Share

3. Cherry Hilang

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 22:48:13

Hari ini sekolah Cherry mengadakan kegiatan di luar sekolah. Anak perempuan berusia lima tahun itu sudah memakai seragam sekolah lengkap dan bando berwarna merah muda.

Devan memang mendidik Cherry dengan sangat baik. Cherry sudah bisa mandi dan memakai seragam sekolah sendiri sejak berumur lima tahun.

"Nenek!" Cherry berlari kecil menghampiri Diana yang sedang duduk di meja makan lalu mengecup kedua pipi wanita paruh baya itu bergantian.

"Wah, cucu nenek sudah cantik." Diana mencubit kedua pipi Cherry dengan gemas. "Nenek tadi sudah membuat roti bakar cokelat keju kesukaan kamu. Ayo, kita sarapan dulu."

"Papa mana, Nek?" tanya Cherry karena tidak melihat Devan di meja makan.

"Papamu sudah berangkat ke kantor."

Wajah Cherry seketika berubah sendu. Padahal Devan kemarin sudah berjanji akan menemaninya pergi karya wisata, tapi sang ayah malah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali karena ada meeting mendadak.

"Cherry jangan sedih, ya? Nenek nanti akan menemani Cherry karya wisata."

Wajah Cherry seketika berbinar mendengar ucapan Diana barusan. "Serius, Nek?"

Diana mengangguk.

"Asyik! Terima kasih, Nek." Cherry turun dari tempat duduknya lalu memeluk Diana dengan erat. Anak itu tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang meskipun tidak mempunyai ibu karena Devan dan Diana sangat selalu menuruti apa pun yang dia inginkan.

***

Seika meletakkan bekal makanan yang dia buat khusus untuk Arka di atas pangkuannya. Hari ini dia sengaja tidak masuk kerja karena ingin bertemu dengan kekasihnya itu.

Mereka berjanji bertemu di taman yang berada tidak jauh dari tempat kerja Arka. Namun, Arka belum belum datang sampai sekarang. Cowok yang menjadi kekasihnya sejak duduk di bangku SMA itu selalu saja datang terlambat. Dan dengan bodohnya dia selalu rela untuk menunggu Arka.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama." Arka tiba-tiba saja datang lalu duduk di samping Seika.

Seika memutar bola mata malas mendengar ucapan Arka barusan. Apa Arka tidak tahu kalau dia nyaris lumutan karena terlalu lama menunggu?

"Aku ingin putus!"

Deg,

Tubuh Seika sontak menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat karena ucapan Arka barusan sukses membuatnya terkejut. Dia pun menatap Arka dengan lekat seolah-olah meminta penjelasan kenapa cowok itu tiba-tiba ingin putus darinya.

"Aku mencintai wanita lain, Ka. Sorry ...," jelas Arka tanpa memikirkan bagaimana perasaan Seika sekarang.

Wajah Seika sontak mengeras, kedua tangannya tanpa sadar mencengkeram kotak makan yang dibawanya dari rumah dengan erat hingga membuat buku-buku jari tangannya terlihat memutih. Seika berusaha keras menahan amarahnya agar tidak menampar cowok berengsek yang duduk tepat di sampingnya untuk melampiaskan amarah.

"Sayang ...," teriak seorang wanita bergaun merah yang berdiri tidak jauh dari mereka. Dia kekasih baru Arka. "Apa kamu masih lama?"

"Sepertinya aku harus pergi sekarang. Sekali lagi maaf ...." Arka beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Seika begitu saja.

Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipi Seika. Dia merasa menjadi gadis paling bodoh yang pernah Tuhan ciptakan karena menaruh hati pada cowok berengsek seperti Arka. Seharusnya dia mempercayai ucapan Satria jika Arka bukan cowok baik karena cowok itu sekarang meninggalkannya demi wanita lain.

"Kamu benar-benar bodoh, Seika ...," gumam Seika menahan sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Padahal dia sudah berusaha menjadi kekasih yang baik untuk Arka, tapi cowok itu malah menyakiti hatinya.

