Share

Bab 8

Author: Mama Nau
last update Last Updated: 2025-04-16 00:56:46

Beberapa tahun pun berlalu…

Putri Elaria kini telah berusia sembilan tahun. Ia tumbuh menjadi gadis kecil yang anggun dan bijaksana, dengan aura yang menenangkan siapa pun di sekitarnya. Di bawah bimbingan guru spiritual kerajaan, Elaria mulai memahami bahwa kekuatan penyembuhannya bukan berasal dari dunia biasa. Ia belajar mengendalikan aliran energi penyembuhan, memahami perasaan makhluk hidup di sekitarnya, bahkan membaca bisikan alam. Banyak bangsawan mulai mendengar keajaiban sang putri dan datang dari berbagai kerajaan untuk melihatnya secara langsung.

Namun Elaria tidak sombong. Ia tetap sering bermain di taman, berbicara dengan bunga-bunga, membantu pelayan, dan mengunjungi kandang kudanya yang kini sudah dinamai Kai. Kai kini menjadi sahabatnya, dan hanya mau ditunggangi oleh Elaria.

"Kai ayo kita pergi ke hutan!" ajak Putri Elaria.

"Mau apa kita ke hutan Putri? Disana tidak enak, lebih baik kita tidur saja!" balas Kai si kuda hitam.

"Dasar pemalas, ayo cepetan Kai! nanti aku akan memberikanmu susu!" bujuk Putri Elaria, kudanya ini sangatlah pemalas, dia lebih senang istirahat di istalnya daripada berlarian di luar, sehingga putri Elaria suka membujuknya menggunakan susu kesukaannya agar mau menurutinya.

"Kau bohong! waktu itu pernah berjanji mau memberikanku susu tapi malah dikasih air teh!" sahut Kai memutar bola matanya malas. Dia masih berbaring di lantai yang di berikan karpet sesuai permintaannya, Kai tidak seperti kuda yang lainnya, dia berbeda jika disuruh pasti akan selalu protes. Kadang Putri Elaria sering dibuat kesal dan pernah hampir menjualnya karena terlalu sering protes.

"Itu karena di dapur stok susunya habis, jadi hadiahnya aku ganti air teh, lagipula kau kan juga suka air teh, dasar kuda Aneh! Aku baru tahu kalau ada kuda yang suka teh!" Ledek Putri Elaria.

"Sudah ayo cepat kita pergi, temani aku! kalau tidak aku akan menjualmu, pasti kau laku dengan harga tinggi kebetulan aku kekurangan uang!" ancam Putri Elaria menakut-nakuti kuda hitamnya.

"Baiklah, dasar pemaksa, bisanya mengancamku saja!" gerutu Kai yang langsung berdiri.

Dia hanya bisa pasrah saat Arzian memasangkan pelana di tubuhnya. Setelah pelana terpasang, Arzian membawa kuda itu keluar dari istalnya.

"Bagaimana Kak Arzian Kai sudah siapkan?" tanya Putri Elaria saat Arzian membawa kudanya keluar.

"Sudah Tuan Putri, Kai sudah siap dan hamba juga sudah membawa perbekalan untuk anda makan di jalan. Hamba juga membawakan sebotol susu untuk anda minum agar selalu sehat," ucap Arzian sengaja mengeraskan suaranya di bagian susu, agar kuda itu mendengar.

Kai yang mendengar kata susu menjadi sangat semangat, dia meringkik dengan keras seakan tidak sabar untuk berpergian dengan majikannya. Arzian yang melihatnya terkekeh geli. Dia lalu membantu Putri Elaria naik ke atas kuda. meskipun Putri Elaria masih berumur 9 tahun namun sudah berpikiran dewasa. Dia selalu memikirkan kehidupan rakyatnya.

"Tuan Putri, ijinkan hamba ikut ke hutan agar bisa melindungi Tuan putri?"

