Joe sendiri menghadapi murid kedua Karta, Denden. Lawannya terlihat biasa dan aneh, namun memiliki tatapan yang tajam."Kenapa bagianku yang perempuan Om ?" bisik Awan protes. Walau lawannya terlihat cantik dan seksi, tapi ia tetaplah seorang perempuan."hmnnn.. jangan pernah meremehkan lawanmu. Lihat tuh ?" bisik Om Joe dengan mata mengarah ke bagian bawah pusar murid nomor 1 Karta."huk uhukk.." Awan jadi terbatuk dan jengah memandang lawannya. Ternyata penyebabnya adalah sebuah tonjolan di bagian bawah pusar Meta."Anjirr, perempuan jadi-jadian ini mah." Ucap Awan cemas."Ingat, jangan pernah remehkan lawanmu. Bagaimanapun, ia adalah murid Karta nomor 1." Kata Joe kembali memperingatkan. Padahal ia sengaja mengarahkan agar Awan yang menghadapi murid nomor 1 Karta tersebut, ia juga geli jika harus bertarung dengan manusia nanggung tersebut. Tapi sengaja tidak diungkapkannya, biarlah Awan yang menghadapi sebagai tambah pengalaman baginya, pikir Joe."Hai ganteng, layani aku dengan ke
Disisi lain, pertarungan Tomo vs Totok tampak berjalan imbang. Melihat pertarungan Tomo dengan anak buahnya yang cenderung brutal membuat Totok terlalu cepat menyimpulkan gaya bertarung Tomo. Sebuah kesalahan pemula yang hanya mengandalkan kemampuan dan kurangnya pengalaman. Saat berhadapan langsung dengan Tomo membuat Totok kewalahan. Tomo yang dihadapinya saat ini seperti orang yang berbeda dengan Tomo beberapa saat lalu yang menghajar anak buahnya. Tomo bertarung dengan ringkas dan cerdik, berulang kali serangan keduanya seperti akan saling beradu frontal, namun lagi dan lagi Tomo mengecoh Totok, ternyata serangan kuat yang dikeluarkan Tomo hanya pancingan agar Totok mengeluarkan kekuatan maksimalnya. Saat itulah, dengan kelihaiannya Tomo berkelit lalu menyerang area terbuka lawan.Sehingga kondisinya sekarang, Totok murid ke empat Karta sudah banjir oleh darah dengan nafas sesak dan berat, serta emosi yang menggumpal di dada."Pengecut, bertarung secara jantan, jangan menghindar t
"Gila, tekanan apa ini ? bagaimana bisa orang yang sudah sekarat begitu masih bisa mengeluarkan tekanan sekuat ini." bathin Bomvu."Kita mulai lagi." ujar Welniks dingin.Keduanya sama-sama maju.Baammm baammm baammmmKembali lagi adu jual beli pukulan dan tendangan terjadi antara keduanya, saling hantam dengan serangan yang sangat kuat. Suara pukulan keduanya saja bisa membuat orang yang melihatnya merinding ketakutan. Untuk orang biasa, jika terkena pukulan tersebut mungkin akan langsung menghancurkan tengkoraknya.Buuggghhh bughhhhh bughhhhhhSetelah jual beli ratusan pukulan, tanpa ada satupun yang mengalah, akhirnya seiring waktu mulai tampak siapa yang terkuat diantara keduanya. Welniks mulai mendominasi serangan, setiap 3-4 serangan Welniks hanya mampu dibalas satu serangan oleh lawannya.BaaammmmmSatu pukulan Welniks membuat Bomvu jatuh menekuk lutut, dia terlihat sudah tidak berdaya lagi."Hahhh haahhh.. ada permintaan terakhir ?" tanya Welniks sambil mengatur nafasnya. Sete
Ini bukan saatnya untuk bersantai, Joe tersadar akan pertarungan lainnya yang masih berlangsung. Saat itulah, Joe dibuat pucat."Awaannn.." Panggil Joe lirih mencemaskan kondisi ponakannya tersebut.Awan dibuat tak berdaya oleh Meta, murid pertama Karta.Bukan karena fisiknya yang gemulai, melainkan Meta benar-benar sangat kuat atau bahkan terlalu kuat. Semua serangan kuat dan cepat dari Awan berhasil dimentahkannya, Awan kali ini benar-benar dibuat tidak berdaya oleh lawannya.Bughhh bughhh bughhhhMeta menghajar tubuh Awan bertubi-tubi, sehingga membuat Awan harus berulang kali terhempas dan menyemburkan darah dari mulutnya.BaaammmmMeta menendang Awan hingga pemuda tersebut terhempas ke lantai."Hmmm ganteng, kamu semakin menggairahkan kalau berdarah-darah begini deh.. sluurrppp." Meta menjilati wajah Awan.WoossshhhhPukulan yang dilayangkan Awan berhasil dihindari oleh Meta. Cewek jadi-jadian tersebut mengembangkan senyum sange nya melihat ke arah Awan yang tampak kepayahan."Ih