Seika mengusap air matanya dengan kasar. Percuma saja dia menangis karena air matanya terlalu berharga untuk menangisi cowok berengsek seperti Arka. Lebih baik dia fokus pada masa depannya dan menata kembali hatinya yang hancur sudah berantakan.

Seika beranjak dari tempat duduknya lalu membuang kotak makan yang dia bawa ke tempat sampah solah-olah itu adalah Arka. Mulai sekarang dia harus bisa melupakan cowok berengsek itu.

"Ah ...!" Seika sontak menoleh, menatap anak perempuan yang terjatuh tidak jauh darinya. Dia pun cepat-cepat menghampiri anak perempuan itu dan membantunya berdiri.

"Kamu tidak apa-apa?" Seika menatap anak perempuan yang memakai bando merah muda itu dari atas sampai bawah untuk memastikan apakah ada yang terluka. Lutut anak perempuan bernama Cherry itu ternyata tergores dan mengeluarkan sedikit darah akibat terjatuh saat ingin menangkap seekor kupu-kupu.

Seika pun mendudukkan Cherry di bangku kayu yang berada tidak jauh darinya lalu mengambil tisu yang ada di dalam tasnya untuk membersihkan luka Cherry. Setelah itu dia menempelkan sebuah plester luka di atas lutut Cherry dengan hati-hati. Seika memang selalu membawa plester luka ke mana-mana untuk berjaga-jaga karena dia juga ceroboh.

"Jangan nangis, ya. Sebentar lagi pasti sembuh." Seika mengecup lutut Cherry yang terluka dengan penuh sayang seperti kebiasaan yang selalu dilakukan oleh kedua orang tuanya ketika dia sedang terjatuh.

Apa yang dia lakukan berhasil menyentuh hati Cherry. Anak itu seolah-olah menemukan sosok ibu yang selama ini dia idam-idamkan dalam diri Seika.

"Sudah, jangan menangis." Seika menepuk puncak kepala Cherry dengan penuh sayang. Anak perempuan berambut hitam itu benar-benar cantik, pikirnya. Seperti boneka.

"Terima kasih, Mama."

"Hah?!" Seika terkejut karena Cherry tiba-tiba memanggilnya mama. Apa dia terlihat seperti ibu-ibu?

"Kenapa kamu memanggil kakak, mama?"

"Karena Cherry suka," jawab anak itu polos.

"Panggil kak Seika saja, ya?" Seika mencoba membujuk Cherry karena dia merasa tidak nyaman dipanggil mama.

"Nggak mau. Cherry suka panggil mama."

"Terserah kamu saja, lah." Seika mengibaskan tangan kanannya di depan wajah. Sepertinya dia sudah menyerah menyuruh Cherry agar berhenti memanggil mama.

"Kenapa kamu bisa sampai di sini? Orang tua kamu mana? Mereka pasti khawatir kalau kamu pergi sendirian."

Cherry menatap Seika dengan kening berkerut dalam. Sepertinya anak itu tidak paham dengan apa yang Seika katakan.

Seika menepuk keningnya sendiri lumayan keras setelah menyadari kebodohannya karena dia lupa jika sedang berhadapan dengan anak kecil seperti Cherry.

"Maaf kalau kakak membuatmu bingung. Kakak bantu cari mama kamu, ya?"

"Cherry nggak punya mama, Cherry cuma punya papa sama nenek."

Seika terkejut mendengar ucapan Cherry barusan karena anak itu ternyata tidak mempunyai ibu. "Maaf, kakak tidak tahu. Kalau begitu kakak bantu cari papa sama nenek kamu, ya? Kamu bisa jalan nggak?"

Cherry menggeleng pelan membuat Seika sontak menghela napas panjang. Sepertinya dia harus menggendong Cherry karena anak itu tidak mungkin kuat berjalan.