"Tidak! sudah ada penjaga bayangan yang bertugas melindungiku. Lagipula aku hanya ingin mencari sumber air bukannya akan berperang!Dalam beberapa bulan kerajaan ini akan menghadapi kekeringan, aku belum mengatakannya pada Ayahanda dan Ibunda, karena aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Rahasiakan kepergianku, aku hanya akan pergi sebentar!" ucap Putri Elaria yang sudah mengenakan pakaian pria jika sedang menyamar.

"Baiklah Tuan Putri, tapi cepatlah kembali! hamba tidak bisa menutupi kepergian anda terlalu lama!" ucap Arzian dengan nada khawatir.

"Hmm, baiklah kak! Aku pergi dulu!"

Putri Elaria menghentakkan tali kekang kudanya hingga Kai berlari dengan cepat. Putri Elaria keluar melalui jalur gerbang belakang, dimana pelayan bebas keluar masuk istana untuk berbelanja membeli bahan pokok dan lainnya.

Putri Elaria terpaksa merahasiakan kepergiannya, karena kalau kedua orang tuanya tahu kepergiannya, pasti akan menyuruhnya membawa pasukan pengawal sangat banyak, dan dia tidak suka berpergian membawa banyak orang karena akan menambah bebannya yang harus melindungi mereka. Putri Elaria tidak khawatir ada musuh yang menyerangnya, dengan kemampuannya dia yakin bisa menjaga dirinya sendiri. sejak kecil Putri Elaria selain berlatih mengendalikan kekuatannya dia sangat senang berlatih bela diri dan memanah, ilmu pedangnya juga tidak bisa di anggap remeh.

Setelah memacu kudanya selama satu jam, Putri Elaria dan Kai kini telah sampai di hutan. Menggunakan kemampuannya bisa berbicara dengan tanaman, Putri Elaria menanyakan keberadaan sumber mata air yang tidak akan habis meskipun kemarau panjang pada sebuah pohon besar dan cukup tua. Pohon ini pasti sudah hidup ribuan tahun. Putri Elaria menempelkan telapak tangannya pada batang pohon yang tebal itu. seberkas cahaya keemasan keluar dari tangannya.

"Halo kakek tanaman. aku Putri Elaria, Aku ingin bertanya sesuatu bolehkah?" tanya Putri Elaria dalam hati sambil memejamkan matanya.

"Kau bisa mengerti bahasa kami? baru kali ini sepanjang hidupku berbicara dengan manusia!"

Putri Elaria tersenyum mendengarnya.

"Kakek, aku ingin tahu apakah kau mengetahui letak mata air yang tidak pernah habis saat kemarau panjang?"

"Tentu saja kakek tahu, berjalanlah terus ke depan dan temukan sebuah gua. di dalam gua itu ada kolam mata air yang tidak akan pernah habis walaupun sedang kemarau panjang!"

"ah..Terima kasih atas bantuannya kakek. sebagai hadiah untukmu aku akan memberikan vitalitas tubuh agar kau tetap kuat saat menjalani musim kemarau."

Tangan Putri Elaria semakin mengeluarkan cahaya dan cahaya yang berwarna keemasan itu menyelubungi seluruh batang pohon besar lalu cahaya itu terserap masuk ke dalam pohon besar itu.

Seetelah mendapatkan info dari kakek pohon, Putri Elaria kembali melanjutkan perjalanannya mencari gua yang di sebutkan..

Sementara itu…

Rion kini berusia sembilan tahun. Tubuhnya sudah lebih tinggi dari anak seusianya, dan ketajaman nalurinya makin luar biasa. Ia bisa berburu tanpa suara, merasakan kehadiran binatang dari jarak jauh, dan bahkan mulai mendengar suara pepohonan saat berjalan di hutan.

Goran, ayahnya, akhirnya mengaku suatu malam ketika mereka duduk di depan api unggun.

“Rion... kau bukan anak biasa. Waktu kau masih bayi, tubuhmu sangat lemah, nyaris tak bernyawa. Tapi suatu malam, cahaya turun dari langit dan masuk ke dalam tubuhmu… Sejak saat itu, kau berubah.”

