Share

Baku Tembak

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 08:00:00

Tidak lama kemudian, sejumlah mobil mendekati markas Elvis. Suara deru mesin dan debu yang mengepul di jalan tanah membuat suasana di sekitar mendadak tegang. Kehadiran mereka tidak luput dari perhatian Charlotte, yang tengah duduk menunggu di warung sepi di tepi jalan yang tidak begitu jauh dari markas ayahnya.

Dahi Charlotte berkerut saat melihat iring-iringan kendaraan itu. Matanya menatap tajam ke arah mobil-mobil yang melaju cepat.

"Apakah itu Daniel?" gumam Charlotte dengan suara gemetar. Ia bangkit dari kursi usangnya dan berdiri sambil memandangi mobil-mobil yang semakin mendekat ke markas.

Beberapa detik kemudian, mobil-mobil itu berhenti mendadak di depan gerbang. Daniel turun lebih dulu, disusul seluruh anak buahnya. Mereka semua keluar dari kendaraan dengan sigap, menggenggam senjata api di tangan masing-masing. Tatapan mereka penuh tekad, seakan tak akan mundur meski maut menanti di depan.

Sementara itu, di dalam markas, Elvis, sang pemimpin

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Tidak Sadarkan Diri

    "Aku... kembali... untuk menebus... hutangku padamu..." suara Charlotte mulai melemah, nafasnya terputus-putus. Wajahnya pucat, matanya mulai buram. "Ibumu... meninggal... karena aku... bukan... papaku..." lanjutnya sebelum akhirnya kepalanya terkulai, tak sadarkan diri dalam pelukan Elvis."Lolipop... Lolipop!" jerit Elvis panik, mengguncang tubuh putrinya yang sudah lemas. "Bangun, Lolipop! Jangan tinggalkan Papa…!"Daniel berdiri membeku, air matanya mengalir tanpa mampu ia cegah. Ia menatap sosok wanita yang pernah ia cintai, kini bersimbah darah di pelukan pria yang dulu ia anggap musuh.Dengan suara serak, ia bertanya, "Beritahu aku… apa maksud Charlotte tadi?"Elvis menatap Daniel dengan wajah kusut penuh penyesalan. Ia menggeleng pelan, suaranya berat saat menjawab, "Kalau aku tahu begini jadinya… seharusnya aku lebih berhati-hati...""Apakah ada sesuatu yang aku tidak tahu?" tanya Daniel, suaranya bergetar antara amarah, kebingungan, dan kesedihan yang menggerogoti pikirannya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Ditembak Daniel

    Beberapa saat kemudian, anak buah Elvis berjatuhan tak berdaya. Suara tembakan menggema di udara, meninggalkan jejak darah dan erangan sakit yang memekakkan telinga. Beberapa di antara mereka tewas seketika, sementara yang lain tergeletak dengan luka parah, menggeliat menahan rasa sakit yang luar biasa.Elvis berdiri di tengah kekacauan itu, tubuhnya gemetar melihat kondisi anak buahnya yang begitu mengenaskan. Matanya memerah, bukan karena rasa takut, melainkan karena perasaan bersalah yang mendalam. Ia tidak pernah ingin pertumpahan darah ini terjadi. Nafasnya memburu, tubuhnya tegang menahan emosi.Dengan langkah berat, Elvis maju ke depan. Tangannya terangkat ke udara sebagai tanda menyerah."Daniel, bunuh saja aku... mereka tidak tahu apa-apa sama sekali," ucap Elvis lirih, suaranya parau oleh emosi. Ia berdiri di antara tubuh-tubuh yang terkapar, menjadi tameng hidup bagi mereka yang tersisa.Daniel melangkah maju perlahan, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. Pistolnya terarah t

