Home / Rumah Tangga / GODAAN CANTIKNYA PELAKOR / Bubur Nasi dan Sup Iga

Share

Bubur Nasi dan Sup Iga

Author: Embun Manis
last update Last Updated: 2023-08-08 18:03:58

Cahaya lilin yang kekuningan menimpa wajah Reno. siapapun pasti setuju dengan julukan tampan untuk Reno. sekali lagi, kami tidak berdebat tentang apapun untuk kejadian kemarin, dimana ia menampar Anggi.

Aku juga malas mengulas dan membahas sebab akibat kejadian itu. saat ini, yang menjadi peganganku adalah Reno tidak akan melangkah ke jenjang impian Anggi tanpa persetujuanku. untuk itu, aku masih bisa mempercayainya.

Jika dipikirkan, pernikahan ternyata bukanlah akhir cerita bahagia untuk sebuah hubungan seperti yang sering menjadi alur drama romantis di televisi.

Awal pernikahan pasti masih terasa sangat manis di tahun pertama, tahun di mana negara api belum menyerang.

Jika, saat masih gadis aku bisa tidur kapan pun aku mau, ingin makan, belanja, traveling dan apapun itu tanpa mempertimbangkan pengeluaran. kini, semua menjadi hal berbeda.

Baik, sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan karena anak adalah sumber kebahagiaan yang tidak mungkin aku dapatkan saat masih berstatus gadis.

Meski, di awal kelahirannya, aku hampir tiap malam bergadang sendirian tanpa mengganggu Reno. Seharian mengurus rumah dan kebutuhan anak hingga lupa menyisir rambut. Berhenti makan dan terbangun dari tidur karena anak menangis. Seperti saat ini, aku sedang buang air dan anakku menangis menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Sebentar sayang!" ujarku di dalam toilet.

"Ma…Ma…Ma…," tangisnya pecah dengan terus menggedor pintu kamar mandi. sudah hampir seminggu ia mulai bisa berjalan perlahan. Aku dan Ibu yang pertama melihatnya, bukan Reno.

"Ayo kemari...," Jawabku membuka pintu karena tidak tahan melihatnya menangis. aku lantas memangkunya di saat genting begini.

Siapa anak Mama?" tanyaku mencium keningnya.

"Loh, kok anak dibawa ke toilet dek?" tanya Reno dengan suara serak, terkejut saat membuka kamar mandi. aku tidak menjawab dan membiarkannya mengambil serta membawa Tania keluar dari kamar mandi.

Mendengar suaranya serak karena flu, tiba-tiba, ada ide muncul di kepalaku. aku bergegas menyelesaikan ritual di toilet ini, lalu keluar mendekati Reno.

"Mas tidak terlambat ke kantor?" tanyaku.

"Iya ini mau bersiap-siap berangkat," jawabnya santai.

" Aku buatkan bubur nasi dan sup iga ya!" ujarku menatapnya

"Bagaimana kalau nanti siang saja, Mas takut telat ke kantor," jawabnya

"Aku antar saja nanti ke kantor!" tawarku dengan serius

"A...apa? Hmm, tidak usah dek. nanti kamu repot!"

"Tidak repot kok, Mas. Kenapa aku merasa bahwa Mas Reno sepertinya takut?" Aku menatapnya dengan tatapan curiga.

"Takut kenapa?" Reno mulai gugup.

"Jadi?" lanjutku.

"Ya sudah tidak apa-apa," balasnya mau tidak mau.

"Oke nanti aku siapkan!" Aku tersenyum penuh semangat, lalu mengambil alih untuk menggendong Tania.

**

Namaku Jane Zabila dan dulunya aku dijuluki chef Jane oleh sahabat-sahabatku sejak aku di bangku sekolah dasar. Mereka bilang, apa saja yang dimasak olehku akan terasa sangat enak.

Itu juga salah satu alasan mengapa Reno jatuh cinta padaku. Dia adalah abang kelas di bangku SMP dan awal kami bertemu adalah saat Ia menjadi panitia untuk lomba masak dimana akulah yang menjadi juara umumnya.

Namaku Jane Zabila, selain juara umum di angkatanku dalam hal pendidikan. aku juga juara umum di hampir setiap perlombaan masak di sekolah. dan menurutku, sudah saatnya aku menunjukkan gigi di depan perempuan yang bernama Anggi itu. dia harus tahu, dia mencoba peruntungan di tempat yang salah.

**

Di kantor Reno.

