“Asalkan ....”“Kau ... tidur di sini.”Tubuh gadis itu tiba-tiba bergetar wajahnya semakin memerah. Kedua sudut bibirnya turun ke bawah, disertai dengan matanya yang berkaca-kaca.Kendrick sudah cukup lelah menahan gadis yang penuh drama itu. Dia menepuk jidatnya sendiri, serta menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam. Pria itu menghela nafas berat, saat mendengar gadis itu mengeluarkan suara isakannya. Cara menangisnya tampak seperti bayi.Menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Kendrick menatap gadis yang menangis itu dengan wajah datar.“Ya sudah. Pergilah.”“Akan kubukakan pintu.”Lily dengan sebelumnya cemberut itu langsung meringis seperti kuda. Dia mengelap air matanya dengan tangan kanan. Raut wajahnya berubah 180 derajat.Tak lama kemudian, dia beranjak dari ranjang. Menunggu di depan pintu, sambil menatap Kendrick yang sedang membuka pintunya.Saat bunyi kunci terbuka itu terdengar, senyum Lily langsung mengembang kembali.“Terima kasih, T
Membaca buku sambil menikmati segelas kopi. Saat itu Lily duduk di jendela, merasakan kesejukan angin yang mengembus dirinya. Dia menoleh ke luar, menikmati keindahan tumbuh-tumbuhan hijau beserta bunga-bunganya yang bermekaran. Mungkin tak seindah di hutan karena itu adalah taman buatan, tapi Lily masih bisa merasakan energi positif dari tumbuh-tumbuhan itu yang membuat dirinya merasa damai.Lily telah membaca buku itu dari jam 6 pagi hingga jam 8 sekarang. Dia telah berhasil membaca setengah dari buku tebal itu. Sebagai hobi Lily yang menjadi bagian dari hidupnya, gadis itu sekarang merasakan kebahagiaannya kembali.Tiba-tiba terpikirkan olehnya tentang keadaan Kendrick. Kemarin malam dia tampaknya tak baik-baik saja. Walaupun Kendrick tak mau mengakuinya, tapi itu terlihat jelas di mata pria itu. Mungkin itu karena Lily terbiasa melihat wajahnya saat depresi, sehingga dia dengan mudahnya menebak seseorang yang depresi dalam sekali lihat.Gadis itu menutup bukunya. Entah kenapa
“Kendrick, kau tahu? Kau ini benar-benar gila!” Gadis itu memukulkan bantal pada paha Kendrick. Bukannya menangkis, dia malah terdiam menikmati pukulan itu.“Tadi jantungku hampir berhenti gara-gara tingkahmu yang tak berguna itu!” Lily kemudian memukulkan bantal pada tubuh Kendrick bagian kiri. Kendrick sedikit menangkisnya, namun matanya terus memandang takjub wajah gadis itu. “Dan apakah kau tahu, Lily? Kamu bahkan semakin cantik saat marah,” ucap pria itu tiba-tiba. Dia tersenyum kagumnya, tatapannya semakin berbinar-binar. Bukannya senang, gadis itu semakin menatap tajam. Tangannya bergerak menggenggam bantal, memukulkannya ke bagian kanan tubuh Kendrick. Tangan kiri pria itu hanya bergerak melindungi wajahnya. Senyumnya sekarang tampak kecut, tentu saja Lily senang dengan hal itu.“Kenapa? Ingin dipukul lagi, hm?” ucap gadis itu dengan mengangkat bantal, bersiap untuk memukulnya lagi.Kendrick menundukkan wajah, sudut bibirnya juga ikut turun hingga rautnya tampak suram.
