Share

Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith
Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith
Author: Anandita Z

First Meet

Dengan riasan tipis di wajah, Hana berjalan menuju restoran hotel tempat pertemuan pertamanya dengan sang calon sugar daddy.

Sejujurnya, Hana ragu akan keputusannya ini, tapi dia terpaksa dan terdesak oleh keadaan. 

Namun, temannya meyakinkan Hana bahwa menjadi Sugar Baby dari seorang pria asing tentu lebih mudah karena mereka tidak selalu ada di negara ini.

Jadi, mereka tak akan minta dilayani meski semua kebutuhannya tentu tetap terpenuhi selama mereka masih tetap berhubungan jarak jauh. 

“Hana?” sapa seorang pria tampan, “Apa kabar? Kamu sendirian?” 

Hana sontak tersentak kala mendadak bertemu dengan mantan kekasihnya.

“Iya. Aku ada janji sama teman,” jawab Hana setelah berhasil menguasai diri.

Tidak mungkin ia mengatakan jika ia sedang menunggu Sugar Daddy yang akan menyewanya pada sang mantan kekasih, kan?

“Ekhem..." deham Adam tiba-tiba, “Han, kamu tahu kalau pertunangan itu bukan keinginan aku. Kamu tahu kalau aku terpaksa dan—-“

“Kamu nggak terpaksa kan saat menghamili dia? Udahlah… Nggak usah di bahas. Lagian itu udah beberapa bulan yang lalu,” potong Hana cepat.

“Aku selalu nyariin kamu. Kamu pindah kost, pindah kerja, dan DM aku di sosmed malah kamu blokir semua. Aku hanya mau jelasin—-“

“Dam, kita salah tempat. Bukan di restoran disini. Tapi lantai atasnya lagi.”

Kali ini, salah seorang rekan Adam yang baru menghampiri mereka, berbicara.

Mantan kekasih Hana itu sontak mengangguk.

Namun, sebelum benar-benar pergi, Adam kembali berbalik pada Hana. “Han, aku boleh minta nomor telepon kamu nggak? Ada yang mau aku jelasin sama kamu,” ucapnya penuh harap.

Hana menghela napas. “Nanti aja ya, Dam… Kamu pergi aja dulu. Aku juga lagi nungguin seseorang. Aku ke toilet dulu,” ucap Hana lalu pamit pada Adam dan meninggalkannya dengan mempercepat langkahnya.

Tak pernah ia sangka ia akan bertemu lagi dengan pria yang telah menjalin hubungan dengannya selama 3 tahun dan berakhir dengan datangnya seorang wanita ke kafe tempat ia bekerja sambil membawa foto- foto kebersamaannya dengan Adam saat tidur bersama.

Setelah mencuci tangannya dan meyakinkan diri jika tidak ada lagi perasaan yang tersisa untuk pria yang mengkhianatinya tersebut, Hana kemudian membulatkan tekadnya untuk membatalkan pertemuannya dengan Mr. Smith malam ini karena moodnya yang terlanjur rusak dan keraguannya semakin besar.

Hana lalu keluar dari toilet tersebut dan berjalan cepat ke arah mejanya tadi untuk mengambil tas miliknya. Ia tahu Dita pasti akan marah namun ia juga pasti akan mengerti dengan ketakutannya.

Tring!

Ponsel milik Hana berdering dan ternyata itu adalah panggilan dari nomor yang tak ia kenal dan terpaksa mengangkatnya karena takut jika itu adalah salah satu dari panggilan kerja yang ia tunggu selama ini.

“Halo…” jawab Hana yang kembali duduk di tempatnya semula.

“Halo, Han. Ini aku," jawab si penelepon yang tentu saja Hana kenali sebagai pria yang dulu selalu menemaninya lewat sambungan telepon hingga ia tertidur.

“Jangan dimatikan ya… Maaf tadi aku terpaksa buka hape kamu di atas meja dan telepon ke nomor aku. Aku hanya mau dengar suara kamu.” ucap Adam tepat saat Hana menoleh ke arah pintu masuk dimana ada beberapa orang yang memasuki restoran tersebut.

Salah satunya adalah sosok seorang pria gagah dan tinggi dengan rahang tegasnya sedang berbicara dengan pria resepsionis tadi.

“Maaf sudah bikin kamu menunggu lama…” ucapnya dengan sopan meski wajahnya terlihat datar saja.

Deg!

“Saya?” tanya Hana heran sambil menoleh ke sekitarnya karena mungkin saja pria tersebut salah mengenali orang.

“Kamu Raihana kan?” tanya pria blasteran dengan mata dan rambut coklat gelap tersebut. Hana yakin pria tersebut memiliki darah latin dalam dirinya meski ia terdengar fasih dalam berbicara bahasa yang sama dengannya.

“I-Iya… Saya Hana… Kamu…?”

