Home / Romansa / Gadis Lugu Milik CEO Duda / 5. Orang Kaya Menyebalkan!

Share

5. Orang Kaya Menyebalkan!

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2023-01-11 15:14:35

Seika menatap bangunan megah yang berdiri di hadapannya dengan mulut menganga lebar. Rumah keluarga Marcellio ternyata sangat besar dan memiliki halaman yang sangat luas. Beberapa mobil mewah berjejer rapi di samping rumah tersebut, Seika tidak tahu berapa jumlahnya karena sangat banyak. Dia yakin sekali harga mobil tersebut pasti mahal.

Seika kembali tercengang melihat sebuah tempat lapang yang memiliki simbol huruf H di tengah-tengah lingkaran. Tanpa perlu bertanya Seika yakin sekali tempat tersebut adalah sebuah landasan helikopter. Sepertinya Devan memang sangat kaya dan dia yakin sekali jika harta lelaki itu tidak akan habis selama tujuh turunan.

"Ayo masuk, Sayang." Diana mengajak Seika masuk ke dalam rumahnya.

Mulut Seika sontak menganga lebar karena interior rumah Devan ternyata sangat mewah. Lantai rumah berlantai tiga itu terbuat dari marmer yang berkilau jika terkena cahaya lampu. Lukisan-lukisan kuno koleksi Diana yang terpajang di dinding membuat rumah bergaya klasik tersebut terlihat semakin mewah. Seika tidak pernah berhenti berdecak kagum dibuatnya.

Devan tersenyum sinis melihat Seika yang sibuk mengagumi rumahnya. Entah kenapa gadis itu terlihat sangat bodoh di matanya sekarang. Lebih baik dia pergi ke kamar untuk ganti baju karena kemeja hitam ini membuatnya merasa gerah.

"Rumah Tante bagus banget ...."

Diana tersenyum mendengar pujian Seika. "Terima kasih, Seika. Rumah ini akan menjadi milik kamu kalau kamu sudah menikah dengan Devan."

"Ta-Tante bilang apa?" Seika bertanya karena tidak mendengar ucapan Diana dengan jelas.

"Tante nggak bilang apa-apa. Ayo, lihat-lihat rumah tante yang lain." Diana pun mengajak Seika untuk melihat-lihat isi rumahnya. Lagi-lagi Seika dibuat kagum karena seluruh rumah Devan dihiasi barang-barang mewah. Mereka bahkan memiliki gudang khusus untuk menyimpan anggur.

"Bahkan anggur saja hidup dalam kemewahan," gumam Seika tanpa sadar karena gudang penyimpanan anggur di rumah Devan jauh lebih mewah dibanding rumahnya.

"Kamu bilang apa, Seika?"

Seika gugup bukan main mendengar pertanyaan Diana. Untung saja nenek Cherry itu tidak mendengar ucapannya dengan jelas.

"Bu-bukan apa-apa, Tante," jawab Seika sambil tersenyum kikuk.

"Mama, Cherry lapar."

Seika menghela napas panjang karena Cherry terus-terusan memanggilnya mama. "Jangan panggil mama, ya? Panggil kak Seika saja," jelas Clara pelan-pelan agar Cherry tidak terbiasa memanggilnya mama.

Wajah Cherry seketika berubah sendu, kedua matanya pun terlihat berkaca-kaca, seperti ingin menangis.

Seika lagi-lagi menghela napas panjang. "Baiklah, jangan menangis. Kamu tunggu di sini, ya. Kakak akan mengambil makan dulu untuk kamu." Seika pun meminta Cherry untuk menunggu di ruang tengah lalu meminta tolong Diana untuk mengantarnya mengambil makan di dapur.

"Maaf sudah merepotkanmu, Seika."

"Nggak papa kok, Tante."

