Moy dan Nabila berjalan di parkiran saat tidak sengaja bertemu Dito, mantan suami Moy."Moy!" panggil Dito yang kelihatannya baru tiba dan langsung berjalan cepat menyebrangi halaman parkir."Aduh, ngapain juga kita ketemu laki-laki ini!" desis Moy."Siapa?" Nabila menoleh pada sahabatnya yang terlihat kesal."Dito mantan suamiku."Meski Moy sudah sering bercerita tapi, memang baru kali ini Nabila melihat mantan suami Moy. Dito masih muda, perawakannya tinggi dan tampan."Jangan coba terus menghidariku!" tuduh Dito begitu mereka lebih dekat."Jangan harap aku mau ngasih uang ke kalian lagi!" tolak Moy."Itu uang sewa yang harus kau bayar sesuai kesepakatan!""Itu rumahku sendiri, kau tidak ikut membelinya sepeserpun! Untuk apa aku harus membayar sepuluh juta sebulan! Kau mau memerasku?" lantang Moy tidak mau kalah."Selama sidang pembagian gono-gini kita belum selesai sesuai kesepakatan kau harus tetap membayar uang sewa untuk rumah yang kau tempati!"Selain tidak mau mengalah Dito jug
"Mas, gimana Bagas, apa dia rewel?"Hampir tiap dua jam sekali Nabila menelpon cuma untuk memastikan kondisi putranya. Sejak Bagas lahir memang baru kali ini Nabila tidak tidur bersama putranya."Bagas baru saja tidur." Terdengar suara Riko yang sepertinya juga sambil mengetik padahal sudah lewat jam sebelas malam."Mas, masih bekerja?""Ada sedikit revisi untuk meeting besok hari Senin." Tiba-tiba jemari Riko terhenti untuk mengetik.Entah sudah berapa lama tidak ada lagi yang bertanya seperti itu karena biasanya Novie acuh tidur jika Riko sedang lembur. Hanya Nabila yang dari dulu memperhatikan hal-hal sepele untuknya. Riko menghela napasnya yang menyesak di dada tapi bibirnya tidak bisa berucap apa-apa dengan kondisi mereka sekarang."Istirahatlah Nabila. Jika nanti malam Bagas bangun dan menangis mencarimu akan kuantar ke tempatmu.""Titip Bagas, Mas." Nabila menutup teleponnya.Semalaman itu Nabila juga tidak bisa tidur sama sekali. Rasanya memberikan suaminya untuk Novie tidak se
Walaupun Nabila wanita yang sudah pernah bersuami tapi nyatanya dia tetap kikuk dan jadi terus merinding sendiri karena cuma berdua dengan laki-laki di dalam mobil, apa lagi jika laki-laki itu sengaja ingin terus menggenggam tangannya.Sunan sudah duduk di depan kemudi tapi malah kembali meraih tangan Nabila untuk dia genggam. Genggamannya hangat dan membuat nyaman tapi Nabila tetap belum terbiasa walaupun Sunan juga masih sangat sopan. Pria itu hanya menatap Nabila sambil tersenyum untuk mengungkapkan kebahagiaannya."Jadi kita mau ke mana Mas?" Tanya Nabila sambil terus berdoa semoga suaranya tidak terdengar gugup karena Sunan masih belum mau berhenti memperhatikannya dengan terus terang."Bagaimana jika ke rumah orang tuaku?""Aduh Mas!" Nabila kaget dan tidak siap diajak secepat itu bertemu kedua orang tua Sunan."Tidak apa-apa aku yakin mereka juga akan menyukaimu.""Tapi Mas apa ini tidak terlalu cepat?" Nabila benar-benar belum siap.Sunan menggenggam tangan Nabila lebih erat. "
"Apa Azil rewel?" tanya Sunan begitu sampai di rumah adiknya pagi-pagi."Kalau Mas Sunan mau buru-buru ke kantor tidak apa-apa nanti Sahnas yang anterin Azil ke rumah eyangnya."Sunan memang sudah berpakaian rapi, harum dan tampan ketika menjemput putranya dan sayang sekali kalau kembali kusut karena ngurusin anak yang rewel. "Aku ada meeting dengan klien jam sembilan pagi, masih sempat antar Azil ke tempat ibu.""Azil nya juga masih tidur, kasihan kalau dibangunin, ini aku juga masih bikinin sarapan untuk anak-anak."Adik perempuan Sunan juga mempunyai dua anak laki-laki yang umurnya tidak beda jauh dengan Azil, kadang Sahnas juga bantu mengurus Azil kalau abangnya tiba-tiba ada acara mendadak seperti kemarin. Kemarin sebenarnya memang Sunan yang minta Sahnas untuk mengajak Azil jalan-jalan, sedikit kebohongan agar Sunan bisa berduaan dengan Nabila."Tidak apa-apa nanti Sahnas yang antar," ulang Sahnas sekali lagi."Aku lihat Azil dulu!" Sunan tetap naik ke kamar anak-anak untuk mel
"Jadi kemarin Sunan sudah ngajakin kamu ke rumah orang tuanya?" Moy masih melotot tapi ikut bahagia luar biasa. "Terus ... terus ... ayo cerita lagi Nabila ... " Moy semakin tidak sabaran seperti biasanya."Kami hanya ngobrol dan makan malam di rumah orang tuanya.""Yakin kalian gak ngapa-ngapain lagi?" Moy mengedip jahil."Apa maksudmu!" tolak Nabila."Ah, ayolah Nabila, jangan nanggung-nanggung ceritanya ... " bujuk Moy dengan senyum sangat iseng dan jahil. "Sunan ngajakin kamu belok ke mana setelah dari makan malam di rumah orang tuanya?""Kami tidak kemana-mana!" "Ah, mustahil Sunan gak pingin ngapa-ngapain kamu dulu, masak dia gak kode-kode sama sekali? mungkin pegang-pegang atau gesek-gesek dikit?" Moy mulai cekikikan sendiri."Sudah hentikan!" Nabila malu ikut didengar karyawan lain yang rata-rata masih gadis."Ingat, Nabila! Sunan Sudah tiga tahun jadi duda, mustahil dia gak kaku saat cuma berduaan sama kamu di dalam mobil.""Kami langsung ke rumah Riko buat jemputin Bagas dan
Setiap tindakan akan ikut membawa sebuah hubungan ke tingkat yang berbeda."Apa aku membuatmu tidak nyaman?" tanya Sunan dengan hati-hati."Bukan begitu Mas, ini hanya terlalu cepat."Bahkan otak Nabila seketika ikut kembali buntu ketika melihat Sunan cuma sekedar mendecakkan bibirnya yang masih agak lembab. Bibir yang baru saja juga Sunan gunakan untuk mengapit dan melumati bibir Nabila. Nabila seperti masih merasakan napas sunan yang berhembus hangat menyapu kulit wajahnya. Nabila benar-benar belum lupa seperti apa rasanya ciuman bibir dari laki-laki itu. Padahal Nabila bukan remaja yang belum pernah dicium atau diajak berbuat lebih jauh oleh laki-laki, tapi nyatanya kali ini dia benar-benar merasa kacau.Sunan terlihat menghela napas kemudian menghembuskannya lagi dengan dada terasa memberat."Aku sudah tiga tahun menduda Nabila, selama itu aku belum pernah menyentuh wanita manapun."Nabila malah jadi tidak tahu harus bicara apa ketika mendengar kejujuran Sunan, padahal memang bisa
"Jadi berapa kali Mas Riko sudah nelepon Nabila sepanjang hari ini?"Riko baru keluar dari bilik kamar mandi ketika Novie langsung menodongnya dengan pertanyaan bernada sinis."Apa maksudmu?" Riko pura-pura tidak paham.Novie juga segera menyodorkan ponselnya. "Jangan pikir karena Mas Riko sudah menghapus semua jejak panggilannya lantas istri gak mungkin tahu!""Ah, kemarikan HP-ku!"Ketika Riko hendak meraih HP-nya Novie segera menarik kembali ke belakang pinggang. Wanita itu terlihat marah dan Riko sedang dalam kondisi tidak ingin berdebat."Kenap Mas?" tuntut Novie. "Kenapa Mas taku?""Kemarikan HP-nya!" Riko tetap ingin meraih ponselnya."Apa Mas Riko menyesal bersamaku dan sekarang ingin balikan lagi dengan Nabila?""Kenapa kau selalu berpikir seperti itu!" nada suara Riko langsung meninggi."Tadi pagi Mas belain Nabila, sekarang Mas sembunyi-sembunyi menelpon Nabila!""Kemarikan HP-nya!" Riko terus berusaha mengambil HP-nya karena juga penasaran padahal dia sudah menghapus semua
Kira-kira jam sebelas siang Riko juga mengirim pesan.[Terima kasih sudah mengijinkanku menginap]Pesannya cuma Nabila baca tidak dia balas dan beberapa detik kemudian sebuah SMS banking kembali masuk. Riko mengirim dana dua puluh juta.[Itu untukmu, jangan terlalu lelah bekerja]Dari dulu sebenarnya Riko memang tidak pernah pelit atau perhitungan masalah uang, cuma pengaruh Novie saja yang membuatnya banyak berubah. Mungkin kemurahan hati Riko itu pula yang dulu membuat Novie tertarik menggoda dan memanfaatkannya.[Ini untuk Bagas Mas]Nabila juga tidak mau sok mengembalikan uang Riko. Menurut Nabila itu hak Bagas selama suaminya sedang ingat anak, karena Nabila juga tidak bisa menebak bagaimana nanti Novie bakal kembali meracuni pikiran Riko dan bisa gak ingat anak seperti kemarin."Nabila yuk ikut makan siang, kita ketemuan juga sama Elice," ajak Moy. "Suruh Maya buat handel kerjaanmu dulu."Karena Moy yang lagi jadi bosnya jadi Nabila ikuti saja perintah Moy. Moy mengajak Nabila ke