“Saya Christian Smith. Nice to see you…” jawabnya dengan senyuman samar.

Hana terperanjat. Dia tak pernah menyangka bahwa Mr. Simth begitu tampan dan gagah.

Pasalnya, ia membayangkan Mr. Smith yang akan menjadi Sugar Daddynya adalah pria peruh baya bertubuh gemuk dan berambut putih ataupun berkepala botak dan tidak jauh beda dengan Mr. Davidson, atasannya!

“A--Anda Mr. Smith?” tanya Hana lagi, mencoba memastikan tidak ada kesalah pahaman diantara mereka.

“Saya tidak mengulang ucapan saya dua kali. Tapi kamu kemana?” ucap Christian menatap Hana yang seperti bersiap akan pergi.

“Oh itu… Saya tadi mau ke toilet.” jawab Hana dengan asal.

“Baiklah… Perlu saya antar?” tanya Christian lagi.

“Tidak… Tidak… Nggak perlu. Saya tahu tempatnya. Permisi.” jawab Hana dengan cepat dan langsung berjalan meninggalkan pria yang menatapnya dengan kening berkerut tersebut.


Di dalam toilet, Hana kemudian dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor telepon Dita untuk menceritakan tentang apa yang terjadi saat ini dan ia benar- benar merasa terintimidasi dengan visual pria yang akan menjadi sugar daddynya tersebut. Pria yang ia yakini usianya tidak begitu terpaut jauh dari usianya.

“Apa lagi, Rihana???” jawab Dita.

“Dit, loe pernah ketemu sama Mr. Smith ini nggak?”

“Nggak. Emang kenapa?”

“Lihat fotonya, sosmed, atau apa aja gitu?”

“Nggak pernah, Hanaaa… Emang kenapa sih? Orangnya jelek? Tua banget? Loe nggak suka?” tanya Dita dengan suara yang sebenarnya ingin tertawa. Tentu ia tidak bermaksud ingin mengejek sahabatnya tersebut, namun membayangkan Rihana si gugup saat ini, pasti sedang sangat salah tingkah dan entah memecahkan apa lagi.

“Ya udah… Kalau loe nggak mau, dia juga nggak akan maksa kok. Loe pura- pura minta uang jajan yang banyak aja dan loe pamit pulang. Udah, loe santai aja. Loe bukan lagi sidang skripsi, Han… Santai… Eh tapi… Emang dia sejelek apa sih?”

“Nah itu dia masalahnya, Dit… Dia tuh nggak tua dan nggak jelek sama sekali.” ujar Hana dengan gemas.

“Hah?! Serius loe?!”

“Seribu rius, Pradita….! Dia masih muda, yah palingan 30 tahunan gitu lah…”

“Masa sih? Yah emang sih Tony nggak pernah ngasih tahu kalau dia masih muda atau tua. Gue juga nggak pernah nanya ya karena gue pikir rekan bisnisnya ya paling sepanteran dia juga. Trus trus gimana?”

“Ya gue nggak tahu gimana… Gue gimana dong?” tanya Hana dengan gusar.

“Gini gini… Apa sekarang loe ngerasa takut ama dia? Ada aura- aura jahat atau apa gitu yang loe rasain? Vibes… Vibes nya gimana?”

“Ya gimana ya… Biasa aja sih. Auranya tuh kayak ngintimidasi gue banget. Nggak kelihatan kayak orang jahat juga tapi malah kesannya kayak angkuh aja gitu.” jelas Hana.

“Satu hal yang pengen gue tahu dari loe sekarang ini. Loe masih mau kabur dari sana atau nggak?”

“Ya… Ya gue nggak tahu. Gue takut salah orang.”

“Ini gue lagi ngirim chat dan nanya daddy gue soal si Mr. Smith itu. Tapi, Han… Menurut loe nih, dia cakep nggak? Nggak usahlah gue nanya soal cakep kalau gitu, penampilannya kayak gimana?”

“Well… Dia bersih… Juga tinggi… Juga atletis… Rapih…. Wangi dan… Ganteng…” jelas Hana dengan tersipu.

“Gila ini sih jackpot buat loe…” ujar Dita yang kini baru saja membuka foto yang Tony kirimkan saat bersama Christian.

“Trus gue harus gimana dong?” tanya Hana lagi dengan gelisah.

“Bego banget deh temen gue satu ini…. Sekarang loe rapihin muka sama rambut loe, keluar dari sana, dan matiin telepon ini dan—-“


Tuuuttt…. Tuuuttt…

Sambungan telepon tiba-tiba diputuskan oleh Dita yang kini sedang menggelengkan kepalanya.

“Hana… Hana… Nih anak emang antara lugu, bego, sama terlalu baik!” ucap Dita yang tahu jika Hana pasti akan melakukan apa yang baru saja ia perintahkan.


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status