Share

2. Kapan Kawin?

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2023-01-10 22:05:26

"Aku pulang." Seika berjalan memasuki rumahnya sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan kesal.

"Kok, udah pulang, Dek? Katanya tadi mau kencan?" tanya Satria heran karena Seika tadi pamit ingin pergi berkencan dengan kekasihnya.

"Nggak jadi." Seika menuju dapur lalu meneguk segelas air putih yang ada di atas meja hingga tandas. Kekesalan tergambar jelas di wajah cantiknya. Seika merasa sangat kesal karena Arka lagi-lagi tidak datang, padahal mereka sudah berjanji akan menonton film bersama.

Menyebalkan!

"Apa Arka tidak datang lagi?"

"Berisik!" sengit Seika menatap Satria tajam.

Satria sontak tertawa, dia sudah menduga kalau Seika pasti akan gagal berkencan dengan Arka. Padahal dia sudah sering memberi tahu Seika kalau Arka bukan cowok baik. Namun, adik kandungnya itu tidak pernah mempercayai ucapannya. Semoga saja Seika cepat sadar lalu mengakhiri hubungannya dengan Arka.

"Kamau udah makan belum?"

"Belum ...," jawab Seika manja.

"Makan dulu, gih! Abang tadi udah buat nasi goreng sama telur mata sapi kesukaan kamu." Satria mengusap puncak kepala Seika dengan penuh sayang. Dia sekarang memiliki tanggung jawab besar terhadap Seika karena kedua orang tuanya sudah meninggal.

Satria diam-diam menyimpan perasaan bersalah yang sangat dalam karena dia belum bisa menjadi kakak yang baik untuk Seika. Seharusnya dia menyekolahkan Seika sampai ke jenjang yang lebih tinggi karena adik kandungnya itu termasuk siswi yang berprestrasi. Namun, dia hanya bisa menyekolahkan Seika sampai tamat SMA karena keterbatasan biaya. Seika bahkan sekarang membantunya bekerja untuk melunasi hutang kedua orang tuanya.

"Serius, Bang?" Wajah Seika sontak berbinar karena mendengar makanan kesukaannya.

"Iya."

"Asyik! Terima kasih, Bang!" Seika memeluk Satria dengan erat. Tingkah gadis itu sangat kekanakan padahal usianya sudah dua puluh tahun.

"Gimana kerjaan kamu hari ini? Lancar?"

Seika mengangguk karena mulutnya sibuk mengunyah makanan. Setelah menganggur selama setahun lebih akhirnya dia mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan properti yang cukup terkenal walaupun hanya sebagai office girl.

"Jangan lupa cuci piringnya kalau sudah selesai makan."

"Siap, Abang!"

***

Devan memasukkan Mercedes Benz G65 miliknya di garasi ketika tiba di rumah. Cherry terlihat tertidur lelap di bangku samping kemudi, sepertinya anak itu kelelahan setelah belajar di sekolah seharian.

Devan pun menggendong Cherry sampai ke kamar lalu membaringkan anak perempuannya itu dengan hati-hati di atas tempat tidur. Setelah itu dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Cherry sampai sebatas bahu.

"Mimpi indah, Sayang." Devan mengecup puncak kepala Cherry dengan penuh sayang lalu beranjak meninggalkan kamar sambil memutar kepalanya ke kiri lalu ke kanan.

Devan merasa sangat lelah karena dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di kantor. Dia memang sengaja menyibukkan diri dengan bekerja karena pekerjaan bisa mengalihkan pikirannya dari mendiang sang istri.

Devan pun berbaring di sofa yang berada di ruang tengah lalu memejamkan mata perlahan. Dia ingin beristirahat sebentar sebelum kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tiba-tiba saja sang ibu datang lalu memberinya secangkir teh panas padahal kedua matanya baru beberapa menit terpejam.

"Ini, minum dulu tehnya, Van." Diana mengulurkan secangkir teh panas yang dibawanya ke Devan.

Devan menerimanya lantas mengucapkan terima kasih. Aroma melati yang menguar dari minuman tersebut seketika menyeruak di indra penciumannya. Aromanya sangat menenangkan.

Devan pun menyesap sedikit minuman tersebut lalu meletakkannya di atas meja.

"Apa kamu nggak capek hidup kayak gini terus, Van?"

