Pagi hari, Jessie bangun dan langsung memeriksa seantero kamarnya. Dia khawatir Jack berada di kamarnya semalaman, dan ternyata Jack tidak ada di sana. Jessie bernapas lega.Menyibakkan selimut, Jessie turun dari tempat tidur kemudian keluar dari kamarnya. Jessie belum bertemu dengan ibunya sejak semalam. Setidaknya Jessie juga harus meminta maaf pada ibunya karena bukan hanya Jack saja yang bersalah, namun dirinya juga bersalah.Jessie mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Caroline, James, dan juga Jack, namun Jessie tidak bisa menemukan mereka di mana pun.Jessie kembali ke kamarnya, mencari ponselnya dan segera menghubungi Jack. Tanpa menunggu lama, Jack telah menjawab panggilannya."Kau baru bangun, Jessie?""Jack, kau ada di mana? Di mana semua orang? Kenapa rumah begitu sepi? Aku tidak bisa menemukan Mom dan juga Dad. Kalian pergi ke suatu tempat dan aku tidak ikut? Apa kau sedang diberikan hukuman oleh Mom? Katakan sesuatu, Jack! Mengapa kau diam saja?"Jack sampai sedik
Kedua orang tua Jack sudah mengerahkan banyak orang untuk mempersiapkan pesta pernikahan Jack dan Jessie dan harus selesai dalam waktu yang singkat. Bukan hanya itu saja, mereka juga menginginkan pesta yang meriah untuk putra putri mereka.Disisi lain, Jack yang sebenarnya memang sudah memesan gaun pengantin dari jauh-jauh hari, kini pria itu sangat puas dengan hasilnya. Selama ini Jack terlihat diam dan tenang, tapi sebenarnya Jack juga merasa khawatir Jessie akan jatuh ke pelukan pria lain. Jack sengaja mempersiapkan segala hal dan dia akan melamar gadis yang dicintainya itu pada waktu dan situasi yang tepat. Jack tidak pernah mengira dia akan dipaksa untuk segera menikahi Jessie oleh ibunya. Beruntung Jack sudah memiliki persiapan yang tersusun rapi sehingga dia tidak perlu kalang kabut sekarang.Usai menyelesaikan konferensi pers, kedua orang tua Jack segera menuju gedung dimana akan diadakannya pesta pernikahan, untuk melihat bagaimana dekorasi yang mereka inginkan, apakah bisa s
Langkah kaki yang mengayun terdengar seperti irama yang indah bagi banyak pasang mata yang setiap harinya menanti pemiliknya melintas di hadapan mereka. Gadis dengan perawakan ramping nan tinggi, dengan rambut panjang bergelombang, serta penampilan yang modis, seolah telah menjadi magnet yang dapat menarik perhatian banyaknya pasang mata yang memuja.Dia Jessica, Jessica Howard, anak angkat keluarga Howard yang sejak menjadi bagian dari keluarga Howard telah di gembleng untuk menjadi wanita tangguh yang akan menjadi pendamping penerus keluarga Howard.Jessie adalah nama panggilannya. Hampir setiap pria tertarik dengan kecerdasan dan ketangkasannya, terlebih kecantikannya yang dibalut dengan sikap yang ramah serta ceria. Namun, tak satu pria pun yang dapat dengan mudah mendekati gadis itu meski sangat ingin. Itu karena Jackson, kakak angkat Jessie yang adalah penerus keluarga Howard, begitu membatasi interaksi Jessie dengan pria mana pun.Tidak ada yang tahu bahwa Jessie adalah putri a
Jack memutar bola matanya jengah ketika Mike terus mengomel karena Jessie tidak menanggapi seruannya."Bisakah kau diam? Suaramu membuat kepalaku semakin berdenyut. Lebih baik kau periksa sekali lagi dokumen yang akan kita gunakan pagi ini, jangan sampai ada yang terlewat dan jangan sampai ada kesalahan!""Jack, kau gila! Apa aku harus setiap saat memeriksa dokumen yang sama? Sepagi ini aku sudah memeriksanya sebanyak lima kali, dan sudah kukatakan semuanya sudah beres. Kau pikir aku sangat kurang kerjaan!" Mike mendengus dan matanya pun melotot amat kesal."Memangnya apa kesibukanmu? Merayu para gadis yang bisa kau bodohi? Itu tidak lebih baik daripada pekerjaan yang aku berikan.""Itu semua karena kau!" tukas Mike tiba-tiba, membuat Jack mengerutkan dahi tak mengerti."Aku?" Jack menunjuk pada dirinya sendiri, karena bingung dengan apa yang dibicarakan Mike."Ya, kau melarangku mendekati Jessie padahal kau tahu aku sangat tergila-gila padanya. Karena itulah aku melampiaskan kekesala