Diana menatap Seika dengan lekat. Gadis bermata hezel itu benar-benar peduli pada Cherry padahal mereka baru bertemu dan tidak memiliki hubungan apa pun. Seika benar-benar menantu idaman. Sepertinya gadis itu cocok jika menjadi mama tiri Cherry.

Cherry pun duduk di atas karpet sambil bermain boneka. Devan yang baru saja selesai membersihkan diri langsung menghampiri Cherry dan ikut duduk di bawah bersama putrinya.

"Papa lihat kamu senang sekali, Cherry." Devan mengangkat Cherry lantas mendudukkan anak perempuan berusia lima tahun itu di atas pangkuannya.

"Cherry senang karena di rumah ada mama Seika."

Devan menghela napas panjang. "Kak Seika bukan mamamu, Sayang. Jangan panggil kak Seika mama lagi. Mengerti?"

Cherry menggelengkan kepala. "Nggak mau. Cherry suka mama Seika," ucapnya lirih. Sepertinya Cherry benar-benar merindukan sosok ibu.

"Tapi ...." Devan kehilangan kata-kata karena tidak tega melihat sang anak kembali bersedih. Akhirnya dia membiarkan Cherry memanggil Seika mama karena anak perempuannya itu besok pasti sudah lupa dengan Seika.

Tidak lama kemudian Seika datang dari dapur sambil membawa sepiring nasi dan segelas susu untuk Cherry. Anak perempuan itu langsung meminta Seika untuk menyuapinya.

Devan diam-diam memperhatikan Cherry yang makan dengan begitu lahap ketika disuapi Seika. Padahal Cherry tidak pernah makan selahap ini sebelumnya.

Apa semua ini karena Seika?

Devan pun memperhatikan Seika dengan lekat. Gadis itu memiliki sepasang mata bulat, hidung bangir, dan bibir tipis berwarna merah alami. Wajah Seika terlihat biasa saja, wajah mendiang istrinya bahkan jauh lebih cantik dari pada Seika. Namun, entah kenapa Cherry bisa langsung dekat dan nyaman bersama gadis itu.

Cherry merasa sangat mengantuk setelah makan dan ingin tidur ditemani Seika. Seika sebenarnya ingin menolak, tapi dia lagi-lagi terpaksa menuruti keinginan Cherry karena tidak tega melihat anak itu terus bersedih.

"Maaf lagi-lagi ngrepotin kamu." Diana menatap Seika dengan penuh rasa bersalah.

"Nggak papa kok, Tante."

Seika pun mengantar Cherry pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas. Dinding kamar Cherry didominasi cat berwarna merah muda dan terasa sangat nyaman, ukurannya bahkan jauh lebih besar dari kamarnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Cherry untuk terlelap karena anak itu memang sudah sangat mengantuk. Seika pun segera pamit pulang karena dia sudah terlalu lama bermain di luar.

"Maaf, sepertinya saya harus pulang sekarang," pamitnya pada Devan dan Diana yang sedang menikmati secangkir teh panas di ruang tengah.

"Anterin Seika pulang, Van!" perintah Diana pada Devan.

"Tidak mau!" tolak Devan langsung.

'Siapa juga yang mau diantar!' batin Seika kesal karena Devan sangat arogan. "Saya bisa naik bus kok, Tante."

"Tapi halte bus jauh dari sini, Seika." Diana menatap Seika tidak enak lalu menatap Devan yang duduk di sampingnya dengan tajam. "Kenapa kamu tidak mau mengantar Seika, Devan? Apa kamu tega membiarkan calon menantu mama pulang sendirian?"

Devan malah asyik memainkan ponselnya. Dia benar-benar tidak peduli karena Seika hanya orang asing yang kebetulan menolong Cherry.

"Tidak apa-apa kok, Tante. Saya bisa pulang sendiri."

"Bagaimana kalau diantar supir?" tawar Diana karena dia tidak tega membiarkan Seika pulang sendirian.

"Tidak perlu, Tante. Terima kasih, saya pulang dulu."