Aku masih di lobi saat menunggu konfirmasi Reno agar operator memperbolehkanku naik ke lantai 19 di mana ruangan Reno berada.

"Wah, ada Mbak Jane," sapa perempuan laknat itu tiba-tiba muncul. Kenapa harus dia yang menjadi pembukaan orang yang kutemui.

"Berani kamu ya, menyapa!" Aku menatapnya kesal sambil menggoyang-goyangkan anakku di gendongan belakang.

"Biar sini saya bantu," ujarnya ingin menghampiri salah satu rantang besar yang kubawa. aku bergerak cepat menjauhkannya dari tangan perempuan ini. Gila sekali dia, menganggap kejadian sebelumnya seolah tidak pernah terjadi.

"Tidak usah!" jawabku kasar.

"Sebentar ya, Bu. Bapak masih rapat, Ibu bisa duduk di sofa ruang tunggu." Operator itu memberi penjelasan.

"Oh, kenapa harus menunggu di sini? tidak apa-apa. Biar Ibu ini langsung ke kantor Pak Reno. Beliau ini istri sah Pak Reno," Potongnya melirikku dengan senyuman memuakkan. Paling tidak, dia mengakui bahawa aku ini adalah istri sah dari Reno.

"Baik, Bu! silahkan ke ruangan Pak Reno di lantai 19" Operator itu memberiku sebuah kartu. Aku mengambilnya, lalu segera pergi tanpa mengucapkan apa-apa ke Anggi. ia terus menatapiku hingga masuk ke dalam lift. come on, aku tidak boleh gugup.

**

Sesampainya di lantai 19. Aku mendapati banyak meja karyawan yang tersusun rapi dan aku harus melewati mereka barulah bisa masuk ke dalam ruang kerja Reno.

"Ibu Jane!" Sapa seorang karyawan senior yang akrab kupanggil Mbak Yayang. kami kerap bertukar resep masakan jika bertemu di acara wisata perusahaan.

"Hai, Mbak Yayang!"

"Ibu mencari Bapak, ya?"

"Iya Benar."

"Ibu bawa apa? Aduh, adik cantik, imut sekali! Boleh saya gendong Bu," kata Mbak Yayang meminta untuk mengambil anakku.

 "Boleh," jawabku senang.

Akupun berjalan bersama Mbak Yayang menuju ruangan Reno, sepanjang berjalan, karyawan-karyawan di sana tersenyum ramah dan menunduk menyapa hingga Reno keluar dari ruangan. Padaha, aku belum sempat masuk.

"Beneran datang, Dek?"

"Iya Mas," jawabku tersenyum.

"Mas senang kamu datang, tapi harusnya tidak perlu repot-repot."

"Aku masak bubur nasi dan sup iga dengan porsi yang banyak," jelasku mengeraskan suara. Para karyawan lebih banyak melirik daripada yang tidak.

Reno memeriksa rantang dan plastik yang kubawa,"Kamu masak banyak sekali dek," ujar Reno.

"Kelihatannya enak, Pak," celetuk salah satu karyawan.

Aku tersenyum. belum lima menit senyum itu terukir di bibirku. Anggi sudah hadir dan berjalan menuju Reno dengan beberapa berkas di dalam map.

"Ayo, silahkan yang mau mencoba masakan saya!" Aku membuka rantang agar aroma kelezatannya tercium dan benar saja, tidak butuh waktu lama untuk membuat kebanyakan dari mereka bangkit dan mendekati rantang-rantang besarku.

"Saya sudah menyiapkan mangkuk dan sendok plastik sekali pakai juga!" Aku sangat bersemangat menyendoki bubur dan sup Iga buatanku.

"Kamu ke sini, untukku atau untuk karyawanku sih dek?" cetus Reno membuat Anggi sedikit gusar. Aku tidak menjawab, bahkan tidak sempat melihat wajahnya karena terlalu sibuk membantu menyiapkan makanan di dalam mangkuk palstik agar dapat langsung disantap.

"Waah, ini beneran masakan Ibu Jane? rasanya lebih enak dari sup restoran favorit aku," cetus salah satu karyawan pria di sana.

"Setuju! Enak sekali rasanya. Saya boleh tambah, ya, bu?" cetus yang lain.

"Astaga, saya mau menangis karena rindu kampung halaman. rasanya benar-benar enak loh!"

"Iya benar."

"Benar sekali!"

