Share

Gadis Lugu Milik CEO Duda
Gadis Lugu Milik CEO Duda
Author: Aeris Park

1. Pertemuan Tidak Terduga

Suara baling-baling helikopter terdengar bising dari atas rooftop sebuah perusahaan yang memiliki lambang huruf D besar di bagian depan. Tidak lama kemudian seorang lelaki berwajah tampan terlihat turun dari atas helikopter tersebut.

Lelaki bernama Marcellio Devan itu baru saja menghadiri rapat penting di luar kota. Dia memang sering memakai helikopter jika ada pekerjaan di luar kota agar tidak terjebak macet sekaligus untuk mempersingkat waktu.

Cuaca siang ini cukup panas, Devan pun mengeluarkan kaca mata hitam dari saku kemeja untuk melindungi matanya. Rambut Devan tampak berantakan karena angin yang berembus sedikit kencang. Namun, semua itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Apa jadwalku setelah ini?" tanya Devan pada lelaki paruh baya yang menjadi orang kepercayaannya.

"Anda harus menjemput Nona Cherry di sekolah, Tuan," jelas Pramudya.

Devan menghela napas panjang. Sebenarnya dia merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Namun, dia sudah berjanji akan menjemput Cherry di sekolah.

"Baiklah, siapkan mobil karena aku ingin menyetir sendiri."

"Baik, Tuan." Pramudya mengangguk patuh.

***

Devan mengemudikan Mercedes Benz G65 miliknya sedikit kencang membelah jalanan ibu kota yang terlihat ramai lancar. Empat puluh lima menit kemudian dia akhirnya tiba di sekolah Cherry. Sekolah Cherry terlihat sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Devan bisa membayangkan anak perempuannya itu pasti merajuk karena dia terlambat menjemput.

Devan pun bergegas menuju ke kelas Cherry. Helaan napas lega sontak lolos dari bibirnya ketika melihat Cherry yang sedang duduk di bangku kecil yang berada di depan kelas sambil memainkan kedua kakinya. Cherry pasti merasa bosan karena menunggunya yang tidak kunjung datang.

Devan perlahan mendekat, lantas berjongkok tepat di depan Cherry. "Maaf papa terlambat. Apa Cherry sudah menunggu lama?" tanyanya sambil mengusap rambut Cherry dengan lembut.

Cherry mengangkat kepalanya perlahan lalu menatap Devan yang berjongkok tepat di hadapannya dengan bibir yang mengerucut kesal. "Papa ke mana saja? Kenapa Papa telat jemput Cherry? Cherry kan, bosan nunggu Papa dari tadi."

"Papa tadi ada meeting di luar kota, Sayang. Maaf sudah membuat Cherry menunggu lama."

"Cherry mau es krim!" ucap Cherry sambil melipat kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk protes karena Devan terlambat menjemputnya.

Devan malah tersenyum karena Cherry terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah. Tanpa menunggu lama dia pun mengiyakan permintaan putrinya.

"Asyik! Terima kasih, Papa." Cherry sontak turun dari atas tempat duduknya lalu memeluk Devan dengan erat.

"Sama-sama. Papa tidak dicium, nih?" tanya Devan sambil menyodorkan pipinya ke Cherry.

Cherry pun mengecup kedua pipi Devan bergantian. Devan gemas sekali melihatnya. Dia pun menggendong Cherry menuju mobilnya yang terpakir di halaman sekolah lalu pergi ke toko es krim.

***

"Papa tahu nggak? Teman Cherry tadi dijemput sama mamanya. Mamanya cantik sekali," celoteh Cherry sambil menikmati es krim vanilla dengan toping biskuit oreo favoritnya.

Devan menghela napas panjang, lalu mengambil selembar tisu yang ada di atas meja untuk membersihkan mulut Cherry yang belepotan es krim.

"Habiskan es krimmu dulu, Sayang. Setelah itu baru bicara." Devan terlihat begitu telaten membersihkan mulut Cherry.

Cherry mengangguk lantas kembali menikmati es krimnya.

Devan diam-diam memperhatikan Cherry dengan lekat. Cherry mirip sekali dengan mendiang istrinya. Mata, hidung, dan bibir anak itu mirip sekali dengan Elea. Sedangkan rambutnya yang hitam sama seperti dirinya. Hanya itu, sementara yang lain mirip Elea.

Entah kenapa semakin lama memperhatikan Cherry membuat Devan semakin rindu dengan mendiang istrinya.

Tidak terasa sudah lima tahun lebih Elea pergi meninggalkan mereka dan sampai sekarang tidak ada wanita yang mampu menggeser nama Elea dari dalam hatinya. Padahal sang ibu sudah sering menyuruhnya untuk segera menikah.

"Sudah selesai makannya?" tanya Devan karena melihat Cherry meletakkan sendoknya.

"Sudah," jawab Cherry sambil memamerkan dua buah gigi depannya yang besar seperti kelinci.

Devan pun segera meminta bill pada pelayan lalu membayar pesanannya sebelum pulang.

"Argh!"

Cherry sontak memeluk leher Devan erat-erat karena mendengar teriakan seorang gadis bermata hezel yang duduk di depan toko es krim. Gadis cantik bernama Seika Alba itu merasa sangat kesal karena kekasihnya tidak kunjung datang padahal dia sudah menunggu hampir dua jam. Dia akhirnya memutuskan untuk pulang karena kekasihnya itu tidak akan pernah datang.

"Papa, Cherry takut."

Devan pun mengusap punggung Cherry dengan lembut agar merasa lebih tenang.

"Dasar gadis gila!" desisnya terdengar kesal karena Seika membuat Cherry ketakutan.

Comments (14)
goodnovel comment avatar
Dila Dila
bagus cerita ny
goodnovel comment avatar
Anas Tasya
belum bisa suka
goodnovel comment avatar
Lenia Lende
bagus cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status