“Aku masih punya lauk yang kujadikan bekal Kendrick. Mungkin kamu juga mau?”Danielle sangat malu. Dia tak bisa makan saat jam kerjanya, kecuali saat jam istirahat di mana temannya telah datang.“Tidak. Terima kasih.”“Tapi boleh aku cicipi sedikit masakanmu? Mungkin jika aku cocok, aku akan memakannya saat istirahat.”Lily menoleh dengan tersenyum senang pada pria itu. “Boleh! Boleh sekali.”“Terima kasih banyak,” ucap gadis itu dengan senyum manisnya.Danielle melirik padanya sedikit, lalu menundukkan wajahnya kembali. Dia tersenyum tipis dengan pipi yang memerah.“Sama-sama.”Danielle melangkah, mengambil sendok kecil yang terletak di rak piring. Dia melihat masakan Lily itu dengan sedikit ragu. Masakan itu tampak biasa saja dan tak menggugah selera. Baunya pun juga tercium biasa saja.Danielle mulai mencicipi telur dadarnya dahulu.Terasa enak, tapi menurut Danielle itu tak spesial. Saat dia mencicipi oseng tempe kecapnya rasanya juga terbilang biasa saja. Ibu Daniel
“Dia mengajakmu ke restoran apa?”Lily lupa dengan apa yang Amber dan Lizy katakan saat itu. Dia mencoba mengingatnya, tapi dia benar-benar lupa dengan namanya.“Eh ... aku—““Aku tidak tahu.”Kendrick terdiam, pria itu tampak memikirkan sesuatu. Lily terus menatapnya dengan berharap Kendrick akan mengizinkannya pergi.“Apakah Tuan mengizinkanku?” tanya gadis itu dengan pupil membesar.Kendrick menoleh padanya. Dia menghela nafas saat melihat mata gadis itu. Kendrick tak mengerti kenapa Lily sangat ingin pergi.“Pergilah.”“Asalkan nanti kamu kembali ke rumah ini lagi, aku tak akan masalah.”Senyum gadis itu mengembang. Rasanya Lily ingin meloncat saking senangnya. “Terima kasih banyak, Tuan!”“Aku tidak akan pergi ke mana pun, karena aku tidak punya tempat tinggal lagi.”Lily tiba-tiba terdiam, dia merasa dirinya aneh. Sebenarnya dia juga bingung mengapa dirinya ingin sekali pergi. Tapi batinnya seperti mengatakan akan terjadi sesuatu.Kendrick tersenyum tipis. “Bersiap
Kendrick melihat pada jam tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 15.20. “Sudah saatnya.” Dia membuka pintu mobilnya dan keluar. Kendrick memasukkan kembali kepalanya ke dalam mobil. Dia menurunkan maskernya ke bawah mulut. “Kau amati apa saja yang terjadi di luar. Jika ada seseorang yang mencurigakan, cepat-cepat hubungi aku.” “Atau kau bisa memfoto plat nomor mobil yang mencurigakan itu. Paham?” “Baik, Tuan,” balas Danielle. Menaikkan maskernya kembali. Kendrick menutup mobil, dia melangkah dengan memerhatikan keadaan sekitar. Berharap tidak ada mata-mata yang mengintai. Mengeluarkan kaca mata hitam dari saku hoodie, Kendrick memakainya agar semakin tak di kenali. Mendorong pintu kaca restoran. Sorot mata Kendrick langsung tertuju pada Lily. Mereka ternyata mengambil tempat di bagian tengah. Kendrick melangkah pada mereka, berharap tak ada yang mengenalinya. Saat itu restoran tak sedang ramai, hingga Kendrick bisa mengambil tempat mana saja yang dia mau
“Dasar gadis naif! Mungkin kau terlalu banyak tidur di rumah Kendrick.”Lily sedikit mengerutkan alisnya menatap Lizy. Dia meletakkan peralatan makannya. Tangan kanannya menopang kepala dengan sorot mata tertuju pada gadis tak beradap itu. “Maaf sebelumnya. Tapi kapan aku bilang jika aku berharap orang tuaku dari keluarga Hartberg?”Lily menoleh pada Amber. “Apa aku pernah bilang begitu padamu?”“Hm ... tidak.”“Tolong kalian berdua jangan bertengkar. Kita kan ke sini untuk bersenang-senang?” bujuk Amber mencoba menyadarkan mereka. Senyumnya penuh terpaksa karena tatapan kedua gadis itu sangat panas.Saat ini Lizy mengalihkan pandangannya pada Amber, tatapannya begitu sinis sampai Amber juga tak berani menatapnya.“Kau ini sadar, gak?”“Gadis sialan ini sudah merebut pacarmu, Amber!” ucapnya dengan menunjuk Lily.Mata Lily sedikit membelalak karena tuduhan itu meskipun dia sebenarnya bukan pacar Kendrick. Dia tak terima, tapi dilain itu dia juga tak bisa mempermalukan Kendr
