"Hai..." panggil Renata sambil melambaikan tangannya di depan wajah Awan."Hihihi, sampai terpesona begitu tuh pangerannya." Kata Mivi yang berjalan mendekat kearah mereka ditemani oleh Reni.Renata menahan senyum malu dan senang melihat Awan yang sampai terpana melihat penampilannya. Perjuangannya berdandan secantik mungkin terbayarkan karena berhasil memukau kekasih hatinya tersebut."Hmnn.. hmnn." Kata Bu Lina yang berdiri dibelakang Renata."Eh, Mama.." ucap Ren yang seolah terlupa kalau ia berusan jalan diiringi oleh Mamanya."Segitunya kalau sudah jumpa dengan Awan mah, sampai Mama yang bediri dibelakangnya tidak lagi dianggap." Ledek Bu Lina."Mama, apaan sih. Malu tuh, ada teman-temannya Ren." Ujar Renata malu-malu."Lah kenyataannya begitu. lupa kah ? siapa yang bantuin dandanin dari tadi, hmnnn." Kata Bu Lina semakin menggoda anak gadisnya tersebut."Iya, marahin saja Tan. Kebiasaan tuh Renata, di sekolah saja kalau sudah sama Awan, kita sahabatnya malah dilupain." Ucap Mivi
Para tamu undangan kompak menyanyikan lagu happy birthday untuk menyemangati Renata, Renata memejamkan matanya sejenak sambil mengucapkan doa dalam hati. namun, saat ia akan bersiap memotong kue yang ada didepannya, seorang laki-laki yang baru saja datang, menyela, "Aku boleh mengucapkan selamat ulang tahun dulu gak ? sebelum kuenya dipotong!""Zidaann.." ucap Ren spontan sambil membelalakkan mata senang. Lalu dengan agak berlari senang ia menghampiri cowok yang baru datang tersebut dan memeluknya dengan senang. Sontak membuat semua yang hadir terpana dan bertanya-tanya siapakah pemuda itu. Awan sendiri melihat pemuda yang tidak dikenalnya berbicara sangat dekat dengan Ren membuat hatinya sedikit panas.Ren yang seakan tersadar karena semua orang memerhatikan mereka, segera memperkenal cowok tersebut pada semua yang hadir, "maaf semuanya. Perkenalkan, ini teman semasa kecil saya, Zidan! Kami sudah lama tidak bertemu, jadi sekali-kali bertemu, so excited banget." Ucap Ren."Zid, sini a
Bukan Pak Usman namanya, jika kecepatannya sampai ada yang menandingi. Sebagai salah seorang Seven Devil yang berjaya di masanya karena kecepatannya, membuat Pak Usman menambah kecepatannya. Bahkan oleh orang biasa mungkin akan sulit melihat gerakan cepat Pak Usman.Baaamm baaammmBegitu dua serangan Pak Usman masuk ke wajah dan kepala Agung, membuat sang lawan sedikit terjengak dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Pak Usman untuk menyerang ulu hati dan jantung lawannya.Bughh bughh bughh bguhhhEmpat pukulan kuat dari pak Usman bersarang telak dan membuat Agung terhempas kebelakang."Hukkkkkhh." Agung memuntahkan darah segar dari mulutnya, namun bukannya membuat ia jera karena telah bertarung dengan Pak Usman. Justru membuat senyumnya semakin mengembang, sebuah senyum yang sangat mengerikan. Karta sendiri dengan 3 orang muridnya, juga terlihat sangat santai. Justru membuat firasat Joe yang menyaksikan semua itu menjadi tidak tenang.Noura sendiri juga bersiap diposisinya, ia merobek
Ternyata yang menyerang Awan barusan adalah benny si nomor 6.Melihat yang maju adalah Joe, maka Totok juga turut berdiri disamping Benny."Sebenarnya tidak Fair juga kalau kami harus maju berdua, namun khusus untuk menghadapi Anda, maka kami harus menunjukkan kemampuan terbaik kami, bukankah begitu, Joe ketua sementara Klan Atmaja, yang sebentar lagi sepertinya harus berakhir disini riwayatnya, hehehe.""Tidak masalah kalau kalian mau maju berdua sekaligus, tapi sebenarnya saya lebih ingin bertarung dengan Guru kalian." Ujar Joe dengan tenangnya."Hahaha, terlalu cepat 100 tahun bagi kamu untuk menantang Guru kami. Tapi, sebagai ketua sementara klan Atmaja saat ini, patut kuacungi jempol nyalimu." Ucap Benny."Banyak bacot kalian." Ujar Awan merengsek maju duluan, jiwanya yang masih muda membuat Awan terlalu cepat panas. Lalu pecahlah pertarung antara dua kubu tersebut, Pak Usman kali ini bisa mengimbangi kemampuan Agung. Sementara itu, Awan bertarung dengan Harmen. Keduanya terlihat
