Mata, Athira yang sembab terpaku pada sosok tubuh kukuh yang kini berdiri tegak di hadapannya. Antara kaget dan tidak menduga kalau pria yang baru saja dipanggil putrinya dengan mata berkaca itu kini kembali di hadapannya dengan senyum dan mata penuh rindu.Wajah Shaka begitu lembut, dengan senyum manis yang hinggap di wajah mungil putrinya. Sikap seorang ayah penyayang yang entah sejak kapan hilang dan musnah di telan kerasnya badai penghianatan."Mas, kamu... Kamu kembali? " Athira bergumam pelan. Hatinya berkata bahwa ini pasti mimpi. Bagaimana mungkin Shaka hadir, sementara Athira tahu ini adalah moment penting dalam hidup pria itu, karena sedang membicarakan hal serius mengenai pernikahan mewah yang akan digelar dalam waktu dekat dengan wanita yang konon luar biasa dan istimewa."Aku pasti bermimpi." Athira melengos, mengusir sisa air mata yang sempat luruh saat Cira kembali memanggil sosok papanya."Athira." Shaka mendekat."Kam
Udara di tengah gerimis kali ini terasa lebih dingin. Rintik hujan lebih lebat dan gelap. Berkali shaka membuang tatap dari arah jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Matanya lepas memandang langit yang berselimut awan. Gelap, sunyi dan sepi seperti rasanya saat ini.Tiga bulan sudah harinya berlalu nyaris tanpa warna.Hampa, adalah kata yang begitu akrab akhir-akhir ini. Bukan karena pernikahannya dengan Meri telah batal, dan harus melewati drama panjang yang berliku. Melainkan ada sudut jiwanya yang terasa kosong karena kepergian seseorang yang dulu terasa tanpa makna. Ada rindu yang terus menggema di sudut hatinya kian terasa sunyi.Athirah, entah mengapa, nama itu begitu kuat menggores relung jiwanya. Nama perempuan yang sekian tahun tak berhasil membuatnya rindu, justru kini hadir menawarkan kemanisan dan cinta, di saat segalanya telah usai.Ikrar talak di pengadilan negri beberapa waktu lalu, bukan hanya menegaskan k
"Pak Darma. " Athira, segera melepaskan diri. Bagaimana bisa dosen paling muda di kampusnya dulu itu ada di depannya."Maaf," Ucap pria, yang dipanggil Darma spontan melepaskan diri. Wajah tampannya sejenak memerah karena malu. Kok bisa-bisanya dia meraih pinggang Athira. Persis, adegan dalam sinetron ikan terbang yang sering diceritakan Fira adik ceweknya. Kalau sampai bocah tiga SMU itu tahu, pasti akan tertawa dan meledek nya. Bagaimana bisa pria kutub itu melakukan hal spektakuler atau malah memalukan seperti itu?"Maaf, Bapak , sedang apa di sini? " Athira berbasa-basi penuh rasa tak enak. Teringat dulu dia tidak bisa ikut ujian gara-gara kehadiran di mata kuliah dosen jutek satu itu dinilai kurang.Tak terasa lima tahun berlalu. Tapi segalanya masih tampak belum berubah wajah dosen favorit itu masih ganteng dan menawan. Ih, apa-apa aku? Malah menaksir wajah di hadapannya. Tak tahu malu, Athira menyumpahi diri sendiri."Aku sedang menun
Wajah Meri kalap saat membaca, pesan Athira.[ Aku punya semua video mesum milikmu. Jangan macam-macam. ]Sialan.Tunggu pembalasanku, Athira.***Hari masih pagi. Athira baru saja menyuapi Cira dan memandikannya. Setelah merasa segar dan cantik, bocah yang belum genap lima tahun ini berlari riang ke halaman untuk mengejar kucing kecil peliharaanya. Setelah lelah bermain di luar, Cira duduk di lantai dan anteng bermain boneka di depan TV.Setelah Cira anteng , Athira bergegas untuk mengecek barang dagangan yang dia simpan di kamar sebelah kamar tidurnya.Tak banyak pekerjaan Athira akhir-akhir ini, selain mengurus Cira dan berjualan baju punya temannya via online. Kadang ada juga melayani kawan dan tetangga yang membeli baju-baju jualannya langsung datang ke kontrakan.Beruntung, kontrakan ini tak terlalu sempit. Bangunan yang sepe
Athira memekik kaget. Dorongan Meri yang keras membuat tubuhnya oleng. Beruntung tubuhnya tak terhempas ke belakang dan menghantam tanah. Tubuh Athira sedikit oleng tapi kembali tegak saat tiba-tiba, ada tangan kukuh yang dengan gesit menariknya."kamu tidak apa-apa? "Athira menggeleng. Parasnya memerah. Dadanya berdebar kencang saat wajah Shaka memandang parasnya tidak berkedip. Tuhan... Bagaimana mungkin, setelah begitu banyak luka pengkhianatan yang ditorehkan pria itu dalam hidupnya, pun waktu yang penuh luka yang dia lewati selama ini, belum mampu juga mengusir rasa itu sepenuhnya?Athira mendesah gelisah. Bagaimanapun dulu, bertahun lamanya pernah menjadi makmum pria di hadapannya. Tapi kini, semuanya telah usai. Shaka bukan hanya tinggal mantan, tapi apapun tentang pria itu telah Athira tutup rapat."kamu tidak kenapa-kenapa, Athira?" tany
"Kenapa harus Darma?""Dia pria baik, Athira. Dia mampu menjadi imam untukmu, " jawab Shaka pelan."Jika kau menikah kembali dengan Darma, aku ikhlas. Terpenting bagiku, engkau ada yang melindungi. Meri itu nekat dan pendendam."Athira hanya terdiam, ada yang mengambang di sudut hatinya. Betul Darma adalah pria yang baik dan kini diketahui masih sendiri, tapi untuk melabuhkan hati begitu saja pada pria itu, jelas Athira tidak berpikir sejauh itu.Luka hatinya karena ditalak Shaka tanpa alasan dan karena pria itu lebih mementingkan Meri, masih menggoreskan luka yang sangat dalam.Bagaimana mungkin tiba-tiba pria itu menyuruh dirinya menikah kembali dengan laki-laki lain ?"Maaf, Mas. Tak semudah itu aku menikah kembali. " Athira menggeleng dengan tegas."Aku butuh waktu untuk melupakan Sakit hatiku karena perbuatanmu. Aku b
Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be
Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu