Home / Young Adult / Gadis Incaran Duda Menawan / Pernah Bahagia Bersama

Share

Pernah Bahagia Bersama

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2025-05-29 06:44:18

Daniel duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke luar jendela. Malam sudah larut, dan hanya cahaya lampu jalan yang samar-samar menerobos ke dalam kamarnya. Dalam genggaman tangan kirinya, ia menatap cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Sebuah benda kecil yang seharusnya melambangkan cinta dan kebahagiaan, tapi bagi Daniel, itu hanyalah simbol dari kenyataan pahit yang harus ia terima.

Ia menghela napas panjang, matanya yang lelah masih menatap cincin itu. "Charlotte Wilson, kita ditakdirkan tidak bisa bersama dan harus bermusuhan… " Pikirannya berputar pada wanita yang telah menjadi istrinya, wanita yang ia cintai tapi juga wanita yang terikat dengan seseorang yang paling ia benci di dunia ini—ayahnya.

Daniel mengepalkan tangannya, merasakan cincin itu semakin menekan jarinya. "Walau pada saat itu kau akan membenciku juga tidak apa-apa… "Suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

"Aku tidak membencimu sama sekali, Charlotte… Mata Daniel mulai memanas, tapi ia cepat-cep
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertemuan Daniel dan Elvis

    Setelah pertemuan dengan para anggotanya, Daniel melangkah menuju lantai atas markasnya. Ia berdiri di tepi balkon, memandang bulan yang mulai tertutup awan gelap. Angin malam berhembus pelan, menusuk kulitnya yang dingin. Suasana di sekitarnya sunyi, hanya terdengar suara deru angin dan sesekali suara langkah kaki anak buahnya yang berjaga di bawah.Daniel menyelipkan tangan ke dalam saku jaket kulitnya. Tatapannya kosong, tapi sorot matanya tetap tajam, penuh pemikiran yang sulit ditebak.Dari belakang, suara langkah kaki terdengar mendekat dengan cepat. Seorang wanita berambut panjang, mengenakan pakaian serba hitam, berhenti beberapa langkah di belakangnya."Tuan!" seru Kristy.Daniel tidak menoleh, hanya mengeluarkan gumaman pendek. "Hmm."Kristy melangkah lebih dekat, berdiri di sampingnya. Ia menatap wajah Daniel yang dingin sebelum akhirnya berbicara."Perintahkan saja padaku. Aku akan membunuh Elvis Wilson!" ucap Kristy dengan nada

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Sadar

    Keesokan harinya, Charlotte perlahan membuka matanya. Pandangannya masih buram, dan aroma khas rumah sakit menyeruak ke dalam indra penciumannya. Lampu ruangan yang redup membuatnya merasa sedikit nyaman, tapi saat kesadarannya pulih sepenuhnya, ia segera menyadari bahwa tempat ini asing baginya.Sebelum sempat berpikir lebih jauh, seorang suster yang tengah merapikan peralatan medis di samping ranjangnya terkejut melihatnya sudah terjaga."Nona, Anda sudah sadar!" seru suster itu dengan wajah lega.Charlotte mengerutkan kening, mencoba mengingat bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Ada perasaan lelah yang masih menggerogoti tubuhnya, tapi lebih dari itu, ada kepedihan yang terus bersemayam di hatinya."Ada apa denganku? Kenapa aku masuk rumah sakit?" tanyanya, suaranya serak dan lemah.Suster itu tersenyum lembut, seolah ingin menenangkan Charlotte. "Supir taksi yang membawa Anda ke sini. Anda pingsan karena kelelahan," jelasnya.Charlot

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pernah Bahagia Bersama

    Daniel duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke luar jendela. Malam sudah larut, dan hanya cahaya lampu jalan yang samar-samar menerobos ke dalam kamarnya. Dalam genggaman tangan kirinya, ia menatap cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Sebuah benda kecil yang seharusnya melambangkan cinta dan kebahagiaan, tapi bagi Daniel, itu hanyalah simbol dari kenyataan pahit yang harus ia terima.Ia menghela napas panjang, matanya yang lelah masih menatap cincin itu. "Charlotte Wilson, kita ditakdirkan tidak bisa bersama dan harus bermusuhan… " Pikirannya berputar pada wanita yang telah menjadi istrinya, wanita yang ia cintai tapi juga wanita yang terikat dengan seseorang yang paling ia benci di dunia ini—ayahnya.Daniel mengepalkan tangannya, merasakan cincin itu semakin menekan jarinya. "Walau pada saat itu kau akan membenciku juga tidak apa-apa… "Suaranya bergetar, nyaris tak terdengar. "Aku tidak membencimu sama sekali, Charlotte… Mata Daniel mulai memanas, tapi ia cepat-cep

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Tidak Sadarkan Diri

    Charlotte berdiri di ambang pintu dengan tubuh bergetar, bukan karena ketakutan, tetapi karena amarah yang membakar setiap inci dirinya. Matanya memerah, dan air mata yang ia tahan akhirnya jatuh tanpa bisa dikendalikan. Ia tak lagi peduli jika terlihat lemah—saat ini, ia hanya ingin melampiaskan semua rasa sakitnya."Tuan, mungkin istri Anda akan datang. Lebih baik kita hentikan dulu," ucap wanita itu dengan suara menggoda, meski ada sedikit kegelisahan dalam nadanya.Daniel tertawa kecil, sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Ia mengusap wajah wanita itu dengan penuh gairah sebelum menjawab, "Kristy, biarkan saja. Jangan sampai dia merusak kesenangan kita. Tubuhmu sangat seksi dari atas hingga bawah, dan selain membuatku puas, mulai saat ini aku tidak membutuhkan siapa pun, termasuk Charlotte. Aku hanya membutuhkanmu. Tetap rawat tubuhmu dan buat aku bahagia."Kata-kata itu bagai pisau yang menusuk jantung Charlotte tanpa belas kasihan. Tangannya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Semakin Terluka

    "Kita tidak serasi sama sekali. Kalau bersama juga tidak akan bahagia. Daripada dipaksa lebih baik diakhiri saja," ucap Daniel dengan suara dingin dan tak berperasaan.Charlotte menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Sakit. Kata-kata itu menusuknya tanpa ampun. Dua bulan yang ia habiskan sebagai istri pria itu ternyata tidak berarti apa-apa baginya. Hanya omong kosong."Baru dua bulan menikah, kau sudah bisa melontarkan ucapan seperti itu?" Suaranya bergetar. "Daniel Harris, aku tidak menyangka kau adalah manusia paling kejam dan tidak berperasaan."Daniel tersenyum miring, seolah menikmati rasa sakit yang ia berikan. "Iya, aku adalah pria yang tidak berperasaan," katanya tanpa sedikit pun penyesalan. "Jadi jangan serius dan percaya semua ucapanku. Aku bisa memberi janji apa saja di saat aku ingin memiliki seorang gadis. Setelah itu, aku akan bosan dan ingin meninggalkannya. Itulah sikapku yang sebenarnya."Charlotte terkekeh sinis. Tawanya dipenuhi kepedihan. Air mata yang sejak

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Membencimu

    "Bos, apakah Anda tidak ingin memberitahu kakak ipar yang sebenarnya?" tanya Levis dengan ragu. Daniel menghela napas panjang, jemarinya mengetuk ringan permukaan meja. "Dia akan tahu suatu saat nanti," jawabnya dengan suara pelan, tetapi penuh kepastian. "Namun, pada saat itu, semuanya sudah berubah."Levis menatap Daniel dengan hati-hati. "Lalu, apa rencana kita selanjutnya?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan ke hal yang lebih penting.Daniel menegakkan tubuhnya, sorot matanya kembali tajam seperti biasanya. "Selidiki di mana markas mereka," perintahnya dengan suara dingin. "Aku harus membubarkan organisasi mereka."Levis mengangguk mantap. "Baik, Bos," jawabnya tanpa ragu.Daniel meraih gelasnya dan meneguk isinya dalam satu tegukan sebelum berkata, "Pergilah! Aku ingin sendirian!"Tanpa banyak bicara, Levis segera beranjak dari sana, meninggalkan bosnya yang masih tenggelam dalam pikirannya. Namun, saat tiba di pintu, ia berhenti sejenak dan menoleh ke arah Daniel.Dalam h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status