Share

Bab 9

Author: Mama Nau
last update Last Updated: 2025-04-17 03:01:59

Putri Elaria telah sampai di sebuah gua yang tertutup tanaman rambat, kalau orang biasa mungkin tidak akan dapat menemukan gua itu, karena tidak terlihat dari luar.

Putri Elaria masuk ke dalam gua, tanpa merusak tanaman rambat itu, dia hanya meminta untuk memberikannya jalan untuk bisa masuk ke dalam gua pada tanaman rambat itu. Tanaman rambat memberikan jalan kecil, hingga dia dan Kai bisa masuk ke dalam gua tersebut.

"Tempat ini gelap sekali, bagaimana ini? bahkan cahaya dari luar tidak bisa menerangi gua ini!" gumam Putri Elaria pelan.

"Kai, kau dapat melihat didalam gua ini?"

"Hmm, aku kuda spesial dapat melihat di kegelapan!" sahutnya bangga.

"Ck, Kalau begitu kamu bantu aku cari kolam mata air di sini!" decak Putri Elara kesal mendengar nada sombong kudanya itu.

"Baiklah tapi jatah susumu untukku!" ucap Kai memberi syarat.

"Huh, dasar kuda rakus! aku saja belum meminumnya sama sekali, tapi baiklah aku dalam suasana hati yang baik sekarang, jadi jatah susuku akan kuberikan untukmu!" dengus Putri Elaria sebal. Kai tertawa senang.

"Putri, naiklah ke atas punggungku!" ucap Kai menurunkan tubuhnya agar Putri Elaria dapat naik ke atas punggungnya.

"Terima kasih Kai!" ucap Putri Elaria setelah berhasil naik ke atas punggung kudanya.

"Hmm, tumben! suasana hatimu sepertinya sedang baik putri! biasanya kau selalu berdebat denganku!"

"Huh dasar kuda jelek! diam saja, kau membuat moodku jadi jelek saja!" Putri Elaria mendengus kesal. bibirnya mengerucut.

Dia diam duduk di atas punggung kudanya memperhatikan sekitarnya yang gelap, matanya belum terbiasa melihat kegelapan, namun setelah agak lama samar-samar dia dapat melihat walaupun tidak jelas. Gua ini ternyata sangat luas, memiliki beberapa jalan bercabang. Setelah memutuskan mengambil jalur sebelah kanan karena banyak tanaman yang tumbuh subur di sepanjang jalannya.

Putri Elaria dan Kai berjalan hampir Setengah jam, barulah mereka dapat mendengar suara air terjun. Putri Elara semakin antusias dia menyuruh Kai berjalan lebih cepat. Kai berhenti di depan sebuah kolam besar dengan air yang sangat jernih, entah kenapa dasar kolamnya bisa terlihat dengan jelas, seperti ada cahaya di dasar kolam.

Putri Elaria mendekati kolam tersebut, lalu turun dari punggung kudanya. Entah kenapa Putri Elaria merasa ingin masuk ke dalam kolam itu. Tangannya masuk ke dalam air, merasakan sensasi dingin di tangannya Putri Elaria tidak jadi masuk ke kolam. Airnya sangat dingin, dia tidak mau mandi air dingin.

"Sayang sekali airnya sangat dingin, aku lebih suka air hangat, sepertinya berendam air hangat bisa menghilangkan lelah di tubuhku," gumam Putri Elaria.

"Jadi ini kolam mata air yang tidak pernah kering! lalu bagaimana cara menyalurkan airnya?ah....aku jadi pusing. aku ini hanya anak kecil dengan otak kecilku, kenapa harus memikirkan semua ini!" keluhnya.

"Kai, apa kau punya ide?" tanya putri Elaria, namun tidak mendapatkan jawaban. Putri Elaria menoleh menatap kudanya yang ternyata sedang bersantai meminum air kolam. Dia mendengus kesal.

"Kau bisa bersantai ya? cepat pikirkan caranya agar air disini bisa mengisi mata air di istana, setelah itu kita pulang!"

