Share

Dinner

Author: Anandita Z
last update Last Updated: 2023-11-03 09:00:00

“Maaf, saya lama…” ucap Hana sambil kembali duduk di kursinya semula. Sayangnya, di saat yang sama, sebuah pesan masuk ke ponsel Hana.

[Jangan pulang dulu ya… Ada yang mau aku omongin. Nanti aku ke situ lagi.]

Hana sontak membaca pesan dari Adam. Entah bagaimana, pria itu bisa mengetahui nomornya?!

Namun tak lama, Hana kembali meletakkan ponselnya tanpa ada niat untuk membuka pesan tersebut.

Hanya saja, Hana mendapati Christian meliriknya dengan tatapan tidak suka.

“Oke… First of all, saya mau kamu makan dulu. Saya nggak tahu kamu suka makan apa jadi saya belum pesan apapun untuk kamu. Kamu mau pesan apa?” ujar Christian yang kemudian didatangi oleh seorang pelayan.

“Ng… Saya nggak tahu mau makan apa saat ini. Ng… Mungkin sama seperti kamu aja.” jawab Hana yang merasa sangat salah tingkah setiap kali mereka bertemu pandang.

“Oke… Two Roasted Duck with Lentil Salad.” ucap Christian pada pria muda tersebut.

“Masih ada lagi tambahannya, pak?”

“Tidak ada. Terima kasih.” jawab Christian dengan datar dan tatapan yang terus mengamati Hana saat ini.

Setelah memesan makanan, pria itu kembali berkata, “Kita akan bicarakan soal perjanjian kerjasama kita setelah makan malam. Apa kamu ada janji lainnya malam ini?”

“Ah? Saya?” tanya Hana dengan polosnya. Jujur, ia merasa sangat gugup dan seperti sedang berada di dunia lain.

“Apa kamu tuli?” ucap Christian balik bertanya.

“Saya? Saya nggak tuli. Emang kenapa?” tanya Hana dengan heran.

“Lupakan saja… Umur kamu berapa?”

“26 tahun… Kurang dua bulan lagi.”

“Jadi kamu baru 25 tahun?” ucap Christian yang nampak mengulum senyuman samar dari bibirnya.

“Oh, iya. Kamu belum jawab pertanyaan saya. Apa kamu ada janji lainnya malam ini?” tanya Christian lagi.

“Nggak ada,” jawab Hana menahan kebingungan.

“Bagus. Saya harap kita punya cukup waktu untuk membicarakan banyak hal,” jawab Christian tepat disaat makanan pesanan mereka datang.

Mendengar itu, Hana hanya bisa mengangguk.

Entah apa yang Christian hendak katakan nanti.

Namun, diputuskannya untuk makan saja dulu.

***

“Ada beberapa hal yang harus saya tanyakan sama kamu dan mungkin ini sedikit pribadi. Kamu nggak keberatan kan?” tanya Christian ketika mereka menikmati hidangan penutup makan malam mereka.

“Boleh. Apa itu?”

“Apa kamu sedang dalam hubungan saat ini? Punya pacar atau teman dekat atau tunangan atau suami mungkin?”

“Nggak ada.”

“Yakin?” tanya Christian memastikan dan bisa melihat jika Hana sudah nampak lebih rileks saat ini.

“Yakin,” jawab Hana dengan sangat yakin sambil menyendokkan Strawberry Panna Cota ke dalam mulutnya dengan santai.

“Apa kamu—?“

“Mr. Smith, bisa nggak kita ngobrolnya di tempat lain aja? Pokoknya syarat apapun, saya setuju. Yuk… Kita ngobrol di tempat lain aja.” sela Hana ketika melirik ponselnya dan membaca pesan Adam yang menanyakan keberadaannya.

Christian menggeleng. “Tapi, saya nggak sedang mood untuk jalan- jalan. Saya juga masih harus tahu banyak soal kamu dulu.”

“Di kamar aja… Soalnya… Saya sakit perut. Iya… Sakit perut. Please…” ucap Hana dengan tatapan penuh harap dan memegangi perutnya.

“Kamu yakin?” tanya Christian dengan heran karena wanita yang tadinya terlihat pendiam dan anggun tersebut kini berubah drastis.

“Kamu sakit? Kamu baik- baik aja?”

“Mr. Smith… Tolong kita pergi ke tempat lain saja dulu. Please…”

“Oke… Kita… Ke kamar saya saja dulu,” ucap Christian akhirnya.

Christian kemudian berjalan dan mencoba membantu Hana yang mengatakan sedang sakit perut meski sebenarnya ia sendiri tidak begitu yakin pada wanita berambut panjang tersebut.

“Awas saja kalau wanita ini macam- macam. Aku pastikan Tony akan kubuat bangkrut malam ini juga!” batin Christian sambil memapah Hana pada bagian pundaknya.

“Maaf…” ucap Hana ketika tanpa sengaja menyentuh lengan pria tersebut karena hampir terjatuh saking gugupnya.

“Bussseettt… Wangi bener nih orang. Bau parfum refill Yana kalah telak.” batin Hana sambil membandingkan aroma wangi parfum milik salah satu rekan kerjanya yang ia semprotkan tadi pada pakaiannya.

“Kamu nggak bayar dulu?” tanya Hana yang heran karena Christian melengos keluar dari restoran hotel mewah tersebut tanpa mengatakan apapun pada pelayan ataupun kasir yang ada disana.

“Kenapa? Kamu mau membayarnya?” tanya Christian dengan sinis dan kini mereka sudah berada di luar restoran tersebut dan berjalan menuju lift yang tak jauh dari mereka saat ini.

“Ng… Mr. Smith, saya… Saya minta maaf ya…” ucap Hana lalu langsung mendaratkan satu kecupan singkat di pipi Christian dan langsung merangkul lengan kokoh tersebut.

“Tolong… Jangan marah dulu… Marahnya sebentar saja… Please….” gumam Hana sambil menunduk disamping tubuh Christian.

Christian lalu menoleh ke sekitarnya dan menemukan sosok seorang pria yang kini sudah berbalik membelakangi mereka dengan kedua tangan yang nampak dikepal erat.

“Jangan pernah gunakan saya untuk kepentingan pribadi kamu!” ucap Christian dengan melepaskan rangkulan tangan Hana dengan nada suara yang dingin dan tegas.

Christian kemudian memasuki lift yang sudah terbuka tersebut dan tanpa mengucapkan sepatah kata apapun bahkan untuk mengajak Hana ikut masuk ke dalam dan ikut bersamanya seperti tujuan awal mereka.

Hana hanya bisa terus menunduk menyesali sikapnya yang tentu tidak sopan untuk orang yang nampak serius seperti Christian, terlebih lagi ini adalah pertemuan pertama mereka. Dan hingga pintu tersebut perlahan mulai tertutup dengan Christian yang nampak menatap ponselnya dengan serius.

Hana sendiri hanya bisa merutuki kebodohannya yang membuat dirinya terjebak.

“Maafin Hana ya, nek… Nanti Hana cari cara lainnya biar bisa dapat duit dengan cepat,” batin Hana yang kini hanya bisa mendengar suara pintu lift yang sudah tertutup dengan sempurna tersebut.

“Kamu mau tinggal disitu terus atau mau ikut?” tanya Christian saat pintu lift tersebut dengan cepat ia buka karena menyadari Hana tidak ikut bersamanya.

“Hah? I- Iya… Saya ikut…” jawab Hana yang kini merasa bahagia. Entah sadar atau tidak, tadi ia sempat merasa kecewa karena mengira Christian telah berubah fikiran karena sikapnya tadi.

“Lantai berapa?” tanya Hana yang berdiri di samping panel lift tersebut.

“Ini…” ucap Christian sambil mengeluarkan sebuah kartu magnetik yang kemudian langsung ia tempelkan pada panel yang berada tepat di samping Hana untuk bisa membawa mereka ke lantai kamar miliknya.