"Maksud, Mama?" tanya Devan tidak mengerti.

"Andai saja kamu punya istri, pasti ada orang yang mengurus kamu. Apa kamu nggak ingin menikah lagi, Van?" Diana mencoba membujuk Devan agar mau menikah lagi. Orang tua mana yang tidak khawatir melihat putranya yang betah menduda selama lima tahun.

"Memangnya Mama pikir nyari istri gampang," ucap Devan sedikit kesal karena sang ibu mulai membahas tentang pernikahan.

"Kamunya saja yang nggak mau nyari istri lagi." Diana memutar bola mata malas karena Devan selalu memberi jawaban yang sama ketika ditanya kapan nikah.

"Kebetulan sekali anak teman mama juga ada yang nyari jodoh. Namanya, Siska. Kamu mau ya, mama kenalin sama Siska?"

"Tidak mau," tolak Devan langsung.

Diana menghela napas panjang karena Devan langsung menolak permintaannya. "Mama tuh, kasihan sama Cherry, Van. Sejak bayi dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sosok ibu."

"Mama tenang saja. Devan bisa menjadi ayah sekaligus ibu yang baik untuk Cherry."

Diana berdecak kesal. "Kamu tidak bisa melakukan dua peran sekaligus, Van. Menikahlah lagi demi Cherry. Mama mohon ...."

"Sudahlah, Ma. Devan balik ke kantor dulu." Devan buru-buru menghabiskan teh-nya lalu pamit pada Diana untuk pergi ke kantor.

Diana menghela napas panjang. Entah kenapa susah sekali membujuk Devan agar mau menikah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Makin penasaran dengan lanjutannya
goodnovel comment avatar
Nike Florest Sinaga
menarik,ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Zainab Nasra Lawadi
cerita x bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   Ekstra Part 2

    Devan mengerjapkan kedua matanya perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat Seika yang masih tertidur lelap di dalam dekapannya.Waktu ternyata berjalan dengan begitu cepat. Tidak terasa sudah dua tahun lebih dia menjalani hidup rumah tangga bersama Seika. Devan pikir dia akan merasa jenuh, tapi perasaannya pada Seika ternyata tidak berubah, malah tumbuh semakin besar.Devan mendekap Seika semakin erat lalu mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir gadis itu. Sebuah rutinitas yang selalu dia lakukan setiap pagi."Kamu udah bangun, Mas?" "Iya."Tumben banget Mas udah bangun. Memangnya sekarang jam berapa, sih?"Devan melirik jam yang menempel di dinding kamar sebelum menjawab pertanyaan Seika."Hampir jam tujuh."Kedua mata Seika sontak terbuka, dia ingin bangun karena harus menyiapkan sarapan untuk Devan dan Cherry, tapi kepalanya mendadak terasa pusing."Kamu baik-

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   Ekstra Part 1

    Devan terpaksa menunda bulan madunya yang kedua bersama Seika karena Bara tidak memberinya waktu untuk beristirahat sedikit pun semenjak menggantikan Pramudya menjadi sekretaris sekaligus orang kepercayaannya. Sejak pagi dia harus memeriksa laporan, lalu meninjau proyek pembangunan hotel baru miliknya setelah itu bertemu dengan beberapa investor dari luar negri sampai sore. Rasanya benar-benar melelahkan.Devan melonggarkan dasi yang terasa seperti mencekik lehernya setelah itu menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. Helaan napas panjang lolos dari bibirnya setelah melihat tumpukan berkas yang ada di atas meja. Entah kenapa berkas tersebut masih banyak padahal dia sudah memeriksanya sejak tadi."Aku sudah selesai merevisi perjanjian kerja sama dengan CT Corp. Jangan lupa baca berkas perjanjian itu dengan teliti sebelum tanda tangan." Bara meletakkan berkas yang dibawanya tepat di depan Devan."Apa kamu tidak lihat sekarang jam berapa?"Bara melihat benda mungil bertali yang m