“Tuan Kendrick Bahesmana. Kau masih belum menjawab pertanyaanku,” tagih Lizy dengan suara beratnya.Tatapannya begitu tajam, dia tak segan-segan menatap ketua mafia kejam itu dengan sinis.Satu sudut bibir Kendrick terangkat, tersenyum meremehkan gadis itu. Tapi Kendrick mengakui jika dia adalah gadis pemberani.“Jawaban apa yang kau mau? Itu sudah jawabanku.”“Ta-tapi kan, itu jawaban yang aku mau!” protes Lizy masih ngotot. “Kalau masih belum puas, kau tanyakan saja pada Amber. Aku memiliki pekerjaan lain.”Pria itu menghampiri Lily, tanpa berbasa-basi dia menggenggam tangannya. Menariknya dari meja tersebut.“Sudah, ya? Aku pergi dulu.”“Selamat bersenang-senang.”Seorang wanita cantik berambut merah jahe seperti Lily berdiam di depan pintu restoran. Sorot matanya terus menatap ke arah Lily.Lily juga menatap padanya, entah kenapa wajahnya seperti tak asing. Dia sangat cantik walaupun sudah tak muda. Lily bisa menebak umurnya sekitar 40 an.Saat Lily mendekat padanya, d
“Semuanya itu mungkin terjadi, Lily. Kau sendiri tidak ingat tentang masa lalumu saat masih bayi. Jangan berkecil hati dulu.”“Oleh karena itu aku tak goyah saat mengatakan jika kau itu berasal dari keluarga Hartberg. Aku mengatakannya karena batinku bilang begitu.”Lily sedikit menahan tawa. Kendrick itu sepertinya orang yang sangat nekat tanpa pernah berpikir tentang akibatnya.“Kau bilang semuanya itu mungkin terjadi. Jadi bagaimana jika sebenarnya aku bukan berasal dari keluarga itu, hm?” tandas Lily.Kendrick hanya tersenyum. Sekarang dia paham dengan sifat gadis itu. “Pengalamanku lebih banyak darimu, Lily. Jangan pernah meremehkan ilmu hidupku, aku telah menjadi ketua gangster selama bertahun-tahun dan telah menyelidiki banyak kasus.”“Oh, siap. Si paling berpengalaman,” ejek Lily mulai kesal. Dia bosan berdebat dengan pria itu. Menurutnya itu tak akan pernah selesai dan dia juga tak akan pernah menang.Danielle membelokkan mobil ke salah satu restoran yang memiliki n
“Oh, Danielle? Kau di sini?”Langkah pria itu mendekat. Dia bersalaman dengan Danielle. Duduk di kursi kosong yang berada di samping Lily.“Di mana Kendrick? Katanya dia berada di sini?”“Dia sepertinya ke toilet. Tadi dia menelepon seseorang. Apa dia meneleponmu?” tanya DanielleAlvin menatap pada layar ponsel, ternyata Kendrick telah menutup teleponnya. Sepertinya dia mendengar percakapannya dengan Danielle.“Eh, iya. Aku meneleponnya tadi, makanya aku kaget karena Kendrick tak ada di sini.”Sementara itu Lily tak menyadari keberadaan pria berambut merah di belakangnya. Dia tetap merenung sambil menikmati pemandangan itu.Saat menatap rambut gadis di sampingan yang berwarna merah jahe bergelombang, Alvin teringat pada adiknya, Lizy. Rambut gadis itu persis dengan rambut adiknya.“Danielle. Ini siapa?” tanya Alvin dengan kode menggerakkan wajah.“Oh, itu Lily,” jawab Danielle santai dengan wajah yang tertuju pada hal lain.Mata Alvin sedikit membelalak. Dia merasa dirinya s
“Maksudnya?”Alvin kaget dengan apa yang Kendrick katakan, dia pikir Kendrick itu sudah gila. Dia menatap pada Lily dengan heran. Sebenarnya dia mengerti apa yang di maksud Kendrick, namun dia tak bisa percaya akan hal itu.“Bagaimana, sih? Kau bisa mengatakannya dengan jelas, tidak?” ucap Alvin karena sangat ragu dengan pemikirannya sendiri. Dia masih yakin jika dirinya tak memahami.Kendrick melipat kedua tangannya sambil memerhatikan bahasa tubuh pria berambut merah itu. Dia sangat paham jika Alvin masih ragu akan hal itu.“Tenanglah, jangan ragu. Apa yang sekarang kau pikirkan itu tak salah, Alvin.”“Aku telah mengatakannya dengan jelas dan kau sudah mengerti akan hal itu. Tapi kau masih ragu. Benarkan?”Alvin menundukkan kepala, dia merenungkan apa yang Kendrick ucapkan itu. Dia bisa mengakui jika temannya itu tak salah. Tapi Alvin bingung. Bagaimana cara dia mengetahui isi pikirannya?“Eh ... iya. Kau benar, Kendrick.”“Bagaimana kau bisa tahu?”Sudut bibir Kendrick t