Baik Joe dan Tomo yang saat itu masih sadar tampak takjub melihat pertarungan antara Awan dan Meta. Mereka tidak menduga jika Awan mampu mengimbangi gerakan Meta, mereka saja yang melihat pertarungan itu, mengakui kalau Meta sangatlah Kuat. Jika mereka berada dalam posisi Awan, bisa jadi akan kalah telak. Wajar saja, kemampuan Meta ada dua tingkat diatas Denden. Padahal melawan Denden saja, seorang Joe dibuat tak berdaya dan sampai kehabisan tenaga. Pak Usman yang sempat pingsan tampak mulai menggeliat sadarkan diri, ia pun sampai terkejut, karena pertarungan hanya menyisakan Awan dan Meta ditengah ruangan."Mana rasa percaya dirimu tadi bocah ?" sindir Meta percaya diri.Awan bukannya menjawab, malah kembali melesat ke arah Meta. Dengan serangan terukur, Awan menyapu kaki Meta namun berhasil dihindari oleh sang lawan dengan gerakan salto yang cantik. Saat bersalto, Meta melayangkan sebuah tendangan dari udara menyasar kepala Awan, dengan cerdik Awan menggeser kepalanya dan menarik ka
Seorang pria tua memandang teduh seorang pemuda yang sedang terbaring tidak sadarkan diri diatas sebuah kasur putih, ditangannya tampak terpasang cairan infus serta alat-alat medis yang mengontrol kondisi tubuhnya, hanya bunyi mesin tersebut yang masih menandakan kalau si Pemuda masih hidup.Pria tua tersebut memiliki tubuh yang tegap serta kharisma yang kuat, walau separoh rambutnya sudah dipenuhi oleh uban, tapi wibawanya sama sekali tidak berkurang. Hanya dengan melihatnya saja, sudah membuat orang sungkan dan menaruh hormat karena wibawanya yang kuat."Bagaimana kondisi Awan Kek ?" Tanya Elektra aka Noura dengan suara pelan, seakan tidak ingin membangunkan Awan yang sedang dirawat. Pemuda yang sedang terbaring dikasur putih rumah sakit tersebut adalah Saktiawan Sanjaya, setelah peristiwa yang sangat menegangkan semalam, kini Awan terbaring koma. Namun anehnya, luka yang dideritanya akibat pertarungan malam sebelumnya, sama sekali hilang dan tidak berbekas. Ia terlihat seperti oran
Sementara itu, diruang terpisah yang masih berstatus ruang VIP di rumah sakit tersebut, tampak seorang gadis juga terbaring lemah. Wajah cantiknya terlihat sangat pucat, tubuhnya juga terlihat semakin lemah karena penyakit yang dideritanya. Dalam ketidaksadarannya, Renata merintih kesakitan dan bibir tipisnya berulang kali hanya mengucap satu nama, "Awan,"."Ren, ini Mama. Bangun Nak!" ucap Ibunya yang selalu setia menemani disampingnya. Sejak kejadian penyerangan Karta malam itu, Ren jatuh tidak sadarkan diri. Psikisnya ikutan drop begitu melihat kejadian mengerikan yang terjadi tepat di depan matanya, kejadian saat Bu Arini menyemburkan darah karena serangan Karta, Awan yang sampai hilang kendali. Sejak malam itu, Renata jatuh pingsan. Fisiknya semakin lemah dari hari ke hari. Kedua orang tuanya sudah mengupayakan segala cara agar anak gadis satu-satunya tersebut bisa pulih seperti sediakala. Namun tekanan dalam pikirannya membuat fisik Renata semakin lemah dan tak berdaya. Dokter D
Hari itu Aku nekat mengundang Awan ke dalam ruang VIP keluarga kami, sengaja kubuka rahasia tentang siapa Ayahnya pada Awan. Ternyata, tebakanku benar! Kalau Awan sama sekali tidak tahu siapa Ayahnya selama ini. Ia terlihat sangat syok namun tidak juga bisa membantah pernyataanku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Awan saat itu, hidup tanpa tahu tentang siapa Ayahnya sama sekali, itu pasti akan berat. Waktu itu, aku membayangkan Awan akan menemui Ayahnya dan om Kelvin akan menerima Awan dan Ibunya dalam keluarga besar Sanjaya. Aku pasti akan jadi wanita pertama yang mendukung jika hal tersebut terealisasi, karena aku yang mulai sayang pada Awan. Dibanding kakaknya, Hadi Sanjaya yang telah dijodohkan oleh Kakek denganku, namun aku tegas-tegas menolaknya, karena Hadi adalah tipe lelaki yang hanya bisa memanfaatkan harta kekayaan orang tuanya, dia sama sekali tidak membuatku tertarik, bahkan setelah beberapa kali pertemuan kami.Aku sangat bersemangat menantikan hari di