Harmen sendiri sudah tidak berdaya, dia hanya terkulai tidak berdaya dengan satu tangannya masih kupegangi. Melihat lawanku yang sudah takluk, membuatku semakin bersemangat untuk menyiksanya. Aku seperti menemukan kesenangan tersendiri dengan menyiksanya.Kraaakkkk"Aaarrgggkkkk.." tangan kanannya kupatahnya, bahkan sampai langsung terlepas dan putus dari sendinya, tampak darah segar langsung menyembur dari lengannya yang putus dan membasahi tubuhku."aaaaaaaa..." aku mendengar orang-orang menjerit tertahan. Loh, kenapa mereka seperti takut melihatku ?Aku melihat kesekelilingku, tidak adalagi pertarungan. Semuanya jadi terhenti dan malah memperhatikanku. Namun aku belum puas sampai disini, aku ingin darah lebih banyak lagi.BaaarrkkkkkAku menghantam kaki Harmen, sehingga tulang kakinya langsung terlipat ke atas.BraaakkkkkSama seperti tangannya, aku langsung menarik kuat ujung kakinya keatas, sehingga terlepas dari sendinya. Melihat darah mengucur semakin banyak membasahi lantai da
POV AuthorSaat Awan melangkah keluar dari rumah Wijaya, terjadi keributan dan kepanikan dalam ruangan. Joe yang di dapuk sebagai ketua Klan sementara, tentu saja merasa sebagai orang yang paling bertanggung jawab. Karena bagaimanapun, keamanan rumah dan keluarga besar Agus Wijaya dalam tanggung jawabnya. Dan saat ini, sebuah peristiwa yang sangat besar dan menegangkan terjadi tepat di depan matanya sendiri. Tindakan Karta yang tanpa diperkirakan sebelumnya dengan menghabisi keempat penjaga yang merupakan anggota klannya, belum lagi dengan terlukanya Arini, Ibu Awan, membuat Joe mau tidak mau menanggung sebuah beban yang berat.Dengan cepat Joe berhasil mengendalikan keadaan, ia berhasil menenangkan kepanikan keluarga Wijaya dan semua tamu undangan yang datang. Lalu Ia mengontak beberapa anak buahnya dan memerintahkan dengan cepat untuk membereskan sisa pertempuran yang terjadi malam itu. Ada sedikit perdebatan antara Joe dengan Noura, anaknya."Nak! Kamu urus yang disini yah. Jaga Bi
Sopir mengingatkan kalau kami akan sampai beberapa saat lagi, namun dipersimpangan menuju gudang timur yang akan kami tuju, tampak puluhan orang sedang berkumpul. Tidak kurasakan aura permusuhan dari mereka, sehingga aku yakin kalau mereka bukanlah ancaman bagi kami.Mobil berhenti tepat di depan mereka. Aku mengikuti Om Joe dan Pak Usman turun menemui orang sudah menunggu kami sebelumnya. Rupanya anak buah Om Joe yang sedang menunggu kami. Banyak wajah yang asing bagiku, namun ada juga beberapa wajah yang sangat familiar."Radit ? Novi ?." Sapaku heran begitu melihat dua sahabatku juga ada disana, berdiri disamping Bang Ilham dan anggotanya. Radit, mungkin aku tidak akan heran kalau dia sampai ikut dalam misi berbahaya malam ini, dia kan sepupunya Bang Ilham dan Radit juga pernah menemaniku menyerang kelompoknya Bowie sebelumnya. kalau Novi ? hmnnn.."Loe lihat gue kayak lihat banci aja nyuk." Gerutu Novi kesal karena tatapanku yang meragukannya, Radit dan Ilham sampai ketawa melihat
"Jadi, bagaimana Om, Pak ?" tanya Om Joe meminta pendapat pada ketiga Seven Devil."Kami menunggu perintahmu. Bagaimanapun, kamu yang jadi ketua sementara saat ini." Jawab Pak Welniks santai, Pak Usman dan Pak Tomo hanya diam dan menyetujui ucapan rekannya tersebut."Apa perlu pakai senjata Bos ? tanya salah seorang pengawal Om Haris."Buat jaga-jaga tidak apa-apa. Yang jelas, kita selesaikan dengan cara Klan Atmaja dahulu. Saya yakin, mereka tidak akan menggunakan senjata sama sekali." Jawab Om Haris."Bagaimana kamu bisa seyakin itu ?" tanya Om Joe pada rivalnya tersebut dengan mengerutkan keningnya."Mereka yang terlalu yakin dengan serum ciptaan Karta dan bergantung kepada itu. Saya yakin, mereka akan memandang remeh kita saat ini. Terbukti kan! dengan ketujuh murid andalan Karta, mereka dengan yakinnya menyerang beberapa markas kita hanya dengan tangan kosong." Ujar Om Haris tersenyum sinis. Walau ini pertama kalinya aku bertemu dengan sosok Om Haris, namun aku bisa merasakan kem