Keesokan harinya, beberapa dokter ternama dikirim oleh Kakek untuk memberikan perawatan terbaik bagi Luca.
Dokter memeriksa lukanya dengan cermat dan memberikan perawatan yang diperlukan. Luca merasa lega bahwa dia akan pulih dalam waktu singkat. Dia diberi obat-obatan untuk membantunya pulih sepenuhnya. Sementara itu, tim medis melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan kondisinya tetap stabil.
"Kamu harus mengikuti latihan fisik, kami akan memberikan pengobatan terbaik dengan ilmu yang kami miliki," ucap seorang dokter yang ramah. Dia adalah dokter muda wanita yang menjadi kepala dari tim media.
Luca mengangguk dengan puas walau wajahnya masih tetap ketus. Dia tidaki ingin menerima vonis dokter sebelumnya yang menyatakan bahwa dia akan lumpuh permanen.
"Aku harus sembuh. Aku ingin mencari petunjuk sendiri," gumam Luca dalam hati.
Luca duduk di ruang tamu mansion, merenung dengan cermat. Dia tahu bahwa dia harus merencanakan balasannya ter
Tom tersenyum dengan sinis. "Oh, jangan berpura-pura, Luca. Kamu menyembunyikannya di hutan, dan sekarang dia ada di sini. Kami memberimu peluang untuk mendapatkannya kembali, tetapi dengan satu syarat."Luca mendekati Tom dengan menekan tombol otomatis pada kursi rodanya. "Syarat apa, Tom?"Tom tersenyum lebih lebar lