Share

6. MENAGIH JANJI

Jessie sudah sampai di rumah sakit, dan Leon yang sudah dihubungi sebelumnya, sudah siaga di sana. Leon segera menangani luka tembak yang diderita Mike.

"Ck! Apa kau tidak bosan terus menjadi sarang peluru? Katanya penembak jitu, tapi kau selalu terkena peluru!" Sambil berusaha mengeluarkan peluru dari lengan Mike, Leon mencibir demikian.

"Akh! Sakit, Bodoh! Tidak bisakah kau pelan-pelan? Perlakukan aku dengan lembut!" Mike melancarkan aksi protes karena merasa Leon sengaja menekan luka tembak yang dideritanya.

"Cih! Kau bahkan tidak pernah memperlakukan para gadis itu dengan lembut, dan sekarang kau ingin diperlakukan dengan lembut seperti aku memperlakukan seorang gadis, begitu?" tukas Leon dibarengi dengan memutar bola matanya jengah.

"Hey, apakah kau pernah memperlakukan seorang gadis dengan lembut, seperti yang kau katakan itu? Kau bahkan tidak pernah jatuh cinta, kau adalah kaum jomblo abadi!" balas Mike mencibir.

"Kau berisik!"

"Siapa yang berisik lebih dulu?" balas Mike lagi, tak mau kalah.

"Dasar pria ceroboh! Kau selalu saja terluka seperti ini. Jika kau tidak bisa melindungi dirimu sendiri, bagaimana kau akan melindungi Jessie dan Jack? Kau payah, Mike!" tukas Leon lagi, sambil tangannya terus bergerak mengobati luka bekas tembak di lengan Mike.

"Kali ini bukan karena aku ceroboh, kau tau? Itu terlalu mendadak dan tidak terduga. Kami tidak menyangka akan ada orang lain yang membantu Matthew di sana!" Mike menyangkal.

"Mike benar, Leon, kali ini bukan karena kecerobohan dia, tapi kedatangan orang itu benar-benar tidak kami duga." Jessie yang sejak tadi hanya diam, kini angkat bicara. Dan Mike merasa berbunga karena Jessie ternyata membelanya.

Mike melebarkan senyum sambil terus menatap Jessie, wajahnya pun sedikit memerah.

"Aku tidak sedang membelamu! Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," ujar Jessie seperti tahu apa yang ada di dalam pikiran Mike.

Seketika Mike mendengus sambil membuang pandangan, dan Leon tertawa mengejek.

"Jangan terlalu percaya diri, Bung!"

"Berisik!"

"Aku mengkhawatirkan Jack, apakah dia sudah selesai?" Jessie gusar di tempatnya.

"Coba saja kau hubungi dia," balas Mike yang sebenarnya sama khawatirnya dengan Jessie.

"Dia tidak akan menjawab panggilan jika sedang bertarung, bukan? Atau aku kembali saja ke sana, untuk memastikannya?"

"Aku di sini!" bersamaan dengan suara itu terdengar, pintu terbuka dari luar dan Jack muncul dari balik pintu.

"Jack! Syukurlah kau sudah kembali dengan selamat." Jessie dapat bernapas lega sekarang.

"Tentu saja! Memangnya siapa yang bisa melukaiku?" balas Jack membanggakan diri.

"Cih, sombong!" Mike langsung mencibir.

"Dia pantas untuk sombong, tapi kau tidak! Apa yang bisa kau sombongkan?" Leon menambahi dan Mike seketika melotot tajam.

Jessie hanya geleng-geleng kepala, dan Jack terkekeh pelan.

"Bagaimana lukanya? Peluru itu tidak beracun, bukan?" Jack bertanya pada Leon yang sudah hampir menyelesaikan pekerjaannya.

"Peluru itu menembus cukup dalam, kurasa jarak tembakan itu lumayan dekat. Tapi beruntung, peluru itu tidak beracun. Aku sudah mengobatinya dengan maksimal, jika Mike patuh pada aturanku dan rutin mengkonsumsi obat yang aku berikan, lukanya akan bisa cepat sembuh," jelas Leon dan Jack mengangguk mengerti. "Lagipula dia mungkin tidak merasakan sakit lagi karena dia sudah terlalu sering tertembak di antara kalian bertiga."

"Tetap saja aku bisa merasakan sakit, Bodoh! Memangnya aku mayat, tidak bisa merasakan sakit lagi?" Mike mendengus mendengar ucapan Leon.

"Oh, jadi kau bisa merasakan sakit? Baik, kalau begitu kau harus patuh padaku! Kau harus bedrest paling tidak selama satu minggu penuh. Minggu berikutnya kau diperbolehkan beraktivitas tapi kau tetap harus membatasi gerakanmu. Jangan lupa rutin minum obatmu untuk membantu penyembuhan lukamu, patuhlah dan jangan membantah! Atau aku tidak akan peduli lagi padamu!" Panjang sekali ucapan Leon, dan berhasil membuat Mike mengeluh.