Sementara itu di tempat lain Diana terlihat sangat panik karena Cherry tiba-tiba menghilang. Sepertinya dia tidak menyadari jika Cherry terpisah dari rombongan karena terlalu asyik bergosip dengan ibu-ibu yang lain.

"Aduh, Cherry. Kamu di mana ...?" desah Diana terdengar khawatir. Dia sudah meminta bantuan pada ibu guru dan wali murid yang lain untuk mencari Cherry. Namun, sampai sekarang cucu kesayangannya itu belum juga diketemukan.

Bagaimana kalau Cherry diculik?

"Astaga!" Diana semakin panik. Dia pun mengambil ponselnya yang ada di dalam tas karena ingin menelepon Devan.

"Halo, Devan. Cherry hilang!"

"APA?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Kemana perginya chery
goodnovel comment avatar
Tomi Miew
penasaran sama fart selanjutnya, asyik juga ini cerita.. lanjut...
goodnovel comment avatar
Nur Hasanah
selanjunya pertemuan pertama Devan dan Seika
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   Ekstra Part 2

    Devan mengerjapkan kedua matanya perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat Seika yang masih tertidur lelap di dalam dekapannya.Waktu ternyata berjalan dengan begitu cepat. Tidak terasa sudah dua tahun lebih dia menjalani hidup rumah tangga bersama Seika. Devan pikir dia akan merasa jenuh, tapi perasaannya pada Seika ternyata tidak berubah, malah tumbuh semakin besar.Devan mendekap Seika semakin erat lalu mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir gadis itu. Sebuah rutinitas yang selalu dia lakukan setiap pagi."Kamu udah bangun, Mas?" "Iya."Tumben banget Mas udah bangun. Memangnya sekarang jam berapa, sih?"Devan melirik jam yang menempel di dinding kamar sebelum menjawab pertanyaan Seika."Hampir jam tujuh."Kedua mata Seika sontak terbuka, dia ingin bangun karena harus menyiapkan sarapan untuk Devan dan Cherry, tapi kepalanya mendadak terasa pusing."Kamu baik-

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   Ekstra Part 1

    Devan terpaksa menunda bulan madunya yang kedua bersama Seika karena Bara tidak memberinya waktu untuk beristirahat sedikit pun semenjak menggantikan Pramudya menjadi sekretaris sekaligus orang kepercayaannya. Sejak pagi dia harus memeriksa laporan, lalu meninjau proyek pembangunan hotel baru miliknya setelah itu bertemu dengan beberapa investor dari luar negri sampai sore. Rasanya benar-benar melelahkan.Devan melonggarkan dasi yang terasa seperti mencekik lehernya setelah itu menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. Helaan napas panjang lolos dari bibirnya setelah melihat tumpukan berkas yang ada di atas meja. Entah kenapa berkas tersebut masih banyak padahal dia sudah memeriksanya sejak tadi."Aku sudah selesai merevisi perjanjian kerja sama dengan CT Corp. Jangan lupa baca berkas perjanjian itu dengan teliti sebelum tanda tangan." Bara meletakkan berkas yang dibawanya tepat di depan Devan."Apa kamu tidak lihat sekarang jam berapa?"Bara melihat benda mungil bertali yang m

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   100. Perfect Happines

    "Jadi gimana? Mas udah dapat izin dari Bara buat ajak aku tinggal di rumah lagi?" Seika meletakkan sendoknya karena es krim-nya sudah habis.Mereka mampir ke sebuah toko es krim setelah menjemput Cherry di sekolah. Devan seperti seorang pengasuh yang sedang menjaga dua bayi sekarang, sejak tadi yang dia lakukan hanya diam memandangi Seika dan Cherry yang begitu lahap menyantap es krim mereka."Mau tambah lagi?"Seika refleks mengangguk mendengar pertanyaan Devan barusan karena satu gelas es krim tidak akan bisa membuatnya kenyang. Namun, sedetik kemudian dia menggelengkan kepala. "Ish ... jawab dulu pertanyaanku. Bara ngasih Mas izin nggak buat bawa aku?"Devan mengangguk lalu mencomot satu buah cookies milik Cherry yang ada di atas meja. Rasanya ternyata terlalu manis dan Devan kurang menyukainya, kecuali bibir Seika. Entah kenapa bibir gadis itu seperti candu yang membuatnya selalu ketagihan."Sungguh?" Seika menatap Devan dengan pandangan tidak percaya."Iya ...," jawab Devan sambi

