Chapter: 143. Sehari Sebelum PernikahanMirabesy menyiapkan tiga gaun pernikahan yang telah dijahit secara khusus untuk Bella.Besok adalah hari pernikahannya. Semuanya telah ditata pada tempatnya. Dekorasi. Kue pengantin. Makanan dan minuman. Bingkisan hadiah. Buket bunga. Kursi-kursi tamu. Area dansa. Dan terakhir, susunan acara.Bella merasa sangat gugup sejak pagi, meskipun ia telah melewati acara pertunangan yang tidak jauh berbeda.Tetapi pernikahan... adalah sesuatu yang jauh lebih sakral dan dalam dibanding sebuah pertunangan. Sebuah ikatan suci yang mengikat takdir dua insan dihadapan Tuhan. Menyatukan jiwa dan perasaan mereka ke dalam hubungan yang lebih serius dan kompleks.Setidaknya, itulah yang Bella pahami.Ia akan menyerahkan hidupnya pada Damian, begitu pula sebaliknya.Bella selalu menganggap kalau pernikahan adalah akhirnya. Ia hanya akan mencintai satu pria dalam hidupnya, dan dialah yang akan menjadi suaminya. Tidak ada yang lain.Damian.Damian Linford. Atau, Bella kecil yang lebih suka dengan Damian
Last Updated: 2025-05-05
Chapter: 142. Persiapan Pernikahan“Letakkan di sana, ya taruh dengan benar. Jangan sampai lecet!”“Bunga itu letakkan di tengah! Susun semuanya dengan mawar dan bunga bakungnya.”“Kainnya dibentangkan! Jangan sampai kusut!”Mirabesy tanpa lelah mengatur dekorasi yang datang untuk pernikahan Damian dan Bella. Tempatnya diselenggarakan di aula sayap utama. Ruangan itu akan dihias dengan aneka mawar, dipadukan dengan bakung putih dan baby's breath.Mirabesy ingin nuansa putih dan lembut yang indah, layaknya janji pernikahan yang suci.Para pelayan sudah mondar-mandir sejak pagi, membawakan segala hal yang Mirabesy suruh. Suasana di mansion begitu sibuk dan riuh, tidak ada seorang pun yang duduk diam tanpa melakukan apa pun. Sementara itu, Helena bersama Melinda, Mochelle, Erina, dan Verona menyibukkan diri di dapur dengan membuat kue. Mereka memilih untuk membuat kue pernikahan 3 tingkat secara tradisional sesuai kebiasaan kota Hinton.Bella sendiri tidak diperkenankan untuk ikut membantu. Ia disuruh untuk menghabiskan
Last Updated: 2025-05-03
Chapter: 141. Kekasihnya, Cintanya, dan Hidupnya“Piceus!” Bella berlari menghampiri istal yang berada di belakang markas. Istal itu baru dibangun setelah Piceus dibawa ke markas. Damian menyadari bahwa hutan luas dan padang di belakang markas jauh lebih cocok untuk Piceus. Kuda hitam gagah itu meringkik ketika melihat Bella, seolah tengah menyambut kedatangan gadis itu. “Sudah lama aku tidak melihatmu,” ucap Bella, tersenyum sumringah. Ia mengelus leher Piceus, kemudian memeluknya dengan ringan. “Bagaimana kabarmu?” Piceus kembali meringkik dan satu kakinya mengais-ngais tanah. Bella dan Damian tertawa. “Piceus juga merindukanmu,” sahut Damian, terkekeh. “Di sini, dia suka dengan suasana ramai dari anak-anak yang berlatih. Aku membiarkan mereka bermain dengan Piceus asal tidak menungganginya.” Bella mengelus-ngelus kepala Piceus. “Jadi hanya kau yang menungganginya?” “Sudah beberapa bulan aku tidak melakukannya. Jadi, mau berkuda bersama?” Bella menatap Damian sepenuhnya, lalu pintu belakang markas yang tertutup. Anak-anak i
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: 140. Awal BaruMusim semi datang dengan cepat.Setelah melewati musim dingin yang suram dan membekukan, matahari yang bersinar keemasan di langit terasa begitu hangat.Bella menghirup napas dalam-dalam saat melangkahkan kakinya ke halaman. Pagi itu, langit berwarna biru, dipenuhi awan putih yang mengembang, empuk seperti bantal.“Kau tampak sangat senang,” ucap Damian, muncul di belakang Bella. Dengan santai, ia melingkarkan lengannya di sekeliling tubuh Bella.“Aku suka musim semi,” gumam Bella.“Aku juga suka.”Bella mendongak. “Benarkah? Kenapa?”“Karena kau menyukainya, Sayang.” Damian menyeringai tipis, lalu mengecup puncak kepala Bella.Bella tertawa kecil. “Masih pagi.”“Aku bisa menggodamu setiap saat, kapan saja, dan di mana saja, Sayangku,” katanya dengan senyum miring.“Apa itu sesuatu yang patut dibanggakan?”“Tentu saja.”Bella spontan tertawa. Damian terkekeh dan mengecup puncak kepalanya sekali lagi. Ia melepaskan pelukannya, kemudian beralih menggenggam tangan Bella.“Sudah siap untu
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: 139. ‘Kita Semua Akan Baik-baik Saja’“Bagaimana perasaanmu, Sayangku?”Bella menyandarkan punggungnya ke dada Damian dan menghela napas. “Jauh lebih baik,” ucapnya, tersenyum tipis. Ia mendongak dan Damian mengecup lembut dahinya.Damian baru kembali dari markas ketika melihat Bella sedang melangkah keluar kamar menuju balkon. Setelah hampir seminggu, dia sudah bisa berjalan-jalan, meskipun pergerakannya masih terbatas. Memar di tubuhnya juga mulai memudar seiring dengan salep yang diberikan oleh Dokter Jeanna.Bella menggeser posisinya di atas paha Damian dan beralih memeluk leher pria itu. Tangan Damian dengan sigap memeluk pinggang Bella, sementara satu tangannya yang bebas menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinga.Mata Damian bergerak menelusuri wajah kekasihnya. Senyum perlahan terbit di bibirnya. “Cantik,” bisiknya, membelai pipi Bella. Tangannya berhenti di bekas samar tamparan di pipi Bella dan senyum Damian berubah menjadi sendu.“Ada apa?” Bella mengerutkan kening melihat ekspresi Damian.Damian menggel
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: 138. Kematian LesterLangit kelabu menaungi kota Rainelle. Angin kencang tak henti-hentinya berembus, menampar-nampar wajah Damian dengan keras. Sore itu, hujan sepertinya akan turun menyapa.Damian berdiri diam dibalik batang pohon pinus. Matanya tertuju pada bangunan tua yang berdiri di seberang jalan. Bau karat besi dan sampah busuk menyengat hidungnya, tetapi ia tetap berdiri di sana.Damian menggenggam erat pistolnya dan menajamkan pandangan. Urat sarafnya terasa tegang. Sudah setengah jam ia menunggu, tetapi Lester tak kunjung menampakkan batang hidungnya.Dari informasi yang ia dapatkan, Lester kembali ke rumah lamanya hari ini untuk melakukan transaksi. Damian tidak akan membiarkan pria itu lolos begitu saja. Dia mengambil andil sangat besar dalam rencana penculikan Bella.“Ya, para keparat itu sudah mati.”Sebuah suara terdengar dari seberang jalan. Damian menatap waspada dan menempelkan tubuhnya ke pinus di belakangnya.Sedetik kemudian, Lester muncul dengan ponsel yang menempel di telinga. Dia
Last Updated: 2025-03-12
Chapter: 84. Pengakuan dari HatiBermain api? Sejak kapan tepatnya?Arsen termangu di tempat, mencoba memikirkan kembali segala hal yang telah Kiran katakan padanya. Bahkan perkataan Layla tentang teman laki-laki Olivia kembali terngiang. Suara-suara aneh yang terdengar saat ia menelepon Olivia... semuanya muncul dalam kepalanya. Membentuk sebuah alur yang saling berhubungan.Apa yang selama ini telah Olivia lakukan ketika tidak bersamanya?Seharusnya Arsen merasa cemburu atau kecewa, tetapi hanya ada perasaan marah yang tertinggal di dadanya. Seolah-olah ia hanya marah karena merasa Olivia telah menipunya, dan bukan karena hubungan keduanya sebagai sepasang kekasih. Arsen bertanya-tanya kenapa ia tidak merasa sedih atau pun terpukul.Rasa cinta itu telah menghilang... atau memang tidak pernah ada?Arsen menghela napas dan meraih map yang Marlon berikan. Itu adalah beberapa foto Olivia yang tengah berada di bar, keluar dari bar, dan dijemput oleh seorang pria yang memakai topi. Wajahnya tidak terlihat di bawah cahaya
Last Updated: 2024-06-04
Chapter: 83. Terungkapnya Olivia“Pelan-pelan saja,” kata Layla, menuntun Arsen untuk berjalan ke kamar. Dokter telah memperbolehkannya untuk pulang, dengan syarat Arsen harus rutin meminum obatnya. Kepalanya tidak lagi berdenyut nyeri, tetapi kakinya masih terasa sakit saat dipakai berjalan. Arsen setidaknya harus berjinjit-jinjit selama tiga hari sampai kakinya bisa ditekan ke lantai. “Pelan-pelan, jangan biarkan kakimu terlipat.” Layla kembali memberi instruksi, dengan hati-hati membantu Arsen untuk duduk di tepi tempat tidur. Layla membungkuk untuk melepaskan lingkaran lengan Arsen di bahunya dan puncak hidung mereka tidak sengaja bertemu. Tatapan mata Arsen terpaku padanya, begitu intens hingga membuat perut Layla bergejolak. Ia menelan ludah dan menjauhkan diri, mendadak merasa gugup. “Apa kau ingin buah potong?” tanya Layla, mengucapkan apa pun yang ada di otaknya. “Kau seharusnya beristirahat, Layla,” ucap Arsen, nada suaranya terdengar khawatir. Tatapannya kini terpaku pada lantai. “Tidak apa-apa. A
Last Updated: 2024-06-01
Chapter: 82. Lebih Dekat"Arsen?! Arsen, sadarlah!"Layla mengguncang keras bahu Arsen dan terdengar erangan kesakitan. Mata Arsen perlahan terbuka, tangannya menyentuh sisi kepalanya yang sempat terbentur. Ia kembali mengerang, merasakan denyutan menyakitkan ketika mencoba bergerak."Apa kepalamu sakit? Apa kau bisa mendengarku?" Layla bertanya dengan panik, ketakutan menjalari tubuhnya. Setelah mobil menghantam pohon, Arsen sempat kehilangan kesadaran. Layla telah mencoba beberapa kali sampai akhirnya Arsen membuka mata. "Aku—aku telah menelepon ambulans. Tolong bertahanlah, Arsen."Alih-alih menjawab, Arsen yang baru menyadari situasi dengan cepat menatap Layla. Gerakan itu membuat kepalanya berdenyut sakit, pamdangannya kabur, dan erangan kesakitan kembali lolos dari bibirnya. Tetapi mengabaikan hal itu, Arsen lebih mengkhawatirkan kondisi Layla. "Apa kau baik-baik saja, Layla? Apa ada yang terluka?" Matanya memindai tubuh sang istri dari atas sampai ke bawah."Tidak, aku tidak apa-apa. Justru kau yang bu
Last Updated: 2024-05-15
Chapter: 81. KecelakaanArsen akan pulang malam ini.Layla tersenyum sambil menentang belanjaannya di kedua tangan. Ia baru saja membeli bahan kue di toko dan berniat untuk membuat kue sebelum Arsen tiba di rumah.Katanya, dia akan tiba sekitar jam sembilan malam.Sinar matahari sore menerpa wajah Layla ketika melangkah ke beranda toko. Gerimis ringan membasahi tanah, dan sepertinya akan berubah menjadi hujan deras.Layla terdiam dan menimbang-nimbang untuk langsung memesan taksi atau singgah di toko buah di seberang jalan. Saat ia tengah berpikir, ponselnya mendadak berdering.Arsen.Layla segera mengangkatnya. "Halo, Arsen?""Layla, kau di mana?"Apakah Arsen sudah tiba di rumah? "Aku—di toko bahan kue. Apa kau sudah sampai?""Ya, aku baru saja sampai dan terkejut karena rumah kosong."Layla tercengang. Ini baru jam enam sore, ia kira Arsen akan tiba pukul sembilan nanti. "Aku tidak tahu, aku minta maaf. Aku kira kau akan tiba malam nanti?""Iya tadinya, tapi penerbangannya tidak ditunda lagi, jadi aku bis
Last Updated: 2024-05-10
Chapter: 80. Dua SisiBulan di balik jendela bersinar terang. Tidak seperti biasanya, malam ini cerah tanpa hujan deras yang mengguyur.Memasuki puncak musim hujan, hari-hari Layla selalu ditemani oleh langit mendung, awan hitam yang menggantung, angin kencang, aroma petrikor dan tanah yang basah, juga air hujan yang mengetuk atap.Musim hujan adalah defenisi dari pernikahannya. Tetapi bukan berarti ia berharap musim panas menjadi awal pertemuannya dengan suaminya.Ia sudah menerima apa yang terjadi dan akan bersabar menghadapinya. Seperti kata ibunya, inilah takdirnya.Layla menarik guling dan berbaring miring menatap pemandangan halaman belakang. Di lantai dua kamarnya, ia membayangkan pohon angsana juga kolam yang tenang di rumahnya.Sekarang sudah hampir tengah malam. Layla bertanya-tanya, apa Arsen sudah tidur? Dia telah sampai dengan selamat bersama ayahnya dan berjanji akan menelepon.Layla menunggunya sejak makan malam, tetapi ia pikir Arsen pasti kelelahan. Ia tidak ingin mengusik pria itu, jadi La
Last Updated: 2024-05-06
Chapter: 79. Menunggu Cinta itu Datang"Terima kasih, Pak. Nanti jemput saya lagi hari Jumat sore, ya.""Baik, Nona."Layla mengangkat tas berisi beberapa pakaiannya dan menyeberangi jalan. Ditatapnya rumah orang tuanya, kemudian senyumnya mengembang.Rasanya sudah lama sejak ia terakhir kali bertemu ibunya secara langsung. Mereka sering bertukar kabar lewat telepon, tetapi sulit untuk bertemu karena jarak yang jauh. Sekarang, ia memilih untuk menemani ibunya selama Arsen dan ayahnya pergi.Layla melangkah melewati pagar ketika ibunya muncul dengan tergopoh-gopoh. "Padahal Ibu berniat menjemputmu, Sayang.""Tapi aku sudah di sini, Ibu. Apa aku harus kembali lagi ke rumah?" kata Layla bercanda dan keduanya tertawa.Melissa menarik satu-satunya anak perempuannya itu ke dalam dekapan, lalu memeluknya erat-erat. Melepaskan kerinduan setelah sekian lama tak bertemu."Bagaimana kabar, Ibu?" Layla membenamkan wajahnya di pundak ibunya."Ibu baik, Sayang. Malah sangat baik setelah ayahmu mendapat proyek dari Nak Arsen. Ibu sangat s
Last Updated: 2024-05-05