Share

BAB 3

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2021-10-08 14:42:54

Malamnya, ketika Kami duduk diruang tamu.

"Gimana perjalanannya Awan? Lancar saja kan?" tanya Pak Agus Wijaya. Pak agus ini Ayahnya Renata sekaligus majikan Ibuku. Disebelahnya duduk Bu Lina, istri pak Agus. dan Renata duduk disebelah kiri Mamanya sambil memeluk Ibunya, tampak sekali kalau Renata sangat dimanja dan disayang oleh kedua orang tuanya.

"Lancar pak." jawabku dengan sedikit menunduk.

"Hahaha. Kamu biasa aja Awan jangan kaku gitu ah, Mbak Arini (nama Ibuku) sudah kami anggap keluarga sendiri, sekarang ada Kamu, jadi makin melengkapi keluarga ini." kata Pak Agus coba mencairkan suasana, kulihat bu Lina dan Ren hanya senyum-senyum disebelahnya.

"I-Iya pak." jawabku mencoba rileks sambil mengangkat wajahku.

"Nah gitu dong!" kata pak Agus dengan senyum khasnya yang berwibawa.

"Ngomong-ngomong selamat datang di Bandung, gimana kesanmu disini ?" tanya pak Agus.

"Megah pak, banyak kendaraan bagus-bagus disini, beda sekali dengan di Kampung." jawabku polos

"Hahaha," semua yang diruangan jadi tertawa mendengar jawabanku.

"Dirumah ini nanti, ada beberapa asisten rumah tangga, security dan nanti biar Ibumu atau Ren yang mengenalkan yah! Tapi, sama Renata dah kenalan kan tadi ?" tanya pak Agus sambil melihat Renata yang duduk di sebelah ibunya, Ren nya sendiri malah senyum-senyum melihatku.

"Sudah pak."

"Awannya pemalu yah Pa ?" ucap Ren pada Papanya.

"Namanya juga baru, yah wajarlah," jawab Pak Agus kalem.

"Oya, mulai besok senin Kamu dah mulai masuk sekolah ya! Sekolah yang sama dengan Renata. Saya yakin Kamu bisa cepat beradaptasi dengan sekolah disini nantinya, untuk semua persyaratannya sudah dibantu urusin sama Mamanya Renata." terang pak Agus sambil sedikit menegakkan posisi duduknya.

Oh sudah diurusin Bu Lina, pantesan semuanya lancar aja, batinku.

Saya hanya diam sambil menyimak baik-baik setiap kata Pak Agus ditemani oleh Ibu yang duduk disebelahku.

"Semua persyaratannya yang Kamu kirim sebelumnya sudah lengkap, nanti paling tinggal data di Sekolah aja yang perlu diisi sebagai formalitas, ditambah Kamu selalu berprestasi dari sekolah sebelumnya."

"Awan ini juga peringkat satu di sekolah sebelumnya loh Pah!" sela Bu Lina sambil memujiku.

"Kamu memang anak yang menarik dan pastinya membanggakan orang tua mu ya Awan!" jawab pak Agus sambil menatap Ibu.

Ibu hanya tersenyum sambil mengusap kepalaku.

"Oya satu lagi, ini saya sudah bicarakan dengan Ibumu sebelumnya. Kamu juga kami angkat sebagai anak kami, jadi nanti siapapun yang tanya, baik di sekolah atau diluaran sana nanti, kamu adalah bagian dari keluarga besar Wijaya, jadi kamu gak usah canggung ataupun minder nantinya bergaul dengan lingkungan baru disini." terang Pak Agus serius.

"Pak.." tampak ibuku ingin bicara dengan mata berkaca-kaca, sepertinya Ia masih tidak percaya dengan yang diucapkan oleh Pak Agus. Walaupun Pak agus dan istrinya juga telah menyampaikan hal ini sebelumnya pada Ibu.

"Iya mbak, kan kemarin sebelum Awan datang kita sudah bicarakan ini." potong Bu Lina.

"Tapi bu,.. Saya bekerja disini, dan anak saya sudah Bapak dan Ibu bantu untuk sekolah disini saja sudah sebuah kehormatan bagi kami, tapi mengangkat anak saya jadi bagian keluarga ini, rasanya ini terlalu berlebihan Pak, Bu." isak Ibuku dengan tatapan seolah tak percaya.

"Ibu ini loh, selalu aja bagitu." kali ini Renata yang menjawab.

"Selama Ibu disini aja, Ren serasa jadi punya dua Mama yang menyayangi Ren. Kasihan Awan kan Bu! Selama ini kan Ibu jauh, jadi sudah sepantasnya Awan mendapatkan yang lebih baik ketika disini, kalau Papa dan Mama mengangkat Awan jadi bagian dari keluarga kita, kan biar Awan bisa mendapat yang terbaik juga dari kami, iya kan Pa, Ma? Tanya Renata ke orang tuanya.

"Iya Nak." jawab Papa dan Mama Renata.

"Jadi gimana nak Awan, kamu gak keberatan kan ?" tanya pak Agus padaku.

Aku melihat Ibu yang duduk disebelahku, walau masih ada keraguan di wajahnya, beliau hanya menganggukan kepala. "Kalau Bapak dan Ibu sudah memutuskan demikian, saya akan terima dan akan melakukan yang terbaik sesuai kemampuan saya." Ucapku mantap. Ren tampak sangat senang dengan jawabanku.