"Putri kenapa kau pusing! tadi kau mengatakan ingin mandi air hangat kan? nah sekarang coba kau rasakan air kolam ini menjadi hangat padahal tadi airnya sangat dingin?"

"Benarkah?" Putri Elaria tidak percaya. Dia mencoba menyentuh air itu yang sudah menjadi hangat.

"Eh...benar.....air ini bisa menjadi hangat, bagaimana bisa seperti ini?" Putri Elaria terkejut.

"Dasat bodoh! masa gini aja tidak tahu!" sinis Kai, kuda hitam milik Putri Elaria. Melihat gadis kecil itu belum bisa menebaknya membuatnya gemas.

"Kau memiliki kemampuan mengendalikan air, jadi kau bisa memerintah air kemanapun kau inginkan."

"Aku bisa mengendalikan air? sejak kapan?" tanyanya heran.

"Mana aku tahu, aku tidak bersamamu setiap saat." sarkasnya.

"Kenapa tidak kau coba saja, agar kau percaya apa yang ku katakan!"

"Kau benar juga Kai, baiklah aku akan mencoba nya!" Putri Elaria bersiap ingin memindahkan air di dalam kolam ke dalam gentong kayu yang dia temukan, dan dia ingat tidak pernah mengendalikan air jadi tidak mengerti cara melakukannya.

"Tapii...bagaimana cara melakukannya?" tanyanya bingung menatap Kai yang merotasikan matanya.

"Kau cukup membayangkan nya saja apa yang ingin kau lakukan Putri!"

"ah...begitu, baiklah aku coba!" Putri Elaria mencoba membayangkan air yang memenuhi gentong kayu. tapi tidak terjadi apapun.

"Kenapa tidak terisi air?" gumamnya bingung. Dia lalu mencoba sekali lagi dengan tangan nya yang ikut bergerak tidak hanya membayangkannya saja. Namun air di dalam kolam tidak bergerak sama sekali. Tidak patah semangat Putri Elaria mencobanya berulangkali namun tetap tidak berhasil, membuatnya frustasi.

"Hah sudahlah, kau hanya membohongiku saja kan Kai! Sebenarnya aku tidak punya kemampuan mengendalikan air! Kalau aku punya kemampuan itu aku pasti sudah berhasil melakukannya dari tadi!" sahut Putri Elaria duduk di tanah berumput dengan kesal merasa dikerjai kuda jeleknya.

"Aku tidak membohongimu!" ucap Kai cuek.

"kenapa kau tidak melakukannya seperti yang biasa kau lakukan pada tumbuhan jika membutuhkan pertolongan!" sambungnya lagi.

"Sudah, tapi tidak bisa!" ucap Putri Elaria tidak berdaya

"Kenapa tidak mencobanya sekali lagi, kalau tetap tidak bisa mungkin aku yang salah!" ucap Kai mengalah saat melihat gadis kecil itu frustasi.

Putri Elaria menghembuskan nafasnya, meredakan kekesalannya, setelah sedikit membaik dia bangun dan mendekati kolam, menyentuh air kolam dengan telapak tangannya dan mulai memejamkan matanya.

"Halo putri air, aku Putri Elaria apa kau bisa berbicara denganku?"

"Hmm, ada apa?" sahut suara yang terdengar sangat lembut.

"Maafkan perlakuanku tadi, kau pasti marah padaku!"

"Tidak masalah!" sahutnya acuh.

"Aku ingin minta tolong, beberapa bulan lagi akan ada kemarau panjang, apa kau bisa mengisi mata air yang berada di istana dan sekitarnya agar kami bisa bertahan menghadapi kemarau panjang itu?" ucap Putri Elaria tulus.

"Hmm, bisa saja, itu mudah sekali!"

"Saat musim kemarau nanti, datanglah di depan sumur yang kering lalu letakkan tanganmu di sumur itu dan panggil namaku Aira sebanyak tiga kali agar aku mengetahui letak mata air yang kering itu."