“Tuan. Ini makanannya.” Seorang pelayan wanita meletakkan sepiring makanan di meja Kendrick. “Terima kasih,” ucap Kendrick tanpa menoleh, dia fokus pada layar komputer. Melihat tayangan CCTV yang dia minta dari pemilik hotel, tempat di mana Lily pernah menginap.Makanan yang diletakkan di samping Kendrick itu sebenarnya makanan yang biasa disediakan untuk para tahanan. Namun, pelayan wanita itu membuatnya sedkit lebih baik dengan memperbanyak bumbu.Kendrick menyuruhnya membuat makanan karena dia akan meminum obat. Selain itu Kendrick juga sedang kelaparan karena melewati sarapan.Di layar komputer, Kendrick terus memerhatikan pria dengan hoodie hitam yang telah menyekap Lily. Kendrick tak bisa mengenalinya karena wajahnya tertutup masker.“Ck!” “Dasar pengecut! Berani-beraninya dia bermain denganku!”Kendrick membesarkan wajah laki-laki itu. Namun, yang ada hanyalah menjadi blur. Hal itu membuat Kendrick semakin gelisah.Menoleh ke kanan. Kendrick menatap datar piring mak
“Aku masih punya lauk yang kujadikan bekal Kendrick. Mungkin kamu juga mau?”Danielle sangat malu. Dia tak bisa makan saat jam kerjanya, kecuali saat jam istirahat di mana temannya telah datang.“Tidak. Terima kasih.”“Tapi boleh aku cicipi sedikit masakanmu? Mungkin jika aku cocok, aku akan memakannya saat istirahat.”Lily menoleh dengan tersenyum senang pada pria itu. “Boleh! Boleh sekali.”“Terima kasih banyak,” ucap gadis itu dengan senyum manisnya.Danielle melirik padanya sedikit, lalu menundukkan wajahnya kembali. Dia tersenyum tipis dengan pipi yang memerah.“Sama-sama.”Danielle melangkah, mengambil sendok kecil yang terletak di rak piring. Dia melihat masakan Lily itu dengan sedikit ragu. Masakan itu tampak biasa saja dan tak menggugah selera. Baunya pun juga tercium biasa saja.Danielle mulai mencicipi telur dadarnya dahulu.Terasa enak, tapi menurut Danielle itu tak spesial. Saat dia mencicipi oseng tempe kecapnya rasanya juga terbilang biasa saja. Ibu Daniel
“Dia mengajakmu ke restoran apa?”Lily lupa dengan apa yang Amber dan Lizy katakan saat itu. Dia mencoba mengingatnya, tapi dia benar-benar lupa dengan namanya.“Eh ... aku—““Aku tidak tahu.”Kendrick terdiam, pria itu tampak memikirkan sesuatu. Lily terus menatapnya dengan berharap Kendrick akan mengizinkannya pergi.“Apakah Tuan mengizinkanku?” tanya gadis itu dengan pupil membesar.Kendrick menoleh padanya. Dia menghela nafas saat melihat mata gadis itu. Kendrick tak mengerti kenapa Lily sangat ingin pergi.“Pergilah.”“Asalkan nanti kamu kembali ke rumah ini lagi, aku tak akan masalah.”Senyum gadis itu mengembang. Rasanya Lily ingin meloncat saking senangnya. “Terima kasih banyak, Tuan!”“Aku tidak akan pergi ke mana pun, karena aku tidak punya tempat tinggal lagi.”Lily tiba-tiba terdiam, dia merasa dirinya aneh. Sebenarnya dia juga bingung mengapa dirinya ingin sekali pergi. Tapi batinnya seperti mengatakan akan terjadi sesuatu.Kendrick tersenyum tipis. “Bersiap
Kendrick melihat pada jam tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 15.20. “Sudah saatnya.” Dia membuka pintu mobilnya dan keluar. Kendrick memasukkan kembali kepalanya ke dalam mobil. Dia menurunkan maskernya ke bawah mulut. “Kau amati apa saja yang terjadi di luar. Jika ada seseorang yang mencurigakan, cepat-cepat hubungi aku.” “Atau kau bisa memfoto plat nomor mobil yang mencurigakan itu. Paham?” “Baik, Tuan,” balas Danielle. Menaikkan maskernya kembali. Kendrick menutup mobil, dia melangkah dengan memerhatikan keadaan sekitar. Berharap tidak ada mata-mata yang mengintai. Mengeluarkan kaca mata hitam dari saku hoodie, Kendrick memakainya agar semakin tak di kenali. Mendorong pintu kaca restoran. Sorot mata Kendrick langsung tertuju pada Lily. Mereka ternyata mengambil tempat di bagian tengah. Kendrick melangkah pada mereka, berharap tak ada yang mengenalinya. Saat itu restoran tak sedang ramai, hingga Kendrick bisa mengambil tempat mana saja yang dia mau
“Dasar gadis naif! Mungkin kau terlalu banyak tidur di rumah Kendrick.”Lily sedikit mengerutkan alisnya menatap Lizy. Dia meletakkan peralatan makannya. Tangan kanannya menopang kepala dengan sorot mata tertuju pada gadis tak beradap itu. “Maaf sebelumnya. Tapi kapan aku bilang jika aku berharap orang tuaku dari keluarga Hartberg?”Lily menoleh pada Amber. “Apa aku pernah bilang begitu padamu?”“Hm ... tidak.”“Tolong kalian berdua jangan bertengkar. Kita kan ke sini untuk bersenang-senang?” bujuk Amber mencoba menyadarkan mereka. Senyumnya penuh terpaksa karena tatapan kedua gadis itu sangat panas.Saat ini Lizy mengalihkan pandangannya pada Amber, tatapannya begitu sinis sampai Amber juga tak berani menatapnya.“Kau ini sadar, gak?”“Gadis sialan ini sudah merebut pacarmu, Amber!” ucapnya dengan menunjuk Lily.Mata Lily sedikit membelalak karena tuduhan itu meskipun dia sebenarnya bukan pacar Kendrick. Dia tak terima, tapi dilain itu dia juga tak bisa mempermalukan Kendr