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   99. Syarat

    Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam ruangan serba putih itu tidak berhasil mengusik sepasang sejoli yang sedang tidur di atas ranjang. Seika tidur begitu nyenyak dalam dekapan Devan. Dia bahkan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Devan seolah-olah dada lelaki itu adalah tempat paling nyaman baginya.Devan semakin mempererat dekapannya ketika merasakan pergerakan kecil dari Seika. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika teringat dengan kejadian yang dialaminya semalam. Devan tidak pernah menyangka kalau Seika akhirnya mau memaafkan semua kesalahannya dan memberi kesempatan. Padahal kesalahan yang dia lakukan sangat fatal. Dia benar-benar beruntung.Devan bersumpah, dia akan berusaha untuk membahagiakan Seika dan tidak akan pernah menyakiti hati gadis itu. Itu janjinya."Terima kasih sudah memberi saya kesempatan, Seika. I love you ...." Devan mengecup puncak kepala Seika dengan begitu dalam seolah-olah mencurahkan seluruh perasaannya pada gadis itu.Apa yang

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   98. Love Began

    "Seika."Seika tergagap ketika Bara menyentuh lengannya pelan."Kita sudah sampai."Seika mengedarkan pandang ke sekitar. Dia tidak menyadari jika mobil yang membawanya berhenti di depan rumahnya karena terlalu memikirkan Devan.Bara melepas sabuk pengamannya, setelah itu turun dan membukakan pintu mobil untuk Seika. "Hati-hati," ucapnya sambil menaruh telapak tangannya di atas puncak kepala Seika untuk melindungi gadis itu.Seika mengangguk, dia turun dengan hati-hati dari mobil Bara. Namun, dia nyaris terjatuh karena kedua lututnya terasa gemetar, untung saja Bara dengan cepat menahan tubuhnya."Kamu baik-baik saja?" Raut cemas tergambar jelas di wajah tampan Bara. Kedua tangannya melingkar di pinggang Seika dengan erat."Kepalaku pusing."Tanpa banyak kata Bara menggendong Seika ala brydal style masuk ke dalam rumahnya. Seika menyandarkan kepalanya di dada bidang Bara, tubuhnya terasa sangat lemas karena kebanyakan menangis. Apa lagi tidak ada makanan apa pun yang masuk ke dalam pe

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   97. Apa Ini Akhir?

    Bara menghela napas panjang, padahal tadi siang langit terlihat begitu cerah. Namun, sekarang malah turun hujan, bahkan sangat deras. Cuaca akhir-akhir ini memang sulit diprediksi, apa lagi di pergantian musim seperti sekarang. Saat siang cuaca terasa sangat panas, tapi bisa sangat dingin ketika malam.Bara melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam delapan malam. Entah kenapa perasaan Bara sejak tadi tidak tenang. Dia terus kepikiran dengan Seika padahal gadis itu pasti sedang bersenang-senang bersama Cherry dan Devan.Jujur saja Bara sampai sekarang masih memiliki perasaan pada Seika. Namun, dia akan berusaha keras melupakan perasaannya karena bagaimana pun juga Seika sudah menjadi milik Devan."Anak ibu kenapa? Ibu perhatikan kamu melamun terus dari tadi."Bara sontak menoleh, menatap sang ibu yang sedang menyentuh lengannya dengan lembut. "Bara baik-baik saja, Bu," jawabnya sambil mengulas senyum pada wanita yang sudah melah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status