Melihat Awan mulai menggerakan beberapa ruas jarinya dan mengerjapkan matanya beberapa kali, Karin terlihat bersemangat. Ia segera berdiri dan duduk lebih mendekat. Ia sudah menunggu momen ini, saat di mana Awan terbangun dan sekarang sudah dua hari semenjak Awan tidak sadarkan diri. Ia cemas melihat Awan tidak sadarkan diri setelah menolongnya. Momen seperti itu, terasa seperti keajaiban baginya. Saat Awan di serang oleh Disa tempo hari, Karin tanpa ragu maju untuk menyelamatkan nyawa Awan. Meski pada akhirnya, nyawanya yang diselamatkan oleh Awan. Alasan ia bisa ada di sini, juga karena kejadian hari itu. Noura sendiri yang menginterogasi Karin, setelah mendengar pengakuan Devi, kalau kekuatan Awan bangkit karena terpancing oleh Karin. Mereka beranggapan, kalau Karin bisa membangkitkan kekuatan Awan, mungkin dia juga bisa merangsang kembali ingatan Awan.Makanya mereka sengaja menempatkan Karin di sana, namun tetap dengan beberapa pasukan elit klan yang berjaga di dekat mereka, un
"Kamu kenal dengan Angel?" Tanya Awan penasaran tanpa menjawab pertanyaan Karin. Meski Devi sudah menjelaskan siapa Angel sebelumnya. Namun Devi tidak pernah bercerita kalau Angel sekolah di tempat yang sama dengannya. Sehingga, Awan cukup terkejut melihat ekspresi Karin."Iya, tentu saja! Kak Angel adalah temannya kak Renata. Dia juga ratu kecantikan di sekolah kita, selain kak Renata." Jelas Karin dengan memuji Angel. Hanya saja, Angel kebalikannya dari Renata. Angel adalah karakter bidadari yang dingin."Hmn, seperti itu." Ujar Awan mengerti. Lalu dia menceritakan tentang kematian Angel, seperti cerita yang ia dapat dari Devi dan yang lainnya.Tampak Karin ikut sedih mendengar kematian tragis Angel dan lebih kasihan pada Awan yang sampai mengalami kejadian yang sama seperti saat ditinggal Renata dahulu.Awan tersenyum tegar dan meminta Karin untuk tidak terlalu memikirkannya. Lagian, dia juga tidak bisa mengingat semua itu sekarang."Benar juga. Kamu kan sedang kehilangan ingatan.
"Bagaimana kabar kalian?" Sapa Awan ketika melihat dua sahabatnya itu baik-baik saja dan tinggal pemulihan akibat beberapa tulang mereka yang patah karena serangan Disa sebelumnya.Novi dan Radit tertawa sambil mengacungkan jempol mereka ke arah Awan, yang menunjukkan kalau mereka baik-baik saja."Tidak ada yang sebaik ini, bro. Ini mengingatkanku pada kejadian waktu kita sekolah dulu. Ingat, saat itu kita menyelamatkan kak Renata?"Awan tersenyum canggung dan menggeleng."Eh, maaf. Aku lupa! Tapi, yah persis seperti itu lah kejadiannya."Radit tertawa malu, mengira jika Awan masih normal dan dapat mengingat semuanya. Ia lupa kalau Awan saat ini sedang hilang ingatan."Maaf, karena aku kalian jadi terluka begini." Ucap Awan merasa bersalah. Disa datang untuk berurusan dengannya dan teman-temannya menjadi korban karena mereka sedang berada bersamanya saat kejadian."Kamu ngomong apaan, sih? Bukankah kita ini adalah sahabat? Dulu, kamu yang selalu berdiri di depan dan menjaga kami semua
"Tapi, sebelum ke rumah paman Joe, sepertinya kita harus mengganti pakaianmu terlebih dahulu." Usul Karin ketika melihat pakaian yang dikenakan Awan.Awan masih mengenakan pakaian pasien dan ia tidak membawa pakaian lainnya, selain yang ia pakai terakhir kali.Awan tersenyum malu, "Baiklah, sepertinya kita perlu belanja beberapa pakaian dulu." Ucap Awan menyetujui saran Karin.Karin membawa Awan ke salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di kota Bandung, BTC Mall."Apa tidak apa-apa bagimu, jalan berdua denganku di tempat terbuka seperti ini?" Tanya Awan penasaran. Bagaimanapun, Karin merupakan penyanyi kenamaan. Akan menjadi gosip panas, jika sampai ada yang mengenalinya dan memberitakan dengan narasi liar untuk sekedar mencari sensasi. Meski mereka sudah mengenakan hoodie untuk sedikit menyamarkan penampilan mereka saat ini.Karin tersenyum cuek. Jika itu dengan pria lain, mungkin saja! Tapi, ia sekarang sedang berjalan dengan Awan. Lupakan tentang identitas spesial Awan untuk s