Kedua mata Hana terus memperhatikan layar kecil yang memperlihatkan lantai yang sedang mereka lewati dan hingga sudah mencapai lantai 10 namun nyatanya mereka belum juga berhenti.

“Ayo…” ucap Christian yang membuat Hana terkejut dan langsung mengikutinya tanpa memperhatikan lagi mereka ada di lantai berapa saat ini.

“Siapa dia?” tanya Christian sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku jas mahal yang ia kenakan saat ini.

Hana terperanjat. “Siapa? Yang tadi? Oh… Itu…" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Asisten Tama

    “Sayang, kamu dimana?” tanya Christian pada Hana sambil membuka laptop milikku. Kami sedang dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan.“Aku udah di jalan, sayang. Mau ke kantor teman yang aku ceritain. Doain aku diterima ya…”“Maaf ya, aku nggak bisa anterin. Tadi di kantor lagi banyak tamu. Aku nggak sempat pulang.” “Nggak apa- apa. Kamu udah makan?”“Belum, sayang… Nanti aja. Tanggung.” “Aku juga belum… Tadi aku takut telat jadinya buru- buru,” jawab Hana terdengar sendu.“Kok gitu sih… Ya udah… Kalau misalnya nanti waktunya dapat, aku jemput kamu makan siang ya… Semoga kamu bisa lowong,”“Gimana sih, sayang… Masa iya aku hari pertama kerja, belum tentu keterima juga, aku langsung ijin makan siang di jam yang udah lewat makan siang. Lagian aku tadi beli onigiri kok di supermarket,” jelas Hana.“Mana kenyang sih makan gituan… Ya udah, nanti aku lihat kalau misalnya sempat, aku semperin kamu.”“Jauh, Chris…”Tok TokChristian langsung menoleh pada arah datangnya suara yang langsung

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Past Lives

    Christian POVAku duduk di kursi kerjaku sambil memandang pemandangan ibukota yang jalanannya seolah tak pernah sepi. Kesibukan bahkan membuat mereka jarang berada di rumah. Sama sepertiku sebelum menikah dengan Hana. Semuanya begitu membosankan dan aku tidak pernah betah tinggal di rumah besar keluargaku ataupun sendirian di dalam apartemen milikku. Sepi, monoton, membosankan dan hanya aku isi dengan pekerjaan dan berkencan sesekali. Kekasih? Aku tidak punya dan tidak tertarik. Mereka akan meminta banyak waktuku dan aku belum menemukan wanita yang membuatku rela meninggalkan pekerjaanku hanya untuk menngobrol dengannya.Aku memang cukup mapan. Perusahaan, aset dan harta milik mendiang kedua orang tuaku yang mereka wariskan kepadaku sebagai satu- satunya anak kandung mereka. Tentu Max tidak terhitung karena dia adalah anak papa bersama tante Brenda, yang tidak lain adalah sekertarisnya sendiri. Dengan kata lain, papa dan tante Brenda mengkhianati mama. Tapi jujur, tanpa kehadiran tant

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Tante Brenda

    Hana POVAku mendekati Christian yang nampak sedang santai sambil membuka ponsel yang sejak kemarin tidak ia sentuh tersebut. Satu tangannya kemudian menarikku untuk merebahkan kepalaku di atas pahanya dan membelai lembut rambut panjangku.“Kamu kenapa belum tidur?” tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sedikit terlihat serius.“Dikit lagi, sayang. Aku lagi periksa beberapa pesan dari Maya dulu,” jawabnya lalu mendaratkan satu kecupan manis di keningku.“Lapar nggak?” tanyaku.“Nggak juga sih… Emangnya kamu lapar? Mau makan apa?” ucapnya balik bertanya lalu menatapku dengan senyuman lembutnya. Entah mengapa di awal pertemuan kami, ia selalu memasang wajah tegang, masam dan dingin sedangkan sebenarnya ia bisa semanis dan selembut ini.“Aku mau masak mie instant. Kamu mau?” tawarku.“Mie instant? Nggak mau yang lain? Gimana kalau pesan aja, sayang? Mie instant kan nggak bagus,”“Tapi aku pengennya itu aja, Chris… Sekali ini aja. Sejak kamu datang, aku nggak pernah makan itu lagi. Bole