Rion tidak terlalu terkejut. Dalam mimpi-mimpinya, ia sering melihat seorang gadis kecil berpakaian kerajaan, memanggil namanya... "Aeron..."

Suatu malam, saat Rion sedang duduk di dekat sungai yang mengalir deras, seekor burung kecil jatuh dari pohon, sayapnya patah. Saat Rion mendekatinya, tangan kanannya bersinar lembut. Saat menyentuh burung itu, luka di sayapnya perlahan sembuh.

“Aku… sama sepertinya…” ucap Rion dalam hati, memikirkan gadis dalam mimpinya.

Rion sudah mengingat kehidupannya yang pertama, dia berhasil mengingat melalui mimpi-mimpi yang selalu datang padanya.

Rion bertekad akan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi saudaranya yang terpisah. Dia yakin suatu saat nanti akan menemukan saudaranya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 16

    Putri Elaria memejamkan matanya, berusaha berbicara dengan tanaman yang ada di dekat mereka. "Apa kau melihat orang yang membakar sesuatu di sini?" tanya Elaria bertanya pada tanaman semak belukar yang ada di depan tempat pembakaran. "Iya, dia seorang pria yang memakai baju hitam dan wajahnya memakai topeng." Elaria membuka matanya perlahan. Angin seolah ikut menahan napas, menunggu reaksinya. "Topeng?" gumamnya. "Apakah kau tahu ke mana dia pergi setelah itu?" Tanaman semak itu bergoyang pelan, seolah merenung. "Dia membawa sesuatu yang dibungkus kain. Lalu berjalan ke arah timur… ke arah hutan kabut." Jantung Elaria berdetak lebih cepat. Hutan kabut adalah tempat yang tak banyak orang berani masuki. Terkenal karena kabutnya yang bisa membuat orang kehilangan arah dan ingatan. “Terima kasih,” ucap Elaria tulus. Ia berdiri dan memandang ke arah timur, terlihat berpikir. “Hmm, Ku rasa aku akan kesana besok saja, terlalu berbahaya jika pergi saat malam hari begini," gumam

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 15

    Beberapa hari kemudian, Setelah menempuh perjalanan yang berbahaya , mereka akhirnya sampai di kerajaan Nethara. Prajurit utusan kerajaan Nethara kemudian melaporkan kedatangan Putri Elaria dan rombongannya, Raja Veron dan para menteri menyambut kedatangan Putri Elaria dan rombongannya. "Selamat datang Tuan Putri Elaria, maaf kami terpaksa merepotkanmu untuk bersedia datang ke kerajaan ku ini," Raja Veron menyapa Putri Elaria ramah. "Terima kasih Yang Mulia Raja Veron atas sambutannya. Aku harap aku bisa membantu kerajaan ini," ucap putri Elaria membungkuk kan tubuhnya sedikit. "Kalian semua pasti lelah, biarkan pelayan memandu kalian ke kamar untuk beristirahat dulu, saat makan siang nanti baru kita mengobrol kembali," Raja Veron memanggil beberapa pelayan untuk mengantarkan tamu-tamunya ke kamar tamu. Putri Elaria menganggukkan kepalanya setuju, karena dia sendiri memang sedikit lelah dan ingin beristirahat dulu sebelum nanti akan menggunakan kekuatannya. Beberapa jam ke

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 14

    "Kak Leon, ayo makan dulu!" teriak Elaria memanggil Leonhart. Leon akhirnya duduk di samping Putri Elaria, walaupun terlihat canggung. Ia menerima sepotong roti dan secangkir kecil air yang disodorkan gadis kecil itu. "Makanlah kak!" ucap Elaria tersenyum manis. membuat Leon tersipu malu. Putri Elaria terlihat sangat cantik dan menggemaskan menurutnya. "Terima kasih, Tuan Putri," ucap Leon lembut. Putri Elaria mengerucutkan bibirnya sedikit, lalu menggeleng, "Jangan terlalu kaku begitu, panggil aku Elaria saja, Kak Leon, aku merasa jadi tua kalau kau memanggilku Tuan puteri," katanya setengah bercanda. Leon tertawa kecil, tawa yang jarang sekali terdengar. "Baiklah... Elaria," katanya akhirnya, menatap gadis itu dengan tatapan hangat. Mereka makan dalam diam untuk beberapa saat, ditemani suara angin sepoi dan desiran daun-daun. Kai, kuda hitam miliknya yang setia, duduk beristirahat di dekat mereka sambil meminum susu yang di berikan Elaria. Dia memandangi jalanan yang sep

