Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu? Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya le Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya. Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?
"Mas, maaf aku memanggilmu kembali. Cira terus-terusan menangis. Sungguh aku kuat kehilanganmu, tapi aku tak sanggup melihat putri kecilku terluka karena harus kehilangan sosokmu di usia yang sekecil ini." Suara Athirah lirih. Tubuhnya perlahan menjauh dari Cira memberi kesempatan pada mantan suaminya agar bisa mendekati putrinya.Shaka menggangguk. Perlahan merapat ke arah ranjang di mana Cira tertidur dengan mata sembab. Sepertinya gadis mungil itu ketiduran saat menangis.Kata Athira, tadi Cira terbangun sesaat Shaka pergi dan terus merengek dan tidak bisa ditenangkan."Sayang, bangunlah ini Papa datang." Dengan lembut Shaka memanggil gadis yang tengah meringkuk memeluk boneka kecil pemberiannya, dada Shaka terasa sesak, hatinya berdesir menyaksikan sisa bulir air mata di Sudut mata putrinya.K
Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu?Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya lebih lama?Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya.Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?Shaka mempercepat langkahnya keluar dari kamar perawatan Cira, hampir saja dia menabrak dua orang pengunjung dan seorang perawat yang kebetulan sedang melintasi koridor dan berpapasan dengannya. Shaka sege
Meri terkesiap, tidak menyangka kalau sepatu berhak tinggi yang dia tendang bisa sampai melayang mengenai jidat Omnya yang terkenal galak dan tegas.Bagaimana bisa dia berlaku bodoh seperti itu? Bikin acara yang sudah dirancang sedemikian rupa terancam runyam gara-gara adik Mamanya itu tidak akan berhenti ngomel panjang pendek dengan raut wajah yang tidak menyenangkan."Maaf, Om. Maaf... " Meri menyilangkan tangan di dada tanda meminta maaf. Dia tahu Om Bari bukan orang yang dengan mudah memahami dan memaafkan. Di keluarga Mama, Dia adalah adik yang paling galak. Paman rasa preman, begitu ponakan-ponakan menyebutnya.Harusnya Shaka ikut kaget melihat peristiwa yang dilakukan Meri terhadap Omnya yang galak karena diyakini bahwa Om Bari akan membuat acara musyawarah keluarga ini menjadi kacau dengan ceramahnya yang pedas dan tajam. Tapi enta
"Kamu..., berani kamu bersikap kasar pada putriku?"Mama Meri marah besar. Apalagi menyaksikan sikap Shaka yang bukannya menenangkan Meri yang tersedu, malah bersiap pergi keluar menuju mobilnya yang terparkir."Mau kemana kamu?" Meri menarik tangan calon suaminya."Aku pergi. Aku jengah dengan sikapmu." Shaka yang merasa kesal karena dari pagi Meri terus bertingkah memuakkan, memilih menghindar"Tidak bisa. Kamu harus minta maaf dulu sama putriku, kamu telah mendorongnya dengan kasar." Mama Meri melotot, tubuhnya maju menghalangi langkah Shalat. Perempuan ber-make up tebal itu, terlihat sangat tersinggung dengan sikap Shaka yang dianggapnya meremehkan putrinya yang cantik jelita dan terkenal itu. Mama Meri geram. Perempuan tidak terima , ada pria yang membuat putrinya di perlakukan tidak seperti ratu dan tidak terhormat.
Mata, Athira yang sembab terpaku pada sosok tubuh kukuh yang kini berdiri tegak di hadapannya. Antara kaget dan tidak menduga kalau pria yang baru saja dipanggil putrinya dengan mata berkaca itu kini kembali di hadapannya dengan senyum dan mata penuh rindu.Wajah Shaka begitu lembut, dengan senyum manis yang hinggap di wajah mungil putrinya. Sikap seorang ayah penyayang yang entah sejak kapan hilang dan musnah di telan kerasnya badai penghianatan."Mas, kamu... Kamu kembali? " Athira bergumam pelan. Hatinya berkata bahwa ini pasti mimpi. Bagaimana mungkin Shaka hadir, sementara Athira tahu ini adalah moment penting dalam hidup pria itu, karena sedang membicarakan hal serius mengenai pernikahan mewah yang akan digelar dalam waktu dekat dengan wanita yang konon luar biasa dan istimewa."Aku pasti bermimpi." Athira melengos, mengusir sisa air mata yang sempat luruh saat Cira kembali memanggil sosok papanya."Athira." Shaka mendekat."Kam
Udara di tengah gerimis kali ini terasa lebih dingin. Rintik hujan lebih lebat dan gelap. Berkali shaka membuang tatap dari arah jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Matanya lepas memandang langit yang berselimut awan. Gelap, sunyi dan sepi seperti rasanya saat ini.Tiga bulan sudah harinya berlalu nyaris tanpa warna.Hampa, adalah kata yang begitu akrab akhir-akhir ini. Bukan karena pernikahannya dengan Meri telah batal, dan harus melewati drama panjang yang berliku. Melainkan ada sudut jiwanya yang terasa kosong karena kepergian seseorang yang dulu terasa tanpa makna. Ada rindu yang terus menggema di sudut hatinya kian terasa sunyi.Athirah, entah mengapa, nama itu begitu kuat menggores relung jiwanya. Nama perempuan yang sekian tahun tak berhasil membuatnya rindu, justru kini hadir menawarkan kemanisan dan cinta, di saat segalanya telah usai.Ikrar talak di pengadilan negri beberapa waktu lalu, bukan hanya menegaskan k
"Pak Darma. " Athira, segera melepaskan diri. Bagaimana bisa dosen paling muda di kampusnya dulu itu ada di depannya."Maaf," Ucap pria, yang dipanggil Darma spontan melepaskan diri. Wajah tampannya sejenak memerah karena malu. Kok bisa-bisanya dia meraih pinggang Athira. Persis, adegan dalam sinetron ikan terbang yang sering diceritakan Fira adik ceweknya. Kalau sampai bocah tiga SMU itu tahu, pasti akan tertawa dan meledek nya. Bagaimana bisa pria kutub itu melakukan hal spektakuler atau malah memalukan seperti itu?"Maaf, Bapak , sedang apa di sini? " Athira berbasa-basi penuh rasa tak enak. Teringat dulu dia tidak bisa ikut ujian gara-gara kehadiran di mata kuliah dosen jutek satu itu dinilai kurang.Tak terasa lima tahun berlalu. Tapi segalanya masih tampak belum berubah wajah dosen favorit itu masih ganteng dan menawan. Ih, apa-apa aku? Malah menaksir wajah di hadapannya. Tak tahu malu, Athira menyumpahi diri sendiri."Aku sedang menun