"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas kebaikanmu Putri Aira, sekarang aku sudah tenang dan aku harus kembali pulang!""

"Hmm, sama-sama! berhati-hatilah di perjalanan putri Elaria," ucap Aira ramah. Putri Elaria membuka matanya, dan segera mengajak Kai kembali pulang.

"Ayo Kai, kita kembali ke istana!" teriak Putri Elara yang mendapati Kai tiduran sambil memejamkan matanya. Dia menepuk punggung Kai lembut membangunkannya.

"Hmm, kau sudah selesai? Bagaimana hasilnya?" tanya Kai penasaran.

"Sudah! Putri Aira akan membantu mengisi mata air yang kosong saat kemarau terjadi nanti."

"Hmm, ya sudah, ayo kita pulang aku lelah sekali!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 16

    Putri Elaria memejamkan matanya, berusaha berbicara dengan tanaman yang ada di dekat mereka. "Apa kau melihat orang yang membakar sesuatu di sini?" tanya Elaria bertanya pada tanaman semak belukar yang ada di depan tempat pembakaran. "Iya, dia seorang pria yang memakai baju hitam dan wajahnya memakai topeng." Elaria membuka matanya perlahan. Angin seolah ikut menahan napas, menunggu reaksinya. "Topeng?" gumamnya. "Apakah kau tahu ke mana dia pergi setelah itu?" Tanaman semak itu bergoyang pelan, seolah merenung. "Dia membawa sesuatu yang dibungkus kain. Lalu berjalan ke arah timur… ke arah hutan kabut." Jantung Elaria berdetak lebih cepat. Hutan kabut adalah tempat yang tak banyak orang berani masuki. Terkenal karena kabutnya yang bisa membuat orang kehilangan arah dan ingatan. “Terima kasih,” ucap Elaria tulus. Ia berdiri dan memandang ke arah timur, terlihat berpikir. “Hmm, Ku rasa aku akan kesana besok saja, terlalu berbahaya jika pergi saat malam hari begini," gumam

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 15

    Beberapa hari kemudian, Setelah menempuh perjalanan yang berbahaya , mereka akhirnya sampai di kerajaan Nethara. Prajurit utusan kerajaan Nethara kemudian melaporkan kedatangan Putri Elaria dan rombongannya, Raja Veron dan para menteri menyambut kedatangan Putri Elaria dan rombongannya. "Selamat datang Tuan Putri Elaria, maaf kami terpaksa merepotkanmu untuk bersedia datang ke kerajaan ku ini," Raja Veron menyapa Putri Elaria ramah. "Terima kasih Yang Mulia Raja Veron atas sambutannya. Aku harap aku bisa membantu kerajaan ini," ucap putri Elaria membungkuk kan tubuhnya sedikit. "Kalian semua pasti lelah, biarkan pelayan memandu kalian ke kamar untuk beristirahat dulu, saat makan siang nanti baru kita mengobrol kembali," Raja Veron memanggil beberapa pelayan untuk mengantarkan tamu-tamunya ke kamar tamu. Putri Elaria menganggukkan kepalanya setuju, karena dia sendiri memang sedikit lelah dan ingin beristirahat dulu sebelum nanti akan menggunakan kekuatannya. Beberapa jam ke

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 14

    "Kak Leon, ayo makan dulu!" teriak Elaria memanggil Leonhart. Leon akhirnya duduk di samping Putri Elaria, walaupun terlihat canggung. Ia menerima sepotong roti dan secangkir kecil air yang disodorkan gadis kecil itu. "Makanlah kak!" ucap Elaria tersenyum manis. membuat Leon tersipu malu. Putri Elaria terlihat sangat cantik dan menggemaskan menurutnya. "Terima kasih, Tuan Putri," ucap Leon lembut. Putri Elaria mengerucutkan bibirnya sedikit, lalu menggeleng, "Jangan terlalu kaku begitu, panggil aku Elaria saja, Kak Leon, aku merasa jadi tua kalau kau memanggilku Tuan puteri," katanya setengah bercanda. Leon tertawa kecil, tawa yang jarang sekali terdengar. "Baiklah... Elaria," katanya akhirnya, menatap gadis itu dengan tatapan hangat. Mereka makan dalam diam untuk beberapa saat, ditemani suara angin sepoi dan desiran daun-daun. Kai, kuda hitam miliknya yang setia, duduk beristirahat di dekat mereka sambil meminum susu yang di berikan Elaria. Dia memandangi jalanan yang sep