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Baku Tembak

    Tidak lama kemudian, sejumlah mobil mendekati markas Elvis. Suara deru mesin dan debu yang mengepul di jalan tanah membuat suasana di sekitar mendadak tegang. Kehadiran mereka tidak luput dari perhatian Charlotte, yang tengah duduk menunggu di warung sepi di tepi jalan yang tidak begitu jauh dari markas ayahnya.Dahi Charlotte berkerut saat melihat iring-iringan kendaraan itu. Matanya menatap tajam ke arah mobil-mobil yang melaju cepat."Apakah itu Daniel?" gumam Charlotte dengan suara gemetar. Ia bangkit dari kursi usangnya dan berdiri sambil memandangi mobil-mobil yang semakin mendekat ke markas.Beberapa detik kemudian, mobil-mobil itu berhenti mendadak di depan gerbang. Daniel turun lebih dulu, disusul seluruh anak buahnya. Mereka semua keluar dari kendaraan dengan sigap, menggenggam senjata api di tangan masing-masing. Tatapan mereka penuh tekad, seakan tak akan mundur meski maut menanti di depan.Sementara itu, di dalam markas, Elvis, sang pemimpin

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Gelisah

    "Bos, kami akan menemani Anda bertarung sampai akhir," ucap mereka serentak, suara mereka bulat dan penuh keyakinan. Mata mereka bersinar dengan semangat yang sama—semangat untuk bertempur, untuk setia, untuk mati bersama jika perlu.Daniel menatap satu per satu wajah anak buahnya. Di balik ekspresi tegas mereka, ia melihat ketulusan dan keberanian yang telah teruji oleh waktu dan darah."Markas musuh memiliki banyak anggota," katanya dengan nada serius, suaranya dalam dan mantap. "Apakah kalian sudah siap? Mungkin saja kita bisa kembali... atau sama sekali tidak berpeluang keluar hidup-hidup."Keheningan sejenak menyelimuti ruangan. Namun hanya sekejap."Bos, kami tidak takut mati," jawab mereka, lagi-lagi serentak. Kali ini suara mereka terdengar lebih mantap, nyaris seperti sumpah. "Jadi kami akan tetap tinggal dan membantu mengalahkan lawan."Daniel menghela napas panjang, seakan menimbang sesuatu yang telah lama ia pikirkan. Pandangannya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Siap Menyerang

    Charlotte duduk di atas pasir putih yang hangat, membiarkan angin laut menyibak rambutnya yang panjang. Suara debur ombak menjadi latar sunyi bagi lamunannya yang dalam. Matanya menerawang ke cakrawala, namun hatinya tertuju pada masa lalu—pada sosok ayah dan nenek yang membesarkannya dengan kasih yang tak pernah berkurang. Juga pada Daniel, pria yang datang membawa cinta sekaligus luka."Pa, Nenek," ucap Charlotte lirih, nyaris tak terdengar oleh angin. "Sejak kecil, kalian memberiku yang terbaik. Aku sangat bahagia memiliki kasih sayang yang kalian berikan."Air matanya mulai mengalir, tapi ia tetap menatap laut dengan pandangan yang kosong."Tapi sekarang... aku mulai mengerti. Aku mengerti rasa bersalah yang papa simpan selama ini," lanjutnya, suara gemetar karena emosi yang tak terbendung. "Sementara di luar sana, ada seorang anak yang kehilangan ibunya. Yang tumbuh tanpa kasih dari kedua orang tuanya karena mereka pergi terlalu cepat. Kebahagiaannya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Tidak Pergi

    "Karena aku? Papa menyelamatkanku dan salah menembak… hingga menyebabkan Daniel kehilangan ibunya?" batin Charlotte. Tubuhnya menegang, matanya membulat tak percaya. Dunia seolah runtuh di hadapannya. Kakinya terasa lemas, namun ia memaksa diri untuk menjauh dari tempat itu, dari markas yang kini terasa seperti tempat paling menyakitkan di dunia.Langkahnya gontai saat ia meninggalkan markas, terpukul oleh kenyataan yang baru saja terungkap. Dadanya sesak, setiap tarikan napas terasa menyakitkan."Karena aku… Daniel kehilangan kasih sayang ibunya. Ternyata karena aku... Andai saja saat itu aku yang mati, maka ibu Daniel tidak akan menjadi korban. Akulah yang seharusnya mati," ucap Charlotte lirih, penuh penyesalan, sambil menyeka air matanya yang terus mengalir tanpa henti.Pikirannya kembali melayang pada sosok Daniel—mantan suaminya yang dulu begitu hangat, penuh perhatian, dan sangat menyayanginya. Tapi semua berubah. Daniel bukan lagi pria yang dulu ia kenal."Daniel… apa karena k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status