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   100. Perfect Happines

    "Jadi gimana? Mas udah dapat izin dari Bara buat ajak aku tinggal di rumah lagi?" Seika meletakkan sendoknya karena es krim-nya sudah habis.Mereka mampir ke sebuah toko es krim setelah menjemput Cherry di sekolah. Devan seperti seorang pengasuh yang sedang menjaga dua bayi sekarang, sejak tadi yang dia lakukan hanya diam memandangi Seika dan Cherry yang begitu lahap menyantap es krim mereka."Mau tambah lagi?"Seika refleks mengangguk mendengar pertanyaan Devan barusan karena satu gelas es krim tidak akan bisa membuatnya kenyang. Namun, sedetik kemudian dia menggelengkan kepala. "Ish ... jawab dulu pertanyaanku. Bara ngasih Mas izin nggak buat bawa aku?"Devan mengangguk lalu mencomot satu buah cookies milik Cherry yang ada di atas meja. Rasanya ternyata terlalu manis dan Devan kurang menyukainya, kecuali bibir Seika. Entah kenapa bibir gadis itu seperti candu yang membuatnya selalu ketagihan."Sungguh?" Seika menatap Devan dengan pandangan tidak percaya."Iya ...," jawab Devan sambi

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   99. Syarat

    Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam ruangan serba putih itu tidak berhasil mengusik sepasang sejoli yang sedang tidur di atas ranjang. Seika tidur begitu nyenyak dalam dekapan Devan. Dia bahkan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Devan seolah-olah dada lelaki itu adalah tempat paling nyaman baginya.Devan semakin mempererat dekapannya ketika merasakan pergerakan kecil dari Seika. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika teringat dengan kejadian yang dialaminya semalam. Devan tidak pernah menyangka kalau Seika akhirnya mau memaafkan semua kesalahannya dan memberi kesempatan. Padahal kesalahan yang dia lakukan sangat fatal. Dia benar-benar beruntung.Devan bersumpah, dia akan berusaha untuk membahagiakan Seika dan tidak akan pernah menyakiti hati gadis itu. Itu janjinya."Terima kasih sudah memberi saya kesempatan, Seika. I love you ...." Devan mengecup puncak kepala Seika dengan begitu dalam seolah-olah mencurahkan seluruh perasaannya pada gadis itu.Apa yang

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   98. Love Began

    "Seika."Seika tergagap ketika Bara menyentuh lengannya pelan."Kita sudah sampai."Seika mengedarkan pandang ke sekitar. Dia tidak menyadari jika mobil yang membawanya berhenti di depan rumahnya karena terlalu memikirkan Devan.Bara melepas sabuk pengamannya, setelah itu turun dan membukakan pintu mobil untuk Seika. "Hati-hati," ucapnya sambil menaruh telapak tangannya di atas puncak kepala Seika untuk melindungi gadis itu.Seika mengangguk, dia turun dengan hati-hati dari mobil Bara. Namun, dia nyaris terjatuh karena kedua lututnya terasa gemetar, untung saja Bara dengan cepat menahan tubuhnya."Kamu baik-baik saja?" Raut cemas tergambar jelas di wajah tampan Bara. Kedua tangannya melingkar di pinggang Seika dengan erat."Kepalaku pusing."Tanpa banyak kata Bara menggendong Seika ala brydal style masuk ke dalam rumahnya. Seika menyandarkan kepalanya di dada bidang Bara, tubuhnya terasa sangat lemas karena kebanyakan menangis. Apa lagi tidak ada makanan apa pun yang masuk ke dalam pe

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   97. Apa Ini Akhir?

    Bara menghela napas panjang, padahal tadi siang langit terlihat begitu cerah. Namun, sekarang malah turun hujan, bahkan sangat deras. Cuaca akhir-akhir ini memang sulit diprediksi, apa lagi di pergantian musim seperti sekarang. Saat siang cuaca terasa sangat panas, tapi bisa sangat dingin ketika malam.Bara melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam delapan malam. Entah kenapa perasaan Bara sejak tadi tidak tenang. Dia terus kepikiran dengan Seika padahal gadis itu pasti sedang bersenang-senang bersama Cherry dan Devan.Jujur saja Bara sampai sekarang masih memiliki perasaan pada Seika. Namun, dia akan berusaha keras melupakan perasaannya karena bagaimana pun juga Seika sudah menjadi milik Devan."Anak ibu kenapa? Ibu perhatikan kamu melamun terus dari tadi."Bara sontak menoleh, menatap sang ibu yang sedang menyentuh lengannya dengan lembut. "Bara baik-baik saja, Bu," jawabnya sambil mengulas senyum pada wanita yang sudah melah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status