Share

4. Trouble

"APA?" Diana sontak menjauhkan ponselnya dari telinga karena Devan berteriak keras. Dia sudah menduga jika Devan pasti akan terkejut setelah mendengar ucapannya.

"Mama sudah mencari Cherry ke mana-mana, tapi dia belum ketemu, Devan. Lebih baik kamu ke sini sekarang!" Diana menutup sambungan teleponnya dengan paksa sebelum Devan semakin marah pada dirinya.

Devan langsung meninggalkan ruangan rapat begitu saja. Dia tidak peduli akan kehilangan proyek besar karena yang ada pikirannya hanya Cherry sekarang. Lagi pula uang masih bisa dia cari.

Devan pun menyuruh Pramudya agar mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Cherry.

"Baik, Tuan." Pramudya mengangguk patuh lantas melaksanakan perintah Devan.

Devan mengemudikan Mercedes Benz G65 miliknya dengan kencang membelah jalanan ibu kota karena dia ingin cepat-cepat menemukan Cherry. Tiga puluh menit dia tiba di taman. Tanpa menunggu waktu lama dia segera menghampiri Diana.

"Mama!" Devan menatap Diana dengan tajam. Amarah tergambar jelas di wajah tampannya karena sang ibu sudah lalai menjaga putrinya hingga hilang.

Diana hanya bisa menunduk sambil meremas kesepuluh jemari tangannya. Dia bahkan tidak berani menatap Devan karena takut.

"Mama minta maaf, Van. Mama mengaku lalai menjaga Cherry ...."

Devan hanya bisa menghela napas panjang lantas mengedarkan pandang ke sekitar. Devan tidak bisa membayangkan betapa ketakutannya Cherry karena berada di luar sendirian. Lebih baik dia segera mencari anak itu.

"Cepat cari, Cherry!" perintah Devan pada semua anak buahnya.

***

Seika berulang kali menarik napas panjang, setitik keringat pun kembali menetes dari keningnya. Seika merasa sangat lelah karena dia sudah menggendong Cherry lumayan lama. Namun, dia sampai sekarang belum melihat papa dan nenek Cherry.

"Mama, capek?" tanya Cherry polos.

Rasanya Seika ingin sekali mengatakan 'iya'. Namun, dia tidak ingin menyinggung perasaan Cherry.

"Tidak. Kakak akan bantu mencari papa sama nenek kamu sampai ketemu."

"Terima kasih, Mama."

Seika mengangguk. Tubuh gadis itu tiba-tiba menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak karena lima orang berpakaian serba hitam tiba-tiba berdiri mengelilinginya.

"Ada apa ini? Siapa kalian?" Seika tanpa sadar mendekap Cherry semakin erat karena takut kelima orang tersebut memiliki niat yang jahat pada dirinya.

Tiba-tiba saja salah satu dari kelima orang tersebut menarik Cherry dengan paksa dari gendongannya. Gadis kecil itu sontak menangis keras karena ketakutan.

"Hei, lepaskan aku!" teriak Seika karena dua orang lelaki berpakaian serba hitam tersebut memegangi kedua tangannya dengan erat.

"Nona Cherry sudah ketemu Tuan," ucap lelaki yang memakai kaca mata hitam.

"Apa yang kalian lakukan, hah? Aku pasti akan memberi kalian pelajaran karena sudah membuat Cherry menangis!" Seika berusaha melepaskan diri karena ingin menyelamatkan Cherry. Namun, kedua lelaki itu malah memegang tangannya semakin erat.

"Papa!" Cherry berteriak keras saat melihat Devan datang. Dia langsung meminta turun dan digendong oleh papanya itu.

"Syukurlah Cherry sudah ketemu." Diana sontak mengembuskan napas lega. Wanita paruh baya itu tidak bisa membayangkan apa yang akan Devan lakukan pada dirinya jika Cherry tidak pernah ditemukan. Bisa-bisa Devan akan mengirimnya ke panti jompo.

"Sepertinya wanita ini ingin menculik Nona Cherry, Tuan," ucap lelaki berbaju hitam yang memiliki tubuh paling kekar.

"Aku bukan penculik, Bodoh!" Seika menginjak kaki lelaki tersebut lumayan keras hingga meringis kesakitan karena sudah menuduhnya sembarangan.

"Mama bukan penculik, Pa. Tolong lepasin, Mama!" rengek Cherry agar anak buah Devan melepaskan Seika.