Jessie baru saja akan masuk ke dalam ruangan miliknya yang berseberangan dengan ruang milik Mike, ketika Mike menarik lengan gadis itu dan memaksanya masuk ke dalam ruangan Mike.Jessie tersentak hingga mendorong tubuh Mike sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan Mike pada lengannya ketika mereka sudah masuk ke dalam ruang kerja Mike."Tuan Michael, apa yang kau lakukan?" pekik Jessie dengan suara tertahan."Aku ingin bicara denganmu, Jessie. Dan panggil aku Mike saja, oke?""Kau bisa bicara baik-baik tanpa menyeretku seperti tadi, bukan?" kata Jessie kesal."Oke-oke, aku minta maaf. Jadi, kau mau duduk sebentar, bukan?" bujuk Mike dengan wajah serius.Jessie membuang napas sesaat, kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan Mike yang tidak sebesar ruangan Jack. Meski begitu ruangan mereka dibuat eksklusif, karena hanya ada ruang kerja Mike, Jessie, dan Jack di lantai tersebut. Tidak ada ruangan lain. "Baiklah, apa yang ingin kau katakan? Kebetulan aku juga diminta oleh Tua
"Jessie, kau pindah tempat dan bersiaga di balik kemudi. Aku akan turun untuk meladeni pria itu!" ucap Mike tajam dan penuh penekanan, terdengar seperti perintah yang tidak terbantahkan."Aku tidak akan membiarkanmu bertarung sendiri, Mike. Kau sadar kau ini ceroboh! Aku akan ikut turun." Jessie menolak pada apa yang diperintahkan Mike."Tolong patuhlah! Aku sudah berjanji pada Jack akan melindungimu, memastikan kau aman. Jadi bantu aku menepati janjiku itu, tolong." Nada bicara Mike terdengar sangat serius.Jessie menghela napas mendengarnya. Dia mengalah, namun tetap akan memasang sikap waspada."Kembalilah dengan selamat. Selagi bisa, hindari pertarungan. Jika terpaksa bertarung, jangan gunakan sikap cerobohmu itu!" pesan Jessie tak kalah serius."Akan aku usahakan." Tanpa banyak kata, Mike langsung keluar dari mobil dan menghadapi pengemudi mobil yang menghadangnya."Aku pikir kau pria yang memiliki etika, namun dengan caramu menghadang mobilku seperti ini, kau tidak terlihat memil
Jessie menyerang dengan sebuah tendangan yang dapat dengan mudah ditangkis oleh Matthew, satu kaki Jessie dicekal oleh lawan. Jessie membuat gerakan melompat kemudian satu kakinya yang bebas melayang hingga mengenai dada Matthew, dengan begitu Jessie terbebas dari cekalan Matthew dan kemudian mendarat dengan baik di atas aspal.Matthew terbatuk untuk sesaat, tak lama kemudian pria itu terlihat sudah berhasil menguasai dirinya kembali."Kau cukup kuat, Nona! Aku rasa aku salah karena telah meremehkan dirimu. Sekarang, aku akan serius menghadapimu.""Itu lebih baik! Kau telah melukai temanku, jadi aku tidak akan mengalah denganmu, Tuan!" Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, Jessie melesat menyerang Matthew. Menggunakan tinjunya, Jessie memberikan pukulan bertubi-tubi yang cukup berarti, karena Jessie cakap memberikan pukulan yang berarti, bukan hanya membuang tenaga dengan sia-sia.Matthew mengambil langkah mundur ketika Jessie kembali menendangnya. Dia berhasil menghindar dan kaki J
Jessie sudah sampai di rumah sakit, dan Leon yang sudah dihubungi sebelumnya, sudah siaga di sana. Leon segera menangani luka tembak yang diderita Mike."Ck! Apa kau tidak bosan terus menjadi sarang peluru? Katanya penembak jitu, tapi kau selalu terkena peluru!" Sambil berusaha mengeluarkan peluru dari lengan Mike, Leon mencibir demikian."Akh! Sakit, Bodoh! Tidak bisakah kau pelan-pelan? Perlakukan aku dengan lembut!" Mike melancarkan aksi protes karena merasa Leon sengaja menekan luka tembak yang dideritanya."Cih! Kau bahkan tidak pernah memperlakukan para gadis itu dengan lembut, dan sekarang kau ingin diperlakukan dengan lembut seperti aku memperlakukan seorang gadis, begitu?" tukas Leon dibarengi dengan memutar bola matanya jengah."Hey, apakah kau pernah memperlakukan seorang gadis dengan lembut, seperti yang kau katakan itu? Kau bahkan tidak pernah jatuh cinta, kau adalah kaum jomblo abadi!" balas Mike mencibir."Kau berisik!""Siapa yang berisik lebih dulu?" balas Mike lagi,