"Ayolah, Leon, kau ini seperti ibu-ibu, sangat cerewet. Kau tau aku bisa tetap beraktivitas meskipun hanya menggunakan satu tangan saja, bukan?"

"Itu terserah padamu, tapi kau juga tidak bisa memaksaku untuk menanganimu jika terjadi apa-apa. Aku angkat tangan!" ucap Leon tegas sambil mengangkat tangannya ke udara.

"Baiklah, karena kau sudah mendengar aturan dari Leon, jadi bersikap baiklah! Kau tidak perlu berangkat ke kantor dulu selama satu minggu penuh, aku akan menghandle semua pekerjaan, termasuk proyek yang baru saja kau menangkan!" perintah Jack.

"Apa? Tidak, enak saja! Aku sudah susah payah mendapatkannya, dan sekarang kau yang mengambil alih? Tidak, aku tidak mau!" protes Mike cepat.

"Kau lebih mementingkan proyek itu daripada kesehatanmu?" tukas Jack dengan tatapan serius.

"Aku lebih peduli pada janjimu!" kata Mike dengan suara ditekan dan dibuat pelan, namun tetap saja Jessie dapat mendengarnya.

"Baiklah, kau urus saja pekerjaanmu sendiri, tapi dari rumah saja, tidak perlu pergi ke kantor!"

"Tidak! Itu lebih menyiksaku, Jack, tolong jangan lakukan itu padaku." Mike memelas.

"Aku tidak mengerti, jadi apa maumu, Mike?"

"Biarkan aku tetap berangkat ke kantor. Aku tidak bisa jika sehari saja tidak bertemu Jessie, kau tau?" Pada akhirnya Mike mengutarakan tujuan utamanya yang tidak mau mengambil libur.

"Cih! Bilang saja kau tidak bisa tebar pesona jika tidak berangkat ke kantor. Lalu kau akan dilupakan dan kau tidak akan bersinar lagi." Leon menyela pembicaraan.

"Diam! Tidak ada yang mengajakmu bicara!" tukas Mike pada Leon.

"Sudah, tidak perlu berdebat lagi. Aku sudah memutuskan, kau tetap di rumah sampai kau sembuh!"

"Tapi, Jack—"

"Aku belum selesai bicara! Dengarkan dulu dan jangan menyela!" kata Jack mulai geram. "Kau tidak perlu ke kantor, dan kau tetap bisa melihat Jessie. Karena kau tinggal sendiri di apartemenmu maka aku tugaskan Jessie untuk mengurus makanan untukmu. Dengan begitu kau tetap akan bertemu Jessie setiap harinya. Tapi ingat, kau tidak perlu merepotkan Jessie dan jangan banyak menuntut! Kau paham sekarang?" tutur Jack panjang.

Mike tersenyum sumringah. "Terkadang kau bersikap layaknya manusia dengan sikap manusiawimu, Jack. Tapi kau sangat menyebalkan jika kau sudah berubah kejam seperti iblis!"

"Kau masih berani mengatakan hal buruk tentangku? Mau aku mengubah—"

"Tidak tidak! Jangan! Aku berjanji akan bersikap manis mulai sekarang," balas Mike dengan mata mengerjap-ngerjap.

"Menjijikkan!" Jack mencibir. "Jessie, kau sudah dengar, bukan? Jadi lakukan tugas itu untuk pria manja ini!"

"Aku mengerti!"

"Leon, tolong lakukan pengecekan rutin, dan laporkan perkembangannya padaku. Sejujurnya jika tidak ada dia di kantor aku merasa ada yang kurang karena tidak ada yang bisa aku bully!" kata Jack lagi, memberikan perintah pada Leon.

"Sebenarnya aku malas terlalu sering bertemu dengannya, namun mau bagaimana lagi?"

Mike ingin membalas ucapan Jack dan juga Leon yang terkesan merundungnya, namun dia urungkan. Khawatir Jack justru akan mengubah aturan lagi.

"Baiklah, karena semua sudah aku atur sebaiknya kita pulang, Jessie. Leon, tolong atur kepulangan Mike dan antar dia pulang. Aku tidak yakin dia aman berada di rumah sakit."

"Baik!"

Jack mengajak Jessie untuk pulang, namun Mike menahan.

"Tunggu sebentar, Jack!"

Jack berbalik dan mengernyit menatap Mike yang melambaikan tangan, memberi isyarat agar Jack mendekat.

Tanpa banyak kata, Jack menurut. "Apa?"

"Kau tidak akan mengingkari janji, bukan?" tanya Mike dengan suara berbisik.

"Sebaiknya kau pikirkan kesehatanmu, Mike! Bukankah kau juga tidak menepati janjimu? Jessie mendapat tendangan si bagian perutnya, itu artinya kau tidak menjaga dia tetap aman. Jadi apa kau pantas menagih janji dariku?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status