Diana pun mengantar Seika ke depan. "Terima kasih banyak untuk hari ini. Maaf sudah merepotkanmu. Hati-hati di jalan ya, Seika," ucapnya sambil memeluk Seika dengan erat. Rasanya begitu hangat membuat Seika sontak teringat dengan mendiang ibu kandungnya.

Seika menatap rumah yang berdiri megah di hadapannya dengan kesal begitu tiba di luar.

"Dasar orang kaya tidak tahu diri!" geramnya terdengar kesal karena Devan tega membiarkannya pulang sendirian padahal dia sudah menolong Cherry. Semoga saja dia tidak bertemu dengan lelaki menyebalkan itu lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Cherry pasti sangat merindukan ibunya
goodnovel comment avatar
Diyah Buang Diyah Ayu
cerita nya sangat menarik dan beraktifitas
goodnovel comment avatar
Nike Florest Sinaga
cerita yang menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   Ekstra Part 2

    Devan mengerjapkan kedua matanya perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat Seika yang masih tertidur lelap di dalam dekapannya.Waktu ternyata berjalan dengan begitu cepat. Tidak terasa sudah dua tahun lebih dia menjalani hidup rumah tangga bersama Seika. Devan pikir dia akan merasa jenuh, tapi perasaannya pada Seika ternyata tidak berubah, malah tumbuh semakin besar.Devan mendekap Seika semakin erat lalu mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir gadis itu. Sebuah rutinitas yang selalu dia lakukan setiap pagi."Kamu udah bangun, Mas?" "Iya."Tumben banget Mas udah bangun. Memangnya sekarang jam berapa, sih?"Devan melirik jam yang menempel di dinding kamar sebelum menjawab pertanyaan Seika."Hampir jam tujuh."Kedua mata Seika sontak terbuka, dia ingin bangun karena harus menyiapkan sarapan untuk Devan dan Cherry, tapi kepalanya mendadak terasa pusing."Kamu baik-

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   Ekstra Part 1

    Devan terpaksa menunda bulan madunya yang kedua bersama Seika karena Bara tidak memberinya waktu untuk beristirahat sedikit pun semenjak menggantikan Pramudya menjadi sekretaris sekaligus orang kepercayaannya. Sejak pagi dia harus memeriksa laporan, lalu meninjau proyek pembangunan hotel baru miliknya setelah itu bertemu dengan beberapa investor dari luar negri sampai sore. Rasanya benar-benar melelahkan.Devan melonggarkan dasi yang terasa seperti mencekik lehernya setelah itu menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. Helaan napas panjang lolos dari bibirnya setelah melihat tumpukan berkas yang ada di atas meja. Entah kenapa berkas tersebut masih banyak padahal dia sudah memeriksanya sejak tadi."Aku sudah selesai merevisi perjanjian kerja sama dengan CT Corp. Jangan lupa baca berkas perjanjian itu dengan teliti sebelum tanda tangan." Bara meletakkan berkas yang dibawanya tepat di depan Devan."Apa kamu tidak lihat sekarang jam berapa?"Bara melihat benda mungil bertali yang m

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   100. Perfect Happines

    "Jadi gimana? Mas udah dapat izin dari Bara buat ajak aku tinggal di rumah lagi?" Seika meletakkan sendoknya karena es krim-nya sudah habis.Mereka mampir ke sebuah toko es krim setelah menjemput Cherry di sekolah. Devan seperti seorang pengasuh yang sedang menjaga dua bayi sekarang, sejak tadi yang dia lakukan hanya diam memandangi Seika dan Cherry yang begitu lahap menyantap es krim mereka."Mau tambah lagi?"Seika refleks mengangguk mendengar pertanyaan Devan barusan karena satu gelas es krim tidak akan bisa membuatnya kenyang. Namun, sedetik kemudian dia menggelengkan kepala. "Ish ... jawab dulu pertanyaanku. Bara ngasih Mas izin nggak buat bawa aku?"Devan mengangguk lalu mencomot satu buah cookies milik Cherry yang ada di atas meja. Rasanya ternyata terlalu manis dan Devan kurang menyukainya, kecuali bibir Seika. Entah kenapa bibir gadis itu seperti candu yang membuatnya selalu ketagihan."Sungguh?" Seika menatap Devan dengan pandangan tidak percaya."Iya ...," jawab Devan sambi