"Kalau Kamu setuju, mulai sekarang Kamu manggilnya jangan Pak, Bu lagi dong, panggil aja Papa dan Mama kayak Ren manggil kami." ucap bu Lina sambil tersenyum.

"iya Bu.. eh Ma." jawabku canggung.

"Nah kalau begitu, kedepannya kamu bisa saling bantu dengan Renata. Papa harap kalian bisa saling menjaga layaknya seorang saudara, karena Renata satu-satunya anak kami, perempuan lagi. Nah sekarang, kalau Kamu butuh apa-apa baik tentang sekolah atau keperluan disini, bisa minta bantuan sama Ren yah!" lanjut papa Agus.

"Ya udah, Kamu bisa istirahat sekarang. Karena besok kamu sudah mulai sekolah. Nanti kamarmu disebelah kamar mbak Arini yah, nanti biar ditunjukin sama Ren kamarmu yang mana." tambah pak Agus.

"I-iya Pa." Jawabku masih belum terbiasa dengan panggilan baru yang secara tiba-tiba ini.

"Nak antarin Awan dulu kekamarnya yah! Papah sama Mamah ada yang masih ingin kami bicarakan dengan Mbak Arini." Suruh Papa Agus pada Renata.

"Yuk Awan!" ajak Ren berdiri sambil menarik tanganku, Papa Agus dan bu Lina yang melihat kelakuan anaknya yang langsung memegang tanganku, hanya senyum-senyum sambil mengeleng-gelengkan kepala.

Ibuku masih duduk diruang tamu, sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan Pak Agus dan Bu Lina ke Ibuku.

Renata menarik tanganku untuk mengikutinya ke lantai dua rumah ini, dan sekali lagi Aku hanya bisa terpana melihat rumah ini, semula kukira Aku akan tidur dilantai 1 rumah ini, karena dilantai 1 terdapat beberapa kamar yang lumayan besar yang ditujukan untuk tamu dan dibagian belakang rumah ini merupakan kamar yang biasanya yang dikhususkan untuk para pembantu. Karena dirumah ini ada beberapa pembantu, satpam, dan tukang kebun. Tapi ternyata Ren membawaku ke sebuah kamar dilantai atas, yang menurutku sangat luas sekali, bahkan ada kamar mandi juga dibagian dalamnya.

"Eh beneran, kamarku disini Ren ?" tanyaku seolah tak percaya sambil melihat ke sekeliling kamar. Jujur Aku masih sedikit canggung ketika mengobrol dengan Ren kalau harus bertatapan langsung dengannya, apalagi sekarang cuma kami berdua dikamar ini, walau pintu kamar masih terbuka.

"Iya kenapa, suka kan ?" tanyanya dengan senyum menggoda.

"hmnnn gimana yah ? ini mah kebesaran kamarnya, kamarku dikampung sangat kecil sekali, bahkan dikampung, Aku sudah biasa tidur didipan kayu (dipan=Kasur), kadang malah tidur di Surau (mushola)." ucapku polos sambil duduk diatas kasur, kasur ini terasa empuk banget, aduh mimpi apa yah semalam ? Diangkat menjadi bagian dari keluarga ini aja sudah gak terbayang sedikitpun olehku, sekarang diberi fasilitas kamar yang menurutku ini sangat-sangat 'mewah'.

Melihat Aku yang terkagum-kagum, Renata hanya tersenyum manis.

"Seperti kataku dimobil tadi, nanti kamu juga akan terbiasa dengan kehidupan disini." Ucapnya sambil menatapku dengan tatapan yang,

"Oya, kamar Ibu disebelah kamar ini, dan kamarku di depan yah." Jelas Ren padaku sambil matanya tak lepasnya menatapku. Aku jadi heran sendiri dengan keberanian gadis didepanku ini, walau baru kali ini bertemu, kadang Dia sangat 'nakal', seperti tadi misalnya bahkan didepan orang tuanya dia dengan santainya menarik tanganku padahal kan ada Papa dan Mamanya disitu. Apa karena Papanya bilang kami saling jaga seperti 'saudara' ya! Suatu hal yang sangat ganjil dan tabu kalau dikampungku. Yang sangat menjaga tata krama dan kesopanan, didepan Renata semua itu seakan tidak ada batasannya. Senang ? ya jelas senanglah. Apalagi ceweknya secantik Renata. Apa gak keblinger aku, hehe.

"Atau Kamu mau tidur dikamarku ? hehehe." ucapnya dengan santainya sambil sedikit menggigit bibir bawahnya. damn! gaya Ren sangat menggoda sekali.

Aku hanya bengong melihatnya dengan keringat dingin yang keluar dengan melownya dikeningku.

"hahaha." kudengar ketawanya saat menutup pintu kamarku dan kemudian masuk ke kamarnya yang ada persis didepan kamarku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
jsjsjsjsjksksksksksksks
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Touge GS
Jelek,bolak balik critanya,lanjutan,bya mana,itu2 aja...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 265

    Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 264

    "Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 263

    "Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 262

    "Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 261

    "Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat

  • GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU   BAB 260

    Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status