Satu persatu, semua dari mereka saling bersahutan untuk memberi pujian. Tidak sia-sia rasanya bersusah payah datang ke kantor Reno. Semoga Reno sadar kalau istrinya juga punya kelebihan.

"Bapak Reno beruntung sekali punya istri seperti Ibu Jane," cetus Mbak Yayang "Tentu saja, saya memang sangat beruntung," jawab Reno.

Smash!

Teriakku girang di dalam hati. Wajah Anggi merah padam.

'Ini masih permulaan Barbara,' ujarku di dalam benak sembari sedikit melihat wajah Anggi.

"Tentu saja Ibu Jane bisa memasak dengan baik. semua Ibu rumah tangga pasti bisa, karena itulah profesinya." Anggi mulai memberi serangan balik.

"Tidak, Kok. Mama Tania memang sejak kecil sudah punya bakat memasak," jawab Reno.

"Terima kasih sayang," jawabku melembutkan suara dengan nada manja, lalu tersenyum manis. Anggi membuang muka kesal.

Tidak ada yang fokus dengan posisi rumit antara kami bertiga, Aku, Reno dan Anggi di tengah-tengah mereka. Biarlah! fokus dengan masakanku saja sudah sangat baik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   ENDING

    Malam hari, sambil menyandang ransel besar yang penuh terisi buku-buku hukum. Jane berjalan cepat menuju mobil meninggalkan rumah ibunya yang sudah sepi karena semua penghuni sudah tertidur pulas. Belum sampai ke mobil, sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah Ibu Jane. Itu adalah mobil milik Haikal. Jane tertegun menurunkan tas ranselnya karena terlalu berat jika terus-terusan dipikul. Haikal keluar dari mobil dengan senyuman, lalu mendekati Jane.“Kamu mau ke mana, Jane?”“Ke rumah teman, dia berprofesi sebagai pengacara. Jadi, aku mau tanya banyak hal ke padanya.”“Tengah malam begini?”Jane terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sebab, mulanya ia ingin ke rumah Haikal untuk memastikan secara langsung tentang sejauh mana kasus ayahnya kini bergulir. Haikal lantas mengangkat tas ransel milik Jane, lalu menggiringnya masuk ke dalam rumah.“Ibu sudah tidur?”“Iya, sudah. Oh, iya. Mau aku buatkan teh atau kopi?” tanya Jane.“Kopi saja, Jane.”“Baiklah kalau begitu. Sebentar ya

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Strategi Jebakan

    Jane menutup buku yang sedari tadi ia baca. Ia mempelajari pasal-pasal kuhp yang diarahkan Haikal untuk ia pelajari. Masalah hutang ayahnya sudah lunas secara tuntas kepada pihak-pihak rentenir dengan menggunakan sebagian uang claim asuransi perusahaan. Dimana salah satu rentenir tersebut adalah Sania yakni Ibu mertuanya sendiri.Jane telah berbicara secara serius dengan ayahnya tentang konsekuensi strategi yang akan mereka tempuh setelah ini. Ayah Jane menyatakan ia siap untuk semuanya asal ia bisa kembali menyandang nama asli, lalu bisa bertatap muka dan berbicara langsung dengan Istri dan anaknya. Mendengar itu Jane terharu meski awalnya ia ragu. Sedangkan masalah ganti rugi yang pasti juga akan menjadi masalah sudah diantisipasi oleh Haikal.Sejak awal, Ayah Jane memberikan sejumlah saham dan uang kepada Haikal untuk dikembangkan demi hari ini. Hari dimana Ayahnya Jane akan mengakui kesalahannya di mata hukum atas pemalsuan kematian serta membayar ganti rugi atas uang asuransi ya

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Kembalinya Haikal

    lBerminggu-minggu sudah terlewati menjadi istri yang memiliki madu. Jane tidak merasa semakin bahagia dan tidak pula merasa rumah tangganya semakin sakinah. Reno tidak bisa membagi waktu secara adil dan Anggi terlalu possesif kepada Reno.“Pokoknya, Jane tidak boleh hamil sebelum aku berhasil hamil dan melahirkan anak!” tegas Anggi di depan Jane dan Reno di sebuah kantin kampus, tempat Jane kuliah. Reno mengunjungi Jane untuk memberikan paket makanan untuk Tania. Tidak lama kemudian, tanpa diundang, Anggi hadir dan langsung bergabung di meja yang sama dengan mereka. Pada awalnya, Anggi hanya diam, tetapi melihat Jane dan Reno mulai bercanda gurau. Anggi menjadi cemburu dan membahas hal yang tidak nyambung dengan maksud pertemuan itu.“Waduh, tapi bagaimana ya? Aku sepertinya sedang hamil anak kedua.” Jane menjawab usil.“Kalau begitu gugurkan!” tegas Anggi.“Kamu sudah gila yaa, Nggi. Kamu tidak berhak mengatur hidup Jane,” bentak Reno.“Terima kasih untuk paketnya, Mas. Aku masuk

