Pagi itu ketika Bella masih tidur, Damian bergegas menemui ayahnya.Ymar kabur.Berita itu begitu mengejutkan sampai Damian kira ayahnya hanya bercanda.Damian memang sengaja mengerahkan orang lain—yang bukan anggota organisasi—untuk menjadi pengawal agar tidak ada kecurigaan apa pun, tetapi siapa sangka Ymar masih memiliki kesempatan untuk kabur.Satu orang yang berhasil menyelamatkan diri mengatakan bahwa Ymar dibawa oleh anggota organisasi lain, atau kelompok liar. Dari cara menembak mereka yang jitu dan tepat sasaran, tidak salah lagi mereka adalah orang terlatih.Tetapi siapa?Mereka jelas mengenal Ymar dengan sangat baik sampai mau mengambil resiko dan menyelamatkannya, bahkan membiarkan satu orang tetap hidup.Mereka sengaja melakukannya.Bukan anggota kelompok atau organisasi biasa, pikirnya. Jika mereka adalah kelompok liar yang terkenal brutal, Damian masih bisa mencari jejaknya. Tetapi jika mereka adalah anggota organisasi, maka akan sulit untuk mencari identitas mereka.Set
"Ayah, di mana Ibu Bella berada? Apakah mereka tidak menipu kita?"Martinez mengerutkan kening. "Ayah juga heran. Tapi, Gregon sudah berjanji pada Ayah. Tidak mungkin dia mengingkari janjinya dan lebih memilih mati."Pria yang disebut sebagai Gregon itu tampak menatap cemas di seberang jalan. Dia masih muda, dengan rambut berwarna jahe. Begitu pula dengan kedua rekannya yang berdiri di belakangnya seperti penjaga. Mereka sama sekali tidak memakai masker dan sesekali mengernyit mencium bau busuk yang angin bawa.Martinez mengisyaratkan Damian untuk berjalan menyeberangi jalan. Gregon terlihat semakin cemas, dia malah mengalihkan pandang ke arah lain saat Damian menatapnya."Gregon." Martinez memanggil dengan suara penuh intimidasi, tatapannya tak lepas dari wajah Gregon. Sebuah teknik yang ia lakukan untuk membuat lawannya mempelihatkan dengan jelas apa yang tengah mereka sembunyikan. "Di mana apa yang kau janjikan?"Mereka berhadapan dan kedua rekan Gregon tampak waspada di tempat. Tet
'Nyonya Deborah datang'.Bella terdiam di bukaan aula utama dan terus mengulang tiga kata itu dalam kepalanya.Tangannnya saling meremat, sementara perasaannya berkecamuk. Ia kira, ia akan baik-baik saja, tetapi kenyataannya berbeda.Bella merasa akan mengalami serangan panik karena ketakutan.Bayangan ketika ia masih berada di Delkins dan disiksa oleh majikannya terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ketakutan yang sama kembali menggerogoti tubuhnya, seolah-olah ia masih menjadi budak di rumah Hugo dan Deborah.Mata Bella bergerak memperhatikan aula utama yang dipenuhi dengan orang-orang berjas dan bergaun. Bella hanya mengenali beberapa dari mereka—tak lain adalah keluarga mertuanya. Sisanya mungkin adalah anggota organisasi.Mereka semua datang untuk merayakan penobatan Damian.Bella mencari-cari keberadaan Deborah, tetapi wanita itu telah menghilang di depan meja makan. Dalam sekejap, ia terlihat berbicara dengan Martinez dan Mirabesy."Bella? Kenapa kau hanya berdiri di sini?"Bella
"Itu berarti ada orang yang sengaja memata-mataimu. Dia berada di pesta kemarin," ucap Martinez. Ia mengetukkan jarinya ke meja dengan tatapan menerawang. "Hanya satu yang Ayah curigai sekarang. Tidak ada yang berani untuk mengganggu Serpenquila dengan trik-trik kotor seperti itu kecuali organisasi Italisa itu. Ayah yakin organisasi Italisa itu sudah bangkit lagi dan berniat membalas dendam. Kalau bukan aku, sekarang targetnya adalah kau. Dia akan mengacaukan apa pun yang bersangkutan denganmu."Damian terdiam mendengar penjelasan ayahnya, kepalanya sakit memikirkan semuanya. Untuk kedepannya, ia tidak bisa membayangkan ancaman yang akan datang dari organisasi itu.Lebih dari apa pun, Damian mengkhawatirkan Ibunya dan Bella.Mereka berdua rentan terkena bahaya karena apa yang Damian dan Martinez tekuni. Tetapi dunia mafia adalah bagian dari kehidupan keduanya. Mereka tidak bisa memisahkan diri selayaknya pakaian yang harus mereka kenakan seumur hidup.Damian mengusap wajahnya dan hany
"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."Bella menoleh mendengar ucapan Damian. Setelah menata pakaian di kamar baru mereka, Damian mengajaknya ke sebuah restoran untuk makan siang. Mereka menghabiskan waktu cukup lama di sana sembari menikmati pemandangan pantai yang tersaji.Bella tidak ingat lagi kapan terakhir kali ia melihat pantai. Mungkin sekali saat ia masih kecil. Selanjutnya, ia hanya bisa melihat gambar pantai di rumah mantan majikannya.Jika Bella larut dalam pikirannya dan memikirkan kembali kehidupan budaknya yang terkungkung, perasaan cemas itu kembali datang menghampiri.Bisa hidup bebas dan pergi ke mana pun tanpa ada rasa takut... ia tidak pernah membayangkan semua ini akan terjadi.Bahkan lebih bebas dari apa yang ia perkirakan.Harapan ibunya telah terkabul.Bella menghela napas panjang dan menggeleng. Ia tidak bisa terus memikirkan hal itu dan membuat dirinya kembali tenggelam dalam kubangan kesedihan."Ingin menunjukkan apa?" tanyanya saat Damian hanya terus menat
Sudah seminggu berlalu sejak Bella menempati rumah barunya bersama Damian.Ia menghabiskan waktunya dengan belajar berkuda, boxing, dan juga mengasah kemampuan menembaknya. Bella masih sering meleset dari papan target, tetapi Damian mengatakan bahwa ada peningkatan dari teknik yang telah pria itu ajarkan."Apakah Nona Bella suka pakaian dengan kain yang berkilau?" Dhruv menunjuk sebuah butik dengan gaun mewah yang terpajang di etalase depan."Kurasa ini sudah cukup, Dhruv." Bella mengangkat kantong kertas yang memenuhi tangannya. Pagi ini, Dhruv menemaninya berkeliling di pusat kota Alderson. Damian sedang pergi ke kota seberang untuk melakukan transaksi obat-obatan, jadi Dhruv yang menemaninya.Bella sebenarnya bisa bertahan di rumah dengan membaca buku, tetapi Damian ingin ia berjalan-jalan. Sekadar membeli makanan atau mungkin satu-dua pakaian khas kota Alderson."Sebaiknya kita pulang sekarang, Dhruv," ucap Bella. Kakinya sudah pegal berkeliling di beberapa butik yang mereka singg
"Kami telah menemukan sedikit informasi menarik mengenai apa yang terjadi padamu, Tuan Damian." Sore itu, setelah penyerangan yang terjadi pada Damian, ia mengumpulkan seluruh anggota senior untuk membahas apa yang terjadi.Andrius telah mencari tahu informasi lebih lanjut dan menemukan hal penting yang berkaitan dengan orang-orang yang menyerang Damian."Mereka bukan kelompok liar, tapi organisasi baru yang dibentuk," ucap Andrius dan mata semua orang melebar terkejut.'Sudah aku duga', batin Damian. Cara menembak mereka yang khas adalah salah satu keahlian yang tidak dimiliki oleh kelompok liar."Organisasi yang baru dibentuk?" Bogdan mengernyit tidak suka. "Berani sekali mereka pada Serpenquila.""Bukan organisasi baru biasa," kata Andrius sambil menatap semua orang dengan serius. "Tapi kalian tahu apa yang lebih mengejutkan? Ketuanya adalah Fabrizio Alessio, anak dari Matteo Alessio, tak lain pendiri organisasi Italisa yang telah dibubarkan oleh Tuan Martinez."Semua anggota lagi
"Bagaimana, Van? Kau puas?"Pria dengan setelan tuxedo mahal itu menyeringai tipis. Mata abu-abunya bergerak meneliti senapan laras panjang yang berada dalam genggamannya. Ia menyisir rambut hitamnya, kemudian seringainya melebar."Ini benar-benar sesuai dengan seleraku," ucapnya dengan suara bariton yang dalam. Van Dominguez meletakkan senapan itu kembali ke kotak kayu dan menatap rekannya. "Fabrizio, sekarang kau sudah ahli dalam memilih senapan. Itu peningkatan yang bagus."Fabrizio menyeringai bahagia. Pria berusia 20 tahun itu terlihat bangga dengan dirinya sendiri. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa membuat Van memujinya. "Terima kasih, aku mendapatkannya dengan susah payah di pasar gelap."Sejak kerja sama keduanya, Fabrizio telah belajar banyak hal dari seorang Van Dominguez. Ia mengagumi pria itu dan sekarang mengajaknya untuk meruntuhkan Serpenquila. Suatu kebetulan tak terduga karena Van juga memiliki dendam pada Martinez Linford.Setelah kematian ayahnya, Fabrizio telah