Jessie merasakan jantungnya berdegup kencang, dan juga ada perasaan aneh yang seperti membakar dirinya. Menanti Jack berkata, Jessie justru sibuk dengan ekspektasinya sendiri yang terkesan konyol jika dipikir secara logika.Kenapa Jack tidak kunjung berkata-kata? Apa yang sebenarnya ingin dia katakan? Batin Jessie berbicara, masih dengan posisi yang tidak berubah dan tatapan mereka tetap beradu pandang seperti tadi. Jessie meneguk salivanya susah payah, ketika semakin memandang Jessie justru mengagumi Jack hingga tanpa disadari gadis batinnya memuji Jack tampan."Jessie, bisakah kau bangun dari atas tubuhku? Kau kecil, tapi lama-lama aku merasa berat juga," ujar Jack dengan ekspresi yang sangat sulit diartikan bagi Jessie.Malu setengah mati, seketika itu juga Jessie langsung bangkit dan menjauh dari Jack, menggeser tubuhnya hingga ujung sofa yang lain. Jessie merasakan perasaannya semakin tak karuan. Antara kesal, malu, dan ... kecewa? Entahlah, Jessie sekarang tidak tau harus berbu
Sejak petang, Jessie sudah sibuk di dapur untuk membuat beberapa menu makanan yang kemudian akan dia bawa untuk Mike. Meski ditugaskan untuk mengurus makanan untuk Mike, Jessie tetap tidak ingin terlambat datang ke kantor. Rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan sangatlah besar. Meski mengurus Mike juga merupakan salah satu tugas yang diberikan Jack, namun Jessie tetap berusaha untuk mengerjakan semua pekerjaan, termasuk pekerjaan kantor, dengan disiplin waktu.Jessie membuka pintu apartemennya ketika ia sudah siap untuk pergi ke tempat tinggal Mike, dengan membawa rantang berisi makanan untuk laki-laki itu.Betapa terkejutnya Jessie, ketika pintu terbuka, Jack berdiri tepat di depan pintu, dan Jessie hampir saja menabrak tubuh Jack yang berdiri mematung tepat di depan pintu."Jack, kenapa kau ada di sini sepagi ini?" Jessie mengernyitkan dahi. Rasa canggung yang kemarin tercipta, kini masih sedikit tersisa dialami gadis itu."Aku tahu kau tidak nyaman jika datang ke apartemen Mike
Jack dan Jessie berjalan beriringan memasuki gedung Emperor, nampak begitu serasi dan anggun serta berkarisma. Setiap lapisan jabatan di gedung Emperor memuja kekompakan Jessie dan Jack, tak lupa Mike juga ikut menjadi pujaan bagi mereka dalam kekompakan, dan pujaan bagi para gadis tentunya.Bagi mereka yang tidak tahu mereka bersaudara, pasti sudah akan berasumsi mereka adalah pasangan yang serasi. Namun bagi mereka yang tahu mereka bersaudara, akan menilai Jack terlalu posesif menjaga adik perempuannya sampai-sampai membatasi Jessie agar tidak berinteraksi dengan sembarang pria.Mendapat perlakuan yang demikian posesif, bagi sebagian orang menganggap Jessie mungkin akan merasa tertekan. Namun bagi Jessie, itu justru sebuah hal yang dia sukai. Jessie menyukai perlakuan Jack yang demikian, karena sejujurnya Jessie tidak terlalu memikirkan untuk menjalin hubungan dengan seorang pria untuk saat ini.Jessie yang telah dibesarkan dan difasilitasi dengan amat baik oleh keluarga Howard, mem
"Tuan, pakaian yang kau mau untuk pesta nanti sudah siap. Aku akan meminta orang untuk mengirimkannya kemari." Jessie datang melapor, ketika ia telah menyelesaikan tugasnya, membatalkan meeting dengan Vincent dan menangani ocehan kliennya itu yang tidak terima karena Emperor menolak desian dari grup R&B mentah-mentah. Dan itu membuat Vincent murka.Jack bukan orang yang tidak mau menerima pendapat orang lain karena Jack selalu berpikiran terbuka, namun apa yang dilakukan R&B kali ini sangat membuat Jack kecewa. Dan Jack tidak mau menjalin kerjasama dengan orang yang egois."Tidak!""Tidak?" Jessie mengernyitkan dahi, tidak mengerti mengapa Jack berkata tidak."Ya, tidak perlu dikirim kemari. Aku yang akan datang ke sana nanti, bersamamu.""Bersamaku? Tidak, sebaiknya aku mengantarmu ke sana lalu aku pulang untuk bersiap-siap pula," tolak Jessie."Kau akan bersiap di sana bersamaku juga, Jessie. Kau akan datang bersamaku, jadi kau harus tampil beda dari biasanya. Aku bukan Mike, kau me