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Sup Iga Asin

    BAB 34Sup IGA Asin Untuk AnggiLama Reno termenung selepas ia mendirikan shalat shubuh hari ini. Ia sengaja mengunci kamar dari dalam agar Anggi tidak tidur dengannya malam tadi. Namun, di balik rasa kecewa terhadap perbuatan Anggi kepada putri yang amat ia sayangi, Reno juga kasihan dengan Anggi.Ia tahu bahwa Anggi tidak berniat untuk melukai Tania. Ia hanya mempermudah cara menjaga Tania dengan cara yang amat salah. Sejak kecil Anggi dibesarkan dengan gelimang harta dan kemewahan. Termasuk, dengan penjaga, pelayan dan pembantu di dalam hidupnya. Pastilah sulit untuk menerima tanggung jawab menjadi Ibu sambung dan harus menyisihkan waktu untuk bertugas menjaga anak tirinya.Meski begitu, ia belum tampak lunak terhadap Anggi karena rasa bersalah yang besar kepada Jane. Ia malu karena takut pada akhirnya ucapan Jane benar yakni tidak mungkin ada yang bisa menggantikan posisinya menjadi Ibu Tania.Reno bingung dan belum bisa berpikir jernih untuk hal yang harus diperbuat setelah ini.

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Pujian Sania Untuk Jane

    BAB 33“Aku bisa jelaskan, Mas!” Kini Anggi mulai menangis dengan raut muka ketakutan.“Sebaiknya kamu diam!” ujar Reno membantu Jane membuka rantai.“Dasar wanita tidak berperasaan! Jangan mentang-mentang Tania bukan anakmu, kamu bisa berbuat seperti ini!” bentak Sania.Jane hanya menangis dan segera menggendong putri kesayangannya. Tidak lama kemudian, ia mengemasi barang-barangnya dengan tetap menggendong Tania. Reno bertanya ia sedang melakukan apa? Jane menjawab bahwa ia akan pulang ke rumah Ibunya.Jane dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak terima dengan perbuatan Anggi kepada anaknya dan tidak pernah lagi bisa percaya kepada Anggi untuk menjaga anaknya. Reno berusaha menenangkan dan berkata ia bisa menegur Anggi, tetapi Jane tidak boleh pergi. Reno menjamin bahwa semua akan baik-baik saja. Jane kemudian berteriak.“Cukup, Mas! Cukup!” geram Jane.“Jane….” Reno panik.“Aku tidak mau lagi tinggal di sini!” ujar Jane sangat yakin.“Tapi….” Reno masih berusaha menahan Jane.“Tapi,

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Kaki Anakku Dirantai

    “Sayang!”“Biasa saja memanggilku, Mas. Aku merinding mendengarnya!” keluh Jane.“Kapan kamu pindah ke rumah baru kita?”“Kamu mau aku satu atap dengan kalian, Mas? Kamu sudah gila ya?”“Tidak. Aku hanya memikirkan kebaikanmu. Aku sudah berbicara pada Mama tentang impianmu untuk pendidikan. Mama siap membantumu mewujudkan impianmu sebab kini sudah ada Anggi yang akan membantu mengurusku.”Di dalam benak Jane ia menyesalkan sifat suaminya yang sedikit-sedikit harus lapor Ibunya seolah tidak punya pendirian. Tapi sejenak Jane berpikir tentang tawaran yang diberikan oleh Reno. Melanjutkan pendidikan memang merupakan hal yang ia inginkan ditambah lagi keadaan baru ini sedikit membuatnya merasa rumit dan aneh. Mungkin, ia bisa mencoba dunia baru untuk sejenak lepas dari sebuah kenyataan yang ia anggap beban.“Maksud kamu, aku bisa kuliah lagi, Mas?”“Iya. Tentu saja!”“Lalu, bagaimana dengan Tania?”“Biar Anggi yang mengurusnya.”“Kamu percaya dengan Anggi?”“Tentu saja aku percaya. Dia ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status