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 13

    Putri Elaria dan rombongannya akhirnya memulai perjalanannya, dia naik di atas punggung Kai memacu kudanya lebih cepat, agar mereka cepat sampai ke ladang. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam akhirnya Putri Elaria telah sampai di ladang. Dia tidak menyangka penduduk Desa ini, pagi-pagi sudah bekerja membersihkan sisa panen dan mencangkul tanahnya kembali agar bisa di tanami lagi. "ah...Tuan Putri kau sudah datang!" ucap kepala desa, menatap gadis kecil di depannya penuh hormat. Putri Elaria turun dari kudanya, begitu juga dengan Xira dan Leonhart yang setia mengikuti di belakangnya. "Kepala Desa, ada apa ini? kenapa pagi-pagi warga desa ramai sekali ada disini?" tanya putri Elaria heran, mendekati kerumunan para warga yang terlihat sedang mencangkul ladangnya. "Ah...Tuan Puteri melihat hasil panen kemarin, semua warga jadi terlalu bersemangat, hingga kami ingin lahan ini bisa segera di tanami lagi," ucap kepala Desa tersenyum malu. Putri Elaria tersenyum, dia senang me

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 12

    Mereka semua sampai di istana saat malam hari, untung saja Elaria membawa bola cahaya dan memberikan sedikit kekuatannya agar bola cahaya itu dapat bersinat terang.. Setibanya di istana, gerbang besar Kerajaan terbuka perlahan, menyambut rombongan kecil yang baru saja kembali dari ladang. Cahaya bola sihir yang dibawa Putri Elaria berpendar lembut, menerangi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pelataran istana. Para penjaga memberi hormat, sementara para pelayan segera datang menyambut dan mengambil alih kereta barang yang penuh dengan hasil panen. Kai berjalan gagah, meskipun masih sempat melirik ke arah keranjang buah, berharap ada apel tersisa. Tapi Elaria sudah memperingatkan dengan tatapan tajam yang membuat Kai langsung menunduk, pura-pura sibuk menjaga sikap sebagai kuda kerajaan yang bermartabat. Di dalam istana, Raja Simon menunggu di ruang singgasana, ditemani sang istri Ratu Aeris dan beberapa penasihat serta jenderal kepercayaannya. Matanya terlihat lelah, namun k

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 11

    Sementara itu, jauh di tanah tandus Nethara, Raja Veron berdiri di balkon tinggi istananya. Matanya menatap cakrawala yang mulai berubah warna menjadi kelabu kehijauan, pertanda bahwa makhluk-makhluk yang menyerang kerajaannya itu semakin mendekat ke pusat kerajaan. Angin malam di Nethara berembus pelan, dari celah-celah pegunungan yang jauh. Raja Veron menghela napas panjang, seakan ingin membuang segala beban yang menggumpal di dadanya. Ia tahu waktunya hampir habis rakyatnya tidak akan bisa bertahan karena mahluk yang datang menyerang kerajaan mereka membuat sumber mata air kering, hewan piaraan mati, tanaman yang mereka tanam mati semua, bahkan penyakit aneh tiba-tiba menyerang hampir semua rakyatnya, membuat para tabib kewalahan. Setelah Putri Elaria selesai menerima tamu kerajaan Nethara, dia bersama Xira meneruskan rencana melihat tanah yang akan di tanaminya untuk mengatasi bahan pangan saat kemarau nanti. Putri Elaria dan Xira menaiki kuda mereka masing-masing di ikuti pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status