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 13

    Putri Elaria dan rombongannya akhirnya memulai perjalanannya, dia naik di atas punggung Kai memacu kudanya lebih cepat, agar mereka cepat sampai ke ladang. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam akhirnya Putri Elaria telah sampai di ladang. Dia tidak menyangka penduduk Desa ini, pagi-pagi sudah bekerja membersihkan sisa panen dan mencangkul tanahnya kembali agar bisa di tanami lagi. "ah...Tuan Putri kau sudah datang!" ucap kepala desa, menatap gadis kecil di depannya penuh hormat. Putri Elaria turun dari kudanya, begitu juga dengan Xira dan Leonhart yang setia mengikuti di belakangnya. "Kepala Desa, ada apa ini? kenapa pagi-pagi warga desa ramai sekali ada disini?" tanya putri Elaria heran, mendekati kerumunan para warga yang terlihat sedang mencangkul ladangnya. "Ah...Tuan Puteri melihat hasil panen kemarin, semua warga jadi terlalu bersemangat, hingga kami ingin lahan ini bisa segera di tanami lagi," ucap kepala Desa tersenyum malu. Putri Elaria tersenyum, dia senang me

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 12

    Mereka semua sampai di istana saat malam hari, untung saja Elaria membawa bola cahaya dan memberikan sedikit kekuatannya agar bola cahaya itu dapat bersinat terang.. Setibanya di istana, gerbang besar Kerajaan terbuka perlahan, menyambut rombongan kecil yang baru saja kembali dari ladang. Cahaya bola sihir yang dibawa Putri Elaria berpendar lembut, menerangi jalan setapak berbatu yang mengarah ke pelataran istana. Para penjaga memberi hormat, sementara para pelayan segera datang menyambut dan mengambil alih kereta barang yang penuh dengan hasil panen. Kai berjalan gagah, meskipun masih sempat melirik ke arah keranjang buah, berharap ada apel tersisa. Tapi Elaria sudah memperingatkan dengan tatapan tajam yang membuat Kai langsung menunduk, pura-pura sibuk menjaga sikap sebagai kuda kerajaan yang bermartabat. Di dalam istana, Raja Simon menunggu di ruang singgasana, ditemani sang istri Ratu Aeris dan beberapa penasihat serta jenderal kepercayaannya. Matanya terlihat lelah, namun k

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 11

    Sementara itu, jauh di tanah tandus Nethara, Raja Veron berdiri di balkon tinggi istananya. Matanya menatap cakrawala yang mulai berubah warna menjadi kelabu kehijauan, pertanda bahwa makhluk-makhluk yang menyerang kerajaannya itu semakin mendekat ke pusat kerajaan. Angin malam di Nethara berembus pelan, dari celah-celah pegunungan yang jauh. Raja Veron menghela napas panjang, seakan ingin membuang segala beban yang menggumpal di dadanya. Ia tahu waktunya hampir habis rakyatnya tidak akan bisa bertahan karena mahluk yang datang menyerang kerajaan mereka membuat sumber mata air kering, hewan piaraan mati, tanaman yang mereka tanam mati semua, bahkan penyakit aneh tiba-tiba menyerang hampir semua rakyatnya, membuat para tabib kewalahan. Setelah Putri Elaria selesai menerima tamu kerajaan Nethara, dia bersama Xira meneruskan rencana melihat tanah yang akan di tanaminya untuk mengatasi bahan pangan saat kemarau nanti. Putri Elaria dan Xira menaiki kuda mereka masing-masing di ikuti pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status