-"Seandainya semesta tahu. Jika sebenarnya aku juga tidak ingin seperti ini. Terkadang semua di luar kendali diri."-
🐾🐾🐾
Suasana kelas terdengar ricuh, Lova duduk dibangkunya dengan suasana hati yang rumit. Suasana hatinya berubah dengan cepat. Dia merasa tidak ingin diusik. Tiba-tiba semerbak asap rokok menyeruak di hidungnya. Aroma permen yang aneh membuat perutnya menjadi mual. Dia melihat ke arah Brian yang merupakan teman sebangkunya. Brian terlihat sedang merokok di kursinya.
"Rokok lo bau," hina Lova sambil menaruh tasnya di meja dengan kasar.
"Kalau enggak suka ya, ga usah di sini," balas Brian yang masih menikmati rokoknya.
"Harusnya lo yang enggak di sini. Ini sekolah bego, bukan tempat nongkrong!" sarkas Lova.
"Suka-suka gue'lah!" ujar Brian sambil tersenyum sinis ke arahnya.
"Lo keluar sekarang dan buang rokok lo atau gue aduin ke BK?!" ujar Lova emosi.
Alis Brian terangkat dan terkekeh, "Aduin aja kalau berani," ujar Brian dan mematikan rokok elektroniknya.
"Lo pikir gue ga berani?" Dia saat ini merasa ditantang oleh Brian.
Brian hanya tersenyum sinis dan mengabaikannya. Lova menjadi marah dan menendang kaki Brian. Sebuah pelototan mengintimidasinya dengan wajah menantang, Lova membalas pelototan dari Brian itu.
Deru napas Lova semakin kencang dan dia merasa emosi. Dia berdiri dan merebut rokok elektronik milik Brian dan membuangnya ke lantai. Brian yang melihat kelakuan teman sebangkunya itu tertawa sinis.
"LO BENERAN BERANI SAMA GUE?!" teriak Brian yang membuat Lova sedikit terkejut tapi tidak mau kalah.
"KENAPA? LO PIKIR GUE TAKUT SAMA LO?!" balasnya yang ikut teriak di depan Brian.
"Jadi cewek belagu banget sih!" Brian mendorong Lova hingga hampir jatuh. Tangannya reflek memegang meja di dekatnya.
Teman sekelasnya menjauh dari pertengkaran mereka dan beberapa orang mencibir ke arah Lova.
"Dia caper guys," ucap Lala sambil menatap Lova seperti orang yang sedang mencari perhatian.
Lova yang berhasil menyeimbangkan tubuhnya itu menatap Brian garang, "Heh, kenapa kalo gue belagu? Daripada elo yang berandalan!"
BRAK!
Brian menendang kursi di depannya dan hampir mengenai Lova. Beruntung refleknya itu baik, sehingga kursi itu sama sekali tidak mengenainya. Beberapa murid yang ada di kelas semakin menjauhi Lova dan Brian.
"APA LO?! MAU NGAJAK GUE BERANTEM?!" tantang Lova yang membuat Brian semakin emosi.
"LO DULU YANG MULAI!"
"COWOK BANCI!"
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Lova. Mata Lova berubah dingin dan menendang perut Brian. Tawa Brian mengema saat perutnya ditendang, dia menjambak rambut gadis di depannya, dan sekali lagi mendapatkan pukulan dari gadis itu.
"WOI GURU WOI!" teriak teman sekelas mereka dari luar kelas.
Brian dan Lova menghentikan pertengkaran mereka. Brian mencibir sinis ke arah Lova dan mengambil kursi yang sempat dia tendang.
Lova menghentakan kakinya dan menuding Brian, "Kita belum selesai!"
Seorang guru memasuki kelas, dia melihat murid di sana sudah duduk rapi dan mengeluarkan buku mereka.
"Pagi anak-anak, buka buku paket kalian di halaman 140."
🐾🐾🐾
Bel istirahat sudah berbunyi, guru yang pengajar kelas sudah keluar. Brian yang ada di samping Lova menggebrak meja dan berjalan ke pojok belakang kelas.
Lova melirik sinis ke arah Brian dan berjalan ke luar kelas. Dia berjalan dengan suasana hati hancur. Dia menuju ke arah perpustakaan dengan raut wajah datar.
Dia mengisi nama di buku pengunjung dan memilih meja baca di pojok ruangan. Kepalanya menelungkup di atas meja, sempat berpikir apakah dia salah?
Lova menangis pelan dan menghadapkan wajahnya ke tembok. Dia benar-benar merasa sangat kacau. Hatinya berfluktuasi dan merasa bingung. Kepalanya mendadak merasa pusing. Sebuah senyum terbit dibibirnya, "Gue rasa bentar lagi, gue kena bipolar!" hardik Lova sambil mencibir dirinya sendiri.
Jantungnya berdetak cepat dan badannya sedikit gemetar. Dia hanya bersikap sesuai apa yang terlintas diotaknya. Terkadang dia juga bingung dengan apa yang dia lakukan, tapi dia tidak bisa mengontrol beberapa hal dalam dirinya.
"Hah." Lova menghela napas dan beranjak dari posisinya. Dia mencari beberapa buku yang bisa mengembalikan suasana hatinya.
Sebuah cerita tentang seorang anak yang tidak pernah dihargai. Mengabaikan semua hinaan dan berusaha merubah diri.
Memaksa raga dan memperbaharui banyak hal. Melewati segala sesuatu dan berusaha melampaui. Sampai di batas akhir juang, dia tetap terus berusaha naik hingga akhirnya dia berada di puncak dunia.
Membuktikan bahwa yang lebih rendah akan bisa menukar posisi. Menjadi lebih tinggi sampai melampaui semesta.
Bibir Lova tersenyum saat membaca buku ditangannya. Dia tetap harus menjadi orang kuat, walau mungkin tanpa bantuan orang lain?
Dia menaruh buku itu kembali ke tempatnya dan keluar dari perpustakaan. Dia tiba-tiba mengingat perihal rokok di kelas tadi.
"Aduin atau enggak?" tanya Lova pada dirinya sendiri hingga akhirnya dia sudah membuat keputusan.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Lova melangkah masuk ke ruang BK, dia duduk di depan seorang wanita paruh baya dengan kacamata, "Ada apa, Lova?" tanya Bu Jeni selaku guru BK di SMA Pelita Bangsa.
Lova menatap Bu Jeni, "Ada salah satu murid yang melanggar aturan sekolah," ujarnya yang membuat Bu Jeni menatap serius.
"Siapa?" tanya Bu Jeni yang terlihat siap untuk menghukum murid yang tidak patuh itu.
Lova menceritakan seluruh kejadian kepada Bu Jeni dan membuat Bu Jeni tahu apa yang harus dilakukan.
"Baik Lova, terima kasih. Silakan kembali ke kelas." Dia menganggukan kepalanya dan keluar dari ruang BK itu.
Suara kotak siaran di sekolah Lova berdengung.
"Diberitahukan kepada seluruh siswa dan siswi SMA Pelita Bangsa bahwa hari ini akan ada pengecekan dadakan."
🐾🐾🐾
-Hanya tentang aku yang mulai lelah dan tidak tahu arah. Semesta seolah menolak dan takdir tetap menempatkan aku di bumi. Sebegitu asiknya'kah pengendali nasib yang terus-terusan menjadikanku musuh?-
Bersambung...
"Kamu! Jauhi Rolan!" teriak Elin saat melihat Lova berjalan mendekatinya.Lova terlihat bingung dengan perilaku Elin. "Lo gila ya?" tanya Lova pada kakak kelasnya itu."Kamu!?" Elin menuding Lova dengan tangan gemetaran. Dia mulai menangis kencang dan menganggap Lova terlalu kasar."Siapa yang gila!? Aku enggak gila! Aku cuma mau kamu ngejauhin Rolan!" teriak gadis itu frustasi.Lova ikut frustasi. Dilihat darimana dia mendekati Rolan? Jika bisa dia menjauhi Rolan, gadis itu sangat bahagia. "Gue ga pernah deketin Rolan!" ucap Lova jujur.Tangis Elin semakin menjadi-jadi. Dia merasa Lova tidak ingin menjauhi Rolan. Dia benar-benar tidak bisa menerima keputusan Lova."Kalau kamu enggak ngejauhi Rolan, aku bakal bunuh diri!" teriak Elin kalap.Lova menggaruk kepalanya bingung. "Gue beneran enggak deketin Rolan! Dia yang deketin gue, Kak Elin," ucap Lova berusaha merendahkan suaranya. Dia menjelaskan kenyataannya dengan nada sabar."Kamu! Kamu fitnah Rolan!? Kamu enggak mau ngejauhin dia!