Jessie memandang tak berkedip pada gaun yang tersaji di hadapannya. Dalam hati gadis itu memuji Jack dengan pilihannya yang ternyata berhasil membuat Jessie takjub."Nona, mari ikut aku ke dalam." Seorang petugas membuyarkan lamunan Jessie, yang tengah sibuk memuji Jack dalam diam.Tanpa banyak kata Jessie mengekor setelah si petugas lebih dulu masuk ke dalam ruang rias."Nona, apakah aku boleh bergosip denganmu?" tanya petugas itu sambil tangannya bekerja merias wajah Jessie."Hm, lihat dulu, siapa yang akan kau gosipkan denganku," balas Jessie tak bersikap antipati pada petugas itu. "Tapi sebelumnya bolehkah aku tahu namamu?""Tentu saja, Nona, namaku Eve, sebuah kehormatan bagiku karena Nona menanyakan siapa namaku." Petugas yang mengaku bernama Eve itu menundukkan kepala, menunjukkan rasa terima kasihnya sekaligus menunjukkan sikap hormat pada Jessie."Kau berlebihan, Eve. Baiklah, jadi siapa yang akan kau gosipkan bersamaku?" tanya Jessie dengan nada bersahabat.Ditanya seperti i
Jessie melingkarkan tangannya di lengan Jack. Mereka berjalan beriringan memasuki tempat diadakannya pesta ulang tahun Alena, putri Christian.Tak ayal kedatangan kakak beradik itu menjadi sorotan, menarik perhatian para hadirin. Bagaimana tidak? Jika biasanya hanya Mike yang datang menghadiri undangan para klien bersama Jessie, kini Jack yang datang memenuhi undangan. Tentu saja itu menimbulkan sebuah pertanyaan di benak mereka yang menyaksikan. Namun mereka juga mengagumi ketampanan dan kecantikan putra putri keturunan Howard tersebut. Mereka menilai Howard memiliki gen yang sempurna hingga melahirkan generasi muda yang berbakat dan karismatik."Aku merasa tersanjung karena kau sendiri yang menghadiri undanganku ini, Tuan Jackson, sebuah kehormatan bagiku," ucap Christian ketika menyambut kedatangan Jackson dan juga Jessie. "Terima kasih telah hadir memenuhi undanganku, Nona Jessica. Senang melihatmu di sini.""Terima kasih atas undanganmu, Tuan Christian. Kali ini aku yang hadir ka
Tanpa sempat berpamitan pada Christina selaku pemilik acara, Jack menyeret Jessie untuk segera masuk ke dalam mobil. Dengan tergesa Jack menstater kemudian mobil melaju dengan kencang tanpa aba-aba."Jack, kau sedang dalam pengaruh obat, sebaiknya aku saja yang menyetir," kata Jessie yang masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, hingga membuat Jack begitu tergesa meninggalkan pesta yang bahkan belum sampai ke acara inti."Aku baik-baik saja, aku bisa mengatasi," balas Jack, yang fokus pada jalanan di depannya."Baik, tapi apa yang terjadi? Bisakah kau jelaskan? Kau pergi tiba-tiba dari pesta, ini tidak seperti dirimu!""Seseorang mengancam keselamatan kita, mereka mencoba mengeroyokku di koridor, tapi aku mencoba melarikan diri karena aku khawatir mereka menangkapmu.""Mengeroyok? Siapa mereka?" Jessie langsung meningkatkan radar kewaspadaan."Aku tidak tahu! Aku belum bisa mendeteksi karena aku hanya memikirkan dirimu dan berusaha kabur dari kejaran mereka."Jessie bi
Jessie yang mengira Jack tidak ikut turun dan langsung pulang ketika telah mengantar dirinya sampai ke apartemen, lagi-lagi pria itu nyelonong masuk mendahului Jessie ketika pintu itu terbuka."Jack, apa yang lakukan? Pergilah! Aku ingin segera istirahat dan tidak ingin berdebat denganmu!""Jika aku pulang maka kau harus denganku," balas Jack acuh tak acuh."Aku akan pulang ketika orang tua kita datang. Jadi sekarang pergilah!""Kalau begitu biarkan aku di sini untuk malam ini saja." Jack sudah membaringkan tubuhnya di atas sofa."Apa? Tidak!""Kau lupa?" Jack kembali duduk kemudian menatap Jessie serius. "Kau bilang tidak akan menolak permintaanku agar aku memaafkanmu karena kau telah merusak gaun itu, bukan?""Ta-tapi bukan—""Tidak ada tapi! Ayolah, Jessie, aku sangat lelah. Kau tahu, mengatasi diriku yang terkena obat terkutuk itu sangat melelahkan dan hampir membuatku gila!" ada raut frustasi saat Jack mengucapkan kalimat itu. Ya, Jack pasti kesulitan untuk lepas dari pengaruh ob