belum sampai, akhirnya aku duduk menunggu di mejaku saja. Sambil melihat berkas-berkas yang tersusun di rak belakang meja.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki, aku bersiap untuk menyapa sebab aku tahu jika itu adalah bosku. Aku begitu yakin karena memang di lantai itu hanya ada ruangan Pak Anggara dengan berbagai ruangan pribadinya yang lain.

"Selamat pagi, Pak," sapaku beramah-tamah.

"Ikuti saya," titah Pak Anggara yang masuk ke dalam ruangan dan meminta aku untuk masuk juga.

Setelah ada di dalam ruangan, aku sedikit merasa gugup. Meskipun sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun, tetapi ketika memulai kembali hal yang sudah lama tidak dilakukan rasanya tetap mendebarkan.

"Karena tiga bulan ke depan masih masa training, jadi kamu belum bisa meng-handle seluruh pekerjaan sebagai sekretaris saya. Semua schedule saya, sudah diurus oleh Hans. Kamu perhatikan saja cara dia bekerja. Kalau ada masalah atau hal yang ingin kamu tanyakan seputar pekerjaan, kamu langsung tanyakan pada Hans."

Aku mengangguk mengerti dengan instruksi dari Pak Anggara. "Baik, Pak."

"Untuk sekarang, kamu buatkan saya kopi. Besok kamu harus pastikan kopi sudah ada di meja saya."

"Siap, Pak."

Berjam-jam kemudian, waktu istirahat sudah tiba. Akhirnya aku sudah merasa sedikit lega. Aku memang hanya sebatas memperhatikan dan mengikuti Pak Anggara juga Pak Hans saat ada rapat internal, tetapi itu memang cukup melelahkan.

"Kamu makan siang dengan saya," ucap Pak Anggara mengajakku makan siang diluar.

Rezeki memang tidak baik jika ditolak.

Setelah sampai di restoran yang tidak jauh dari kantor, aku mulai merasa tidak nyaman, sebab Pak Anggara hanya mengajak makan siang berdua saja. Padahal aku pikir, Pak Hans pun akan ikut serta. Aku hanya menenangkan diriku sendiri, bahwa makan siang ini hanya sebatas profesional bekerja. Statusku sebagai istri orang di pekerjaan seperti ini, ternyata malah membuat aku selalu mengingat Mas Rendi dan merasa bersalah.

"Pak, kita makan siang hanya berdua saja? Saya pikir Pak Hans juga akan ikut makan bersama," ucapku memulai pembicaraan sambil menunggu makanan yang sudah dipesan datang.

"Iya, kenapa? Kamu tidak suka makan siang bersama saya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
g jelas banget nih karakter tokoh utama wanitanya selain goblok,dungu dan menye2
goodnovel comment avatar
Etty Annisa
ceritanya bagussss....sangatnoj
goodnovel comment avatar
Yelli Rares
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 181 S2 Extra Part

    Semua orang tanpa terkecuali pasti memiliki sebuah luka. Luka yang tidak kasat mata, hanya sang pemilik luka lah yang bisa merasakannya.Sembuh atau tidaknya tidak bisa dipastikan secara nyata, sebab tergantung sang pemilik luka itulah akan berbicara berdasarkan fakta atau malah menyembunyikannya agar terlihat baik-baik saja.Meski pada akhirnya luka yang tidak terlihat itu bisa sembuh, tapi memorinya akan selalu tertanam dalam ingatan. Semakin mencoba untuk dilupakan, maka akan semakin tenggelam dalam kesakitan.Hanya diri sendirilah yang mampu menyembuhkan dan memastikan luka itu tidak bersarang lama dalam hidupnya.Masa lalu akan tetap menjadi masa lalu, sejauh apapun mengejarnya tak akan bisa kembali apalagi hanya untuk menyesali apa yang sudah terjadi dimasa sekarang.Luka dimasa lalu yang dibiarkan, biasanya akan menjalar menjadi sebuah dendam. Sebuah titik balik yang berniat untuk melupakan, malah meluap menjadi emosi yang harus terbalaskan.Ketidakadilan adalah hal yang pasti

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 180 S2 Anggara

    POV Anggara"Kania ...." Setelah istriku mengatakan semua isi hatinya di depan makam Kania, kini giliranku yang harus aku utarakan juga apa yang ada dalam hatiku ini."Sudah lama rasanya sejak hari di mana kita terakhir bertemu dalam keadaan hubungan kita yang tidak baik-baik saja. Itu adalah hal yang paling aku sesalkan. Aku kira aku tau semua tentangmu, tentang cerita senang dan sedihmu. Ternyata aku tidak sedalam itu mengetahui hidupmu. Entah apa lagi yang harus aku sesalkan karena semua itu tidak akan membuat waktu berputar kembali sehingga kamu mungkin masih hidup dan bersamaku sekarang."Pertama kalinya, aku mengutarakan apa yang ada di dalam hatiku, penyesalan yang aku rasakan terhadap kematian Kania yang tidak aku sadari apa yang terjadi pada Kania sebelumnya."Selama ini aku sama sekali tidak melupakanmu. Aku melanjutkan hidup karena aku selalu mengingatmu. Aku bawa dendam kematianmu dengan menghancurkan hidup orang yang menjadi alasan kamu mengakhiri hidupmu."Sekejap aku me

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 179 S2 Tiana

    "Hay, Kania. Perkenalkan aku Tiana, aku adalah istri Mas Anggara, cinta pertama kamu. Senang bisa tau cerita kamu dari suamiku sendiri. Semoga kamu bisa beristirahat tenang di sana. Sungguh, kamu jatuh cinta pada pria yang tepat. Aku merasa keberuntungan yang harusnya kamu miliki, kini menjadi milikku. Aku berharap kamu bahagia atas kebahagiaan aku dan Mas Anggara saat ini. Sekarang kami sudah mempunyai tiga anak, dua anak kembar dan bungsu yang masih bayi. Nanti jika mereka sudah besar, akan aku ceritakan bagaimana ayahnya mencintai kamu begitu hebat dan tulus. Terimakasih sudah menyemangati Mas Anggara disaat ia merasa ada dititik terendah dalam hidupnya, sehingga dia bisa sehebat sekarang ini. Aku akan mencintai Mas Anggara dan menjaga anak-anak kami selamanya."Aku mengutarakan isi hatiku disaat kami sudah menaburkan bunga dan berdoa untuk Kania. Tidak ada lagi rasanya cemburu, sedih atau bahkan sakit hati. Aku sudah benar-benar ikhlas dengan kenyataan dari cerita Mas Anggara.Tid

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 178 S2 Saling Berkorban

    Bulan madu setelah memiliki anak, tadinya aku berpikir itu hanya buang-buang waktu dan bentuk keegoisan orang tua yang tega meninggalkan anak-anak hanya demi kesenangan berdua, padahal bulan madu berdua itu bisa digantikan dengan liburan bersama keluarga, sehingga anak-anak bisa ikut merasakan bahagia yang sama seperti orang tuanya. Namun ada hal yang aku sadari setelah aku merasakannya sendiri. Setelah menjadi seorang istri, prioritasku berpindah pada suami. Aku belajar memasak masakan yang disukai suami, mengingat makanan apa yang tidak ia sukai, menjaga bentuk badan agar suami tetap cinta, menjaga dan membersihkan rumah agar tetap bersih sehingga ketika suami pulang kerja dia bisa nyaman beristirahat, memastikan pakaian suami bersih ketika akan dipakai bekerja, memastikan dia makan sehat meskipun diluar rumah. Sampai kepentinganku sendiri tergeser dari prioritas yang tadinya selalu utama. Lalu, lahirlah sang buah hati. Bertambah pula yang harus diprioritaskan selain diri sendi

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 177 S2 Tidak Tertahan

    Pagi indah aku benar-benar menyarap suamiku sendiri. Bercinta dipagi hari ternyata lebih fresh, mungkin energi kita masih utuh karena belum melakukan aktivitas apa-apa. Ini adalah honeymoon kedua yang berhasil. Selain aku mendapatkan kenikmatanku kembali, aku mendapatkan ketenangan setelah berhati-hati menyimpan rasa kecewa karena sulit untuk menerima realita. Di villa itu, aku dan Mas Anggara seperti mengadakan pesta bercinta saja. Rasanya malu melihat kelakuan diri sendiri, seperti orang yang kehausan dan lama tidak mendapatkan air. Mungkin itu yang akan dikatakan oleh rahimku jika dia bisa berbicara. Mempunyai suami tapi aku malah kekeringan. Sering cemburuan, mudah marah, mudah tersinggung, ternyata sentuhan suami lah obatnya. Kesabaran suami yang menjadi vitamin tambahan. Untunglah dia tidak berpikiran untuk membayar jasa wanita diluar sana, yang bahkan pasti ada saja yang menjajakan diri dengan suka rela alias gratis. Aku malu sekali jika mengingat semua yang telah terjad

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 176 S2 Bulan Madu Kedua

    Bagaimana ada istri seperti aku sekarang ini. Rasanya aku tidak pandai bersyukur sekali, semua yang aku inginkan sudah aku dapatkan di pernikahan kedua ini, tetapi aku tidak memperhatikan suamiku sendiri. Padahal dialah sumber yang membuat aku bisa mendapatkan apa yang selama ini menjadi keinginanku.Mas Anggara tidak pernah menuntut apa-apa, selalu memberikan yang terbaik untukku dan tentu juga untuk anak-anak. Namun aku tidak memperhatikan kebutuhan biologisnya. Padahal itu bukan hal yang besar dan mahal untuk aku berikan karena pastinya aku juga akan merasakan kenikmatannya.Aku baru tersadar kenapa beberapa kali Mas Anggara menyarankan agar kami mencari pengasuh bayi, karena dia juga butuh perhatian dariku, dia butuh aku untuk mengurusnya. Aku saja yang kurang peka dan tidak pernah bertanya."Maafkan aku, Mas. Aku akan lebih memperhatikanmu disamping kesibukanku mengurus anak-anak. Dan sepertinya aku akan menerima tawaran untuk mencari pengasuh bayi saja. Aku tidak akan egois dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status