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   99. Syarat

    Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam ruangan serba putih itu tidak berhasil mengusik sepasang sejoli yang sedang tidur di atas ranjang. Seika tidur begitu nyenyak dalam dekapan Devan. Dia bahkan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Devan seolah-olah dada lelaki itu adalah tempat paling nyaman baginya.Devan semakin mempererat dekapannya ketika merasakan pergerakan kecil dari Seika. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika teringat dengan kejadian yang dialaminya semalam. Devan tidak pernah menyangka kalau Seika akhirnya mau memaafkan semua kesalahannya dan memberi kesempatan. Padahal kesalahan yang dia lakukan sangat fatal. Dia benar-benar beruntung.Devan bersumpah, dia akan berusaha untuk membahagiakan Seika dan tidak akan pernah menyakiti hati gadis itu. Itu janjinya."Terima kasih sudah memberi saya kesempatan, Seika. I love you ...." Devan mengecup puncak kepala Seika dengan begitu dalam seolah-olah mencurahkan seluruh perasaannya pada gadis itu.Apa yang

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   98. Love Began

    "Seika."Seika tergagap ketika Bara menyentuh lengannya pelan."Kita sudah sampai."Seika mengedarkan pandang ke sekitar. Dia tidak menyadari jika mobil yang membawanya berhenti di depan rumahnya karena terlalu memikirkan Devan.Bara melepas sabuk pengamannya, setelah itu turun dan membukakan pintu mobil untuk Seika. "Hati-hati," ucapnya sambil menaruh telapak tangannya di atas puncak kepala Seika untuk melindungi gadis itu.Seika mengangguk, dia turun dengan hati-hati dari mobil Bara. Namun, dia nyaris terjatuh karena kedua lututnya terasa gemetar, untung saja Bara dengan cepat menahan tubuhnya."Kamu baik-baik saja?" Raut cemas tergambar jelas di wajah tampan Bara. Kedua tangannya melingkar di pinggang Seika dengan erat."Kepalaku pusing."Tanpa banyak kata Bara menggendong Seika ala brydal style masuk ke dalam rumahnya. Seika menyandarkan kepalanya di dada bidang Bara, tubuhnya terasa sangat lemas karena kebanyakan menangis. Apa lagi tidak ada makanan apa pun yang masuk ke dalam pe

  • Gadis Lugu Milik CEO Duda   97. Apa Ini Akhir?

    Bara menghela napas panjang, padahal tadi siang langit terlihat begitu cerah. Namun, sekarang malah turun hujan, bahkan sangat deras. Cuaca akhir-akhir ini memang sulit diprediksi, apa lagi di pergantian musim seperti sekarang. Saat siang cuaca terasa sangat panas, tapi bisa sangat dingin ketika malam.Bara melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah jam delapan malam. Entah kenapa perasaan Bara sejak tadi tidak tenang. Dia terus kepikiran dengan Seika padahal gadis itu pasti sedang bersenang-senang bersama Cherry dan Devan.Jujur saja Bara sampai sekarang masih memiliki perasaan pada Seika. Namun, dia akan berusaha keras melupakan perasaannya karena bagaimana pun juga Seika sudah menjadi milik Devan."Anak ibu kenapa? Ibu perhatikan kamu melamun terus dari tadi."Bara sontak menoleh, menatap sang ibu yang sedang menyentuh lengannya dengan lembut. "Bara baik-baik saja, Bu," jawabnya sambil mengulas senyum pada wanita yang sudah melah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status