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Grateful

    Hana POVAku hanya bisa tersenyum melihat Christian dengan bangganya menyalakan kipas angin setelah kami menikmati makan malam sederhana kami. Setelah tadi siang ia terpaksa menghabiskan nasi dan lauk khas warteg kampung karena sudah terlalu kelaparan, akhirnya malam ini ia meminta dengan sopan untuk dibuatkan sepiring nasi goreng buatanku seperti biasanya. Meski awal penyesuaian kami hidup bersama dulu ia sering protes karena terlalu sering mengkonsumsi nasi, namun kini ia mulai terbiasa dengan pola makanku. “Gimana, enak kan kalau pakai kipas angin?” tanyanya sambil duduk di sampingku dengan kedua lengan yang ia bentangkan di sandaran kursi.“Iya… Enak,” jawabku dengan tersenyum.“Emang kenapa nggak mau pakai AC aja? Kan enak lebih sejuk,” “AC nya mau di tempelin kemana, Chris? Yang ada malah roboh semua dinding rumah ini,” candaku. Namun itu mengandung kebenaran. Lagipula, siapa yang membutuhkan AC dan kipas angin saat tinggal di desa sesejuk ini?“Itu kamu lagi baca apaan?” tany

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Renovasi

    Hana POV“Jadi dia yang kamu maksud dari kampung sebelah?” tanya Christian yang membuatku heran. Ia nampak menyetir dengan perlahan namun namun sedikit terlihat serius. Sejak menurunkan Lisa di rumah pamannya, ia memang tidak seperti biasanya.“Kampung sebelah? Maksudnya?” ucapku balik bertanya karena tidak paham akan apa yang ia tanyakan.“Tadi kan kamu bilang nggak nyangka akan punya suami aku. Tadinya impian kamu hanya sebatas orang kampung sebelah udah paling bagus banget… Jadi maksud kamu si Wara wiri itu…” jawabnya yang lebih terdengar seperti sedang meledekku.“Wira, Chris… Namanya Abang Wira,” imbuhku yang membuatnya mendelik kesal.“Kemarin panggil orang dengan sebutan Mas, sekarang Abang. Dan kamu malah panggil aku Christian atau Mr Smith. Aneh banget…” protes Christian yang membuatku mengulum senyuman.“Ya kan tapi kalau kamu aku manggilnya sayang. Dan itu panggilan yang nggak aku kasih ke orang lain. Kalau kamu mau aku panggil kamu mas, abang, aa, bli, daeng, uda, atau apa

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Keliling Kampung

    Kedua mata Christian nampak terbelalak ketika ia baru saja membuka pintu kayu ruangan yang Hana sebut kamar mandi tersebut. Bukan karena apa, melainkan semua yang ia dapati dalam ruangan kecil berbatu tersebut sungguh jauh dari batas titik paham kesederhanaannya.“Chris… Air panasnya bel—“ ucap Hana yang malah terkejut karena pria tinggi yang terlihat sedikit membungkuk tersebut malah hanya berdiri di depan kamar mandi dengan kedua tangan yang memegangi sisi kiri kanan jalan masuknya.“Kenapa?” tanya Hana dengan heran.“Sayang, no offense… Tapi… Apa… Nggak ada kamar mandi lainnya?” tanya Christian dengan menoleh pada Hana yang kini berdiri tepat di samping kanannya dan ikut menengok ke dalam kamar mandi.“Kenapa emangnya?”“Sayang, aku… Aku nggak pernah melihat tipe kamar mandi seperti ini. Maksud aku… Apa nggak ada toilet yang lain? Aku nggak tahu harus gimana pakainya,” jawab Christian dengan polosnya dan membuat Hana tertawa dalam hati. “Oh… Itu… Gini deh cara pakainya kamu buka c

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status