"Hmn, ini?" Tanya Awan bingung ketika mengeluarkan kartu kredit tersebut dari dalam dompetnya. Ia penasaran, bagaimana kartu terebut bisa dijadikan sebagai alat belanja. Semenjak hilang ingatan, Awan sepertinya merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai hal baru."Iya." Angguk Karin.Awan tersenyum malu, "Tapi, bagaimana cara menggunakannya?"Karin hampir saja tersedak ketika mendengar Awan mengajukan pertanyaan polos seperti itu padanya. Namun, sedetik kemudian ia segera sadar jika Awan sedang kehilangan ingatannya. Jadi, wajar saja ia tidak bisa mengingat hal sesederhana ini."Kamu tinggal serahkan kartunya sama kasirnya, lalu masukan pin untuk menyetujui pembayaran tagihannya." Jelas Karin dengan sabar."Pin?" Kerut kening Awan semakin tajam. Ketika Riana memberikan kartu itu padanya, kakak sepupunya itu tidak mengatakan apa-apa, atau mungkin saja ia lupa mengatakannya."Sepertinya aku perlu menghubungi kak Riana. Karena aku tidak mengingatnya sama sekali." Ucap Awan malu
Demi Awan, akhirnya Karin memilih bersabar. Namun, saat ia baru selesai membayar tagihan pakaian Awan yang bernilai lebih dari tiga puluh juta. Seorang pria berpenampilan perlente, lengkap dengan setelan bermerek di seluruh tubuhnya, menyapa Karin dengan gaya yang sok kenal, "Della?""Hai, aku kira siapa. Ternyata ini benar kamu? Wow! Ini seperti kita berjodoh, karena bisa bertemu di sini." Tambahnya dengan percaya diri."Bukankah itu, Axel? Artis FTV yang terkenal itu?" Bisik salah satu pengunjung pada temannya.Andai mereka sedang berada di pasar. Bisa jadi, Axel dan Karin akan dikerumuni oleh para fans yang tidak terhitung jumlahnya. Hanya saja, mereka sedang berada di outlet mewah dan kebanyakan pengunjung berasal dari kelas atas. Sehingga mereka tidak se-ekstrim para fan yang ada di tempat umum. Mereka punya gengsi tersendiri untuk tidak menunjukkan reaksi berlebihan pada idola mereka."Hmn, Axel." Balas Karin singkat dengan ekspresi datar. Lebih terkesan malas menghadapi Axel sa
Axel terperangah mendengar pernyataan lugas Karin dan bahkan sikap Karin yang tanpa ragu menunjukkan kemesraannya, membuat wajah Axel memanas.Namun, segera setelah itu, ia tersenyum sinis melihat ke arah Awan. Tentu saja, karena ia mendengar bisik-bisik para pengunjung wanita di sana. Axel seakan mendapatkan senjata untuk menjatuhkan dan mempermalukan Awan yang sekarang dianggap sebagai saingan cintanya itu."Della, apa bagusnya dia? Cowok seperti dia hanya bisa memanfaatkanmu. Mending kamu bersamaku saja. Aku janji, akan memperlakukanku dengan baik. Aku bahkan dapat membuatmu semakin terkenal. Kamu tahu, pamanku wakil direktur Musica Studio. Dengan menjadi kekasihku, kamu dapat mengorbitkan lebih banyak lagu lagi di masa depan." Tutur Axel melebihkan kemampuannya dan terang-terangan menjatuhkan Awan.Di sisi lain, Awan hampir tertawa mendengar kalimat Axel. Ia tidak menyangka jika pria yang mengejar-ngejar cinta Karin ini akan senaif itu.Ketimbang mengesankan Karin dengan usahanya
"Kamu tega benar bicara seperti itu pada cowok tadi!" Ujar Awan tidak menyangka jika Karin ternyata bisa bersikap galak juga. Ia masih ingat ekspresi suram Axel sebelum mereka pergi meninggalkannya tadi."Salahnya sendiri karena menjadi pria yang tidak tahu malu. Sudah ditolak berkali-kali, masih saja nekat mengejar-ngejarku. Kalau aku tidak bisa bersikap tegas padanya hari ini, dia tidak akan pernah mengenal yang namanya kata menyerah." Karin tampak kesal ketika mengucapkan itu. Ia melirik Awan sejenak, lalu segera menambahkan, "Dan... aku tidak suka ia merendahkan kamu."Ada makna khusus ketika Karin mengucapkan kata-kata ini. Awan bukannya tidak sadar dengan makna dibalik kalimat terakhir Karin. Hanya saja, ia tidak ingin menanggapinya lebih jauh, karena tidak ingin membuka hubungan apapun saat ini. Selain karena hubungan ambigu antara dirinya, Annisa dan juga Amanda. Awan sepertinya juga harus serius untuk mencari tahu, hubungan seperti apa yang terjadi antara dirinya dengan Ange