Rolan dan Love berjalan beriringan. Mereka menuju ke gerbang sekolah. Di sisi lain, Elin melihat mereka berdua. Perasaan gadis itu berkecambuk. Hatinya sangat sakit. Dia benar-benar tidak suka melihat Rolan berjalan dengan gadis lain. Bagas yang berada tidak jauh dari Rolan dan Lova menatap khawatir saat dia melihat Elin. Laki-laki itu berjalan mendekati Elin. "Lo gapapa, Lin?" tanya Bagas sambil memegang tangan Elin.Mendapati perilaku Bagas, gadis itu langsung menghentakkan tangan pemuda itu. "Jangan deket-deket sama Elin lagi, Gas!" ujar gadis itu. Pandangan gadis itu masih menatap ke arah Rolan. "Elin benci cewek itu!" ucap Elin dengan nada marah lalu pergi meninggalkan Bagas.Mendengar ucapan gadis yang dicintainya, Bagas ikut marah. Dia menatap ke arah Lova dengan tatapan tajam. "Lov, gue tahu lo ga ada salah apa-apa ke gue, tapi karena Elin benci sama lo artinya lo juga orang yang gue benci!" ketus Bagas.Laki-laki itu terus melihat ke arah Elin yang semakin menjauh. Melihat
Rolan bersedekap sambil menyenderkan tubuhnya di tembok dekat gudang. Seorang gadis tersenyum bahagia sambil berjalan mendekatinya. “To the point!” ujar Rolan kemudian disambut kekehan dari gadis di depannya. “Gue suka cara lo, kerja bagus! Biar Bagas benci Lova dan dia juga enggak akan bisa miliki Elin.” Tepuk tangan terdengar dari gadis itu.“Waktu gue enggak banyak,” ucap Rolan lagi.Billa di depannya memberikan sebuah foto yang robek. “Belum sepenuhnya berhasil, setengah fotonya lagi gue kasih kalau semua udah selesai.” Rolan menerima foto robek itu dan tangannya mengepal.“Dia?” tanya Rolan pada gadis yang masih berdiri di depannya.“Menurut lo?” tanya balik Billa.“Sialan!” umpat Rolan yang membuat gadis di depannya semakin tersenyum lebar.“Saling menguntungkan, bukan?” Mata Rolan menjadi dingin saat mendengar ucapan Billa. Sorot m
Setelah bel masuk yang menandakan selesainya jam istirahat pertama tadi, Elin terkejut melihat video Rolan mencium kening Lova. Dia menjadi kacau dan terlihat pucat. Guru kimia di kelas XI IPA 1 menyuruhnya untuk istirahat di UKS saja. Saat ini, Elin gemetar di dalam ruang UKS. Hatinya terasa diremuk dengan kasar. Dia takut, sangat takut. Ketakutannya saat ini adalah benar-benar kehilangan harapan kembali dengan Rolan. Diputar ulang video Rolan mencium kening Lova. Bibirnya tergigit pelan, air mata lolos mengalir ke pipinya.“Rolan pernah janji enggak bakalan ninggalin Elin. Tapi, sekarang Rolan pergi. Dulu pernah janji jagain Elin terus. Sekarang, apa udah enggak ada Elin lagi di hati Rolan?” gumam Elin dengan wajah pucat.---“Lin, sini naik! Rolan mau bonceng Elin kemana aja yang Elin mau!” teriak Rolan pada perempuan yang baru saja keluar dari rumahnya.Perempuan itu berlari ke arahnya dengan mata memerah. “E
Lala melihat ponselnya sambil tersenyum sinis, “Ada bahan gosip nih.” Dia berjalan cepat menuju kelasnya dan menghampiri sekumpulan anak kelasnya. “Eh, lo pada tau enggak. Kak Rolan sama Kak Elin ternyata udah putus,” ujar Lala heboh di kelas.“Gimana ceritanya? Bukannya Kak Elin tuh cinta banget ya sama Kak Rolan? Dia sering di bully cewek-cewek di IG nya tapi masih tetep optimis sama hubungan mereka,” sahut Taya sambil menunjukan foto IG Elin di layar ponselnya. “Enggak mungkin mereka putus deh, orang foto mereka berdua aja masih ada di IGnya Kak Elin,” lanjut Taya.“Serius demi apa kalau foto mereka belum di hapus dari IG Kak Elin?” tanya Lala merebut ponsel milik Taya. “Aneh loh, orang anak kelas 11 pada heboh kalau Kak Rolan sama Kak Elin putus kok! Beritanya baru aja pas istirahat ini,” ujar Lala lagi.“Seriusan?” tanya Taya tidak percaya.“Beneran!&rdquo
Bagas mengetuk jarinya berulang kali. Pikirannya melayang pada ucapan Billa. ‘Lova suka sama lo. Dari kalimat itu lo pasti sadar sesuatu’kan?’ Bagas menggelengkan kepala, ”Pasti ada salah paham di sini.” batinnya. Dia yakin jika Lova sama sekali tidak mungkin melakukan hal semacam itu. Sekalipun terkadang sikap Lova tidak baik, tapi dia yakin hati gadis itu tidak buruk. Bagas beranjak dari tempat duduknya. “Gue duluan, Bil,” ujar Bagas meninggalkan Billa. Melihat Bagas yang mulai menjauh itu, bibirnya mengulas senyum tipis.Di meja makan lain, Lova sedang menikmati baksonya. Entah mengapa ketika memakan bakso itu, dia menjadi teringat Bagas. Teringat perdebatannya tentang bakso bulat dan bakso runcing. Senyum di bibirnya muncul tanpa dia sadari."Woy, calon bini!" teriak Rolan sambil berlari menuju meja Lova. Orang yang ditegur itu hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya. Rolan yang melih