Home / Romansa / Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket / Bab 3 : Tidak Terima, tapi Harus Menerima

Share

Bab 3 : Tidak Terima, tapi Harus Menerima

Author: Linda Malik
last update Last Updated: 2024-09-22 18:30:39

“Elo? Ngapain lo kesini?” ujar Jonathan yang tampak terkejut dengan kehadiran teman sekelasnya.

Rachel terdiam tak menjawab, bukan karena dia tidak tahu jawaban atas pertanyaan Jonathan padanya, melainkan lidahnya terasa kelu untuk menjelaskan.

Dengan cepat Rachel pun menduga jika Jonathan adalah cucu Anthoni yang dimaksud Jacob kemarin. Namun bukankah Jacob berkata jika cucu Anthoni adalah pemuda baik? Hal ini sungguh bertolak belakang dengan kenyataan yang dia tahu.

Mungkin Jacob belum tahu bagaimana perilaku Jonathan selama di sekolah. Sang pembuat onar yang selalu mencari masalah. Andai Rachel tahu jika cucu Anthoni adalah Jonathan, maka Rachel tidak akan menyetujuinya.

Sungguh Rachel ingin menarik kembali ucapannya, dia tidak ingin menerima perjodohan ini. Namun ketika akan membicarakannya pada Jacob, kehadiran seorang pria tua menarik atensi semua orang.

“Selamat sore, maaf sudah membuat kalian menunggu,” sapa Lim, pengacara opa Anthoni. Lalu melangkah dan menyalami semua orang yang tengah berkumpul.

“Baiklah kedua keluarga telah berkumpul, apa kita bisa memulainya sekarang?” ujar Lim yang kini duduk di kursi tengah, di antara keluarga Lesham dan Shaquille.

“Lim, kau sudah bisa memulainya sekarang!” perintah Nicholas pada sang pengacara.

“Baiklah saya akan membacakan surat wasiat dari Tuan Anthoni Lesham.” Lim membuka dokumen yang tersimpan pada tas kotak hitam. Memasukkan kode beberapa digit, hingga akhirnya kotak hitam itu terbuka. Ada beberapa lembar kertas yang nantinya akan dibacakan di depan seluruh anggota keluarga Lesham dan Shaquille.

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Anthoni Lesham, dengan ini menyatakan bahwa seluruh harta benda yang saya miliki selama hidup, akan saya wariskan seluruhnya untuk Jonathan Attaya Lesham, cucu kesayangan saya dari anak saya yang bernama Nicholas Lesham. Berikut syarat yang saya minta. Jonathan harus menikahi anak perempuan dari kerabat saya, Jacob Shaquille,” ucap Lim membacakan kalimat yang tertera pada lembaran kertas pertama.

Jonathan yang merasa namanya disebut, sontak terkejut dengan mata terbelalak.

“Hah? Menikah? Om Lim jangan sembarangan. Mana mungkin Opa memberi syarat seperti itu. Sungguh tidak masuk akal," ucap Jonathan gusar.

Mendengar ucapan yang terlontar di mulut Jonathan, mengundang reaksi Rachel yang sama-sama tidak setuju dengan isi surat wasiat tersebut.

“Maaf tuan Jo, ini sudah sesuai dengan isi wasiat tuan Anthoni. Dan di sini juga tertulis, bahwa jika selama setahun ini tuan Jo belum menikahi putri dari tuan Jacob Shaquille maka tuan Anthoni akan mencabut hak warisan untuk tuan Jo. Dan menyumbangkan sepenuhnya bagian tuan Jo pada sebuah yayasan,” ucap Lim sembari memandang pada Jonathan dari balik kacamata kotaknya.

“Pi, apa ini artinya jodohku sudah diatur sama opa Anthoni?” Kini Jo menatap ke arah Nicholas yang tengah berpikir dan mendalami isi dari wasiat itu.

Tentu isi wasiat itu menguntungkan dirinya, Jonathan adalah putranya. Selama Jonathan menyelesaikan pendidikan, maka dialah yang memegang kendali atas perusahaan Lesham Corp.

“Tentu, lakukan sesuai isi wasiat itu. Papi sangat mendukung,” jawab Nicholas dengan entengnya, membuat Jonathan geram. Bagaimana mungkin dia tidak bisa menentukan sendiri siapa jodohnya kelak?

“Lalu bagaimana jika Jo menolak perjodohan ini?” ucap Jonathan yang membuat Rachel menoleh ke arahnya.

Bagaimana mungkin ayahnya menjodohkan dengan pemuda biang kerok macam Jonathan? Rachel ingin protes, dia pun tidak setuju dengan perjodohan ini. Jonathan bukanlah tipenya, meskipun mempunyai wajah tampan dan tubuh atletis. Rachel lebih menyukai pemuda alim yang pintar, bukan macam Jonathan, murid yang dua kali tidak naik kelas dan banyak membuat keonaran.

Rachel terus menahan dirinya untuk tidak berkata apapun. Walau bagaimanapun dia menghormati Jacob dan tidak ingin mencoreng nama baik keluarga Shaquille dengan sikapnya yang tidak sopan.

“Sesuai dengan persyaratan tuan Anthoni, maka tuan Jo tidak berhak atas warisan,” jawab Lim dengan wajah tenang.

“Sebaiknya kita mengadakan acara pertunangan untuk anak kita. Bagaimana Jacob apa kau setuju?” bukannya mengerti perasaan putranya, Nicholas berucap seolah tak membutuhkan pendapat Jonathan.

“Saya setuju dan putriku juga sudah menyetujuinya. Tentu pertunangan itu diperlukan untuk mengikat hubungan mereka,” jawaban Jacob membuat Rachel melenguh frustasi.

Seketika dia menyesali tindakannya yang sudah menerima keinginan Jacob, tanpa mengetahui dahulu siapa pemuda yang dijodohkan untuknya.

“Papi serius? Jo harus bertunangan sama cewek seperti ini?” celetuk Jonathan yang masih merasa tidak terima dengan perjodohan ini.

“Tentu Jo. Bukankah kalian sudah saling mengenal? Tentu kalian harus mengikat hubungan terlebih dahulu dengan sebuah pertunangan. Satu tahun lagi setelah kalian lulus, kita akan membuat acara pernikahan untuk kalian. Bagaimana?” ujar Nicholas dengan entengnya. Tentu dia tahu perasaan Jonathan, namun dia tidak peduli. Baginya hak warisan itu harus jatuh ke tangan Jonathan.

“Tapi Pi, Jo tidak menyukai si kutu buku ini?”

“Jo, jaga bicaramu! Kau harus menghargai keberadaan keluarga Shaquille. Pertunangan ini akan tetap terjadi. Apa kau ingin membuat opa Anthoni bersedih?”

Ucapan Nicholas membungkam Jonathan, kini dia hanya bisa menerima. Wajahnya terlihat ditekuk karena merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.

Rachel bisa melihat raut kekecewaan yang tergambar di wajah Jonathan. Dia pun sama kecewanya dengan Jonathan, namun dia sudah terlanjur menyetujui, sehingga Rachel pun harus menerima.

“Bagaimana kalau kita adakan acara pertunangan di hari Sabtu?” saran Nicholas.

“Tentu, semakin cepat semakin baik. Kami setuju!” jawab Jacob sembari mengangguk.

Apa? Hari Sabtu? Itu artinya seminggu lagi dirinya akan bertunangan dengan Jonathan?

Rachel tidak habis pikir dengan takdir yang membuat hidupnya harus berurusan dengan pemuda urakan seperti Jonathan.

Tatapan Rachel mengarah pada Jonathan yang sedari tadi menatapnya penuh dendam. Dia membalas tatapan itu tak kalah sengit. Tatapan penuh permusuhan yang hanya mereka berdua yang tahu.

Hingga acara pertemuan itu usai, baik Jonathan ataupun Rachel tak ada salah satu dari mereka yang saling menyapa.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 226 : Love Sweet Ending

    Turnamen basket pun dilaksanakan. Tim Jonathan sudah melakukan latihan selama satu Minggu penuh. Melatih kekuatan fisik, kecepatan, kelincahan juga koordinasi sesama anggota tim saat di lapangan. Stadion basket sudah dipenuhi oleh para pemain juga para penonton. Jonathan melangkah turun ke lapangan setelah memastikan istrinya duduk di tempat ternyaman. Rachel bisa melihat dari sisi penonton ketika suaminya itu tengah mewakili timnya untuk melakukan coin toss. Menentukan tim siapa yang berhak mendapatkan bola pertama. Rachel memang tak duduk sendirian. Di sampingnya ada Mila yang sekarang sudah resmi menjadi kekasih Rio, mantan ketua kelasnya dulu. Gadis itu tampak terlihat antusias dan tak malu memberikan teriakan dukungan untuk sang kekasih. Sementara Rachel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu. “Chel, ngomong-ngomong lu udah isi belum?” tanya Mila di sela-sela kebisingan suara sport komentator yang mengiringi jalannya pertandingan. Rachel mengedikkan bahu, “

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 225 : Boo!

    Kedua insan kembali mereguk kenikmatan di malam ketiga setelah resmi menjadi pasangan suami istri. Pendirian Rachel tergoyahkan ketika dirinya pun tak kuasa menolak sentuhan Jonathan. Keinginan awal Rachel untuk menolak, kini hanyalah bualan semata. Karena tubuhnya merespon lebih cepat saat merasakan sentuhan intim sang suami di area sensitifnya. Jonathan memasukkan miliknya yang sudah tegak berdiri ke dalam liang surga sang istri, dengan posisi Rachel yang masih berbaring menelungkup. Sensasi yang baru dirasakan oleh Rachel ketika miliknya dimasuki lewat belakang. Bisa dirasakan begitu dalamnya batang Jonathan yang menembus miliknya. Hingga membuat Rachel menjerit, tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang datang bertubi-tubi ketika batang itu keluar masuk seiring dengan pergerakan Jonathan yang begitu kuat dan agresif. “Ahhhhh.. ahhhh..” Desahan Rachel menggema memenuhi seluruh penjuru ruangan. Tak ada lagi rasa perih selain hanya rasa nikmat. “Enak, sayang?” bisik Jonathan di

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 224 : Buket Bunga Mawar Putih

    Mata Rachel terbelalak untuk sesaat. Wajahnya merona malu saat matanya menangkap sesuatu yang bergelantungan di antara paha Jonathan. Suasana menjadi hening. Tak seperti biasanya, Rachel tak lagi berteriak histeris. Hanya memalingkan wajahnya untuk tak melihat tubuh polos sang suami. Jonathan pun tampak santai seperti tak terjadi apapun. Segera menaruh kembali piring ke atas meja makan, dan memungut handuk itu sembari menatap istrinya. Mengulum senyum penuh arti. Sepertinya istri mungilnya itu sudah terbiasa melihat pemandangan itu. Bergegas Jonathan melanjutkan niatnya. Menaruh piring-piring bekas makan ke dapur tanpa berniat mencuci. Biarlah nanti asisten yang membereskan semua. Jonathan kembali mengencangkan lilitan handuk sebelum melangkah keluar dapur. Namun saat langkahnya tiba di depan meja makan, Rachel tak nampak di sana. Pria itu merotasikan pandangan, hingga matanya menangkap sosok Rachel yang tengah melangkah terburu-buru menaiki anak tangga. Seulas senyum tipis muncu

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 223 : Sosok Istri Idaman

    Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Jonathan meraih gagang pintu dan membukanya. Jonathan sudah mendengarkan penjelasan dari salah satu asisten jika istrinya sedang tidur. Sehingga dia berusaha untuk tidak membangunkan tidur Rachel. Melangkah dengan hati-hati menuju sisi ranjang. Posisi tidur Rachel membelakangi pintu kamar, sehingga Jonathan hanya melihat punggung Rachel yang setengahnya tertutup oleh selimut. Beberapa helai rambut terlihat sedikit menutup wajah cantik itu. Tangan Jonathan terulur memindahkan helaian rambut itu ke belakang dengan gerakan sangat hati-hati. Jonathan berniat akan menunggu hingga istrinya itu terbangun dengan sendirinya. Sehingga dia memutuskan untuk membersihkan tubuh sebelum nantinya menjadi terapis pijat sang istri. Selama di kamar mandi, senyum tak luput dari bibir Jonathan. Membayangkan malam-malamnya yang akan dilalui penuh warna. Pikirannya hanya tertuju pada Rachel dan Rachel. Apakah ini yang dirasakan semua pengantin baru? Perasaan cinta ya

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 222 : Terapis Pijat?

    Siang itu, Nicholas meminta putranya untuk datang ke Lesham Corp. Ada satu hal penting yang harus dibahas dengan putranya. Ini mengenai masa depan Jonathan. Ketika langkahnya tiba di gedung bertingkat itu, semua mata tertuju pada lelaki bertubuh jangkung yang menjadi putra tunggal sang pemilik perusahaan. Jonathan melangkah seraya menyapa balik staf kantor yang mengucapkan salam padanya. Memiliki karakter yang berbeda dengan Nicholas yang dingin, putra pewaris tunggal itu memiliki sikap lebih hangat. Sama persis dengan mendiang tuan Anthoni yang begitu ramah. Hadir dengan hanya mengenakan kaos Jersey dan celana pendek, membuat Jonathan menjadi pusat perhatian. Sungguh penampilan Jonathan yang tak menunjukkan layaknya seorang anak dari bos besar. Meskipun tidak terlalu sering mengunjungi perusahan kakeknya, Jonathan masih mengingat letak ruang kerja papi Nicholas. Sehingga saat sekuriti berniat untuk mengantarnya, dengan tegas Jonathan menolak. Kini langkah panjang Jonathan sudah h

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 221 : Rumah Masa Depan

    “Jika kamu perlu vitamin untuk mempercepat kehamilan, mama bisa mengantarkanmu ke dokter, Nak!” ucap Natasya sebelum melepaskan kepergian putri semata wayangnya. Jonathan terlebih dulu berada di sisi mobil, membuka lebar pintu untuk istrinya. “Gak perlu, Ma. Rachel gak memerlukannya!” tegas Rachel dengan muka memerah. Selama sarapan, dirinya terus dibuat diam tak berkutik. Malu menndengar penuturan nenek Maria yang sepertinya sudah mengetahui aktivitas malamnya bersama Jonathan. “Santai saja, Ma. Nanti Jo sendiri yang akan mengantarkan istri Jo ke dokter. Jo pastikan mama dan nenek akan segera mendapatkan cucu dan cicit.” Bukannya meredakan suasana, suaminya itu justru menimpali dengan ucapan yang semakin membuat wajah Rachel memanas karena malu. “Sudahlah, Nat. Kamu tak perlu khawatir. Putrimu sudah berada di tangan orang tepat. Jonathan tahu apa yang terbaik dan pastinya akan menjaga putrimu dengan sangat baik. Bukan begitu, Jo?” timpal nenek Maria seraya mengerlingkan satu ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status