"Mama?" Kening Devan berkerut dalam mendengar ucapan Cherry barusan. Siapa orang yang dipanggil mama oleh Cherry?

Apa mungkin ....

Devan sontak menatap seorang gadis bermata hezel yang berdiri tidak jauh darinya. Tidak mungkin gadis yang penampilannya mirip preman pasar ini dipanggil mama oleh Cherry.

"Papa lepasin, Mama!"

Devan tergagap karena Cherry berteriak lumayan keras. Dia pun segera menyuruh anak buahnya untuk melepaskan Seika.

"Lepaskan dia!"

Seika menatap kelima anak buah Devan dengan kesal. Padahal dia bukan orang jahat, tapi mereka memperlakukannya seperti penjahat.

Menyebalkan!

Cherry tiba-tiba minta turun dari gendongan Devan lalu menghampiri Seika dan mengulurkan kedua tangannya.

"Mama, gendong ...."

Seika sebenarnya merasa sangat lelah, tapi dia tidak tega jika menolak keinginan Cherry. Akhirnya dia terpaksa menggendong anak itu lagi.

"Pantas saja kamu tidak mau mama jodohin sama Siska. Ternyata kamu sudah punya calon mama untuk Cherry," ucap Diana sambil menghampiri Seika dengan wajah berbinar. Wanita itu merasa sangat senang karena sebentar lagi akan mempunyai seorang menantu yang cantik seperti Seika.

Devan terlihat bingung karena dia tidak mengerti dengan apa yang baru saja Diana katakan. Pergi ke mana otak cerdasnya?

"Nenek, kenalin. Ini mamanya Cherry." Cherry dengan polos memperkenalkan Seika sebagai mamanya pada Diana. Anak itu terlihat sangat senang karena menemukan sosok ibu yang selama ini dia idam-idamkan.

Seika hanya bisa tersenyum canggung. "Maaf, Tante. Nama saya Seika. Saya tadi tidak sengaja melihat Cherry tersesat sendirian."

"Saya, Diana. Nenek, Cherry. Kamu ternyata masih muda, ya. Saya nggak menyangka kalau Devan memilih kamu menjadi mama tiri Cherry."

Kening Seika berkerut dalam mendengar ucapan Diana barusan. Sepertinya wanita itu salah paham karena dia tidak mempunyai hubungan apa pun dengan papanya Cherry. Dia bahkan baru bertemu dengan lelaki itu hari ini.

"Mama jangan asal bicara. Dia bukan calon istri Devan, Ma!" ucap Devan kesal.

Seika sontak menatap Devan yang berdiri di sebelahnya dengan lekat. Lelaki itu memiliki alis tebal, rahang kokoh, dan hidung mancung. Satu kata untuk menggambarkan wajah Devan. Tampan.

"Tapi Cherry memanggil Seika mama," bantah Diana. Dia tetap yakin jika Seika adalah calon mama tiri Cherry.

"Mama jangan tertipu wajah polosnya! Sekarang banyak kan, orang jahat yang berpura-pura baik?" Devan malah menyeringai. Dia tidak akan tertipu dengan gadis licik seperti Seika yang sudah meracuni pikiran Cherry agar mau memanggilnya mama.

Seika menatap Devan dengan kesal. Rasanya dia ingin sekali menampar wajah Devan yang kelewat tampan karena sudah menuduhnya sembarangan. Padahal dia tidak mempunyai niat sedikit pun untuk menipu mereka.

"Maaf, saya sudah tidak kuat lagi menggendong Cherry." Seika ingin memberikan Cherry ke Devan, tapi anak itu malah memeluk lehernya semakin erat. Padahal dia ingin pulang lalu menghibur diri setelah putus dari Arka.

"Cherry kita pulang, ya?" Devan mengulurkan kedua tangannya, tapi Cherry malah menggelengkan kepala.

"Cherry mau pulang sama Mama."

"APA?!" teriak Seika dan Devan kompak.

"Kalian berdua ternyata kompak sekali! Mari kita pulang," pekik Diana dengan wajah berbinar setelah melihat interaksi di antara Seika dan Devan. Dia pun mengajak gadis itu pulang ke rumahnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Efilianti Lukmansyah
bgs ceritanya
goodnovel comment avatar
Hayati Srie
ketawa baca ny
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
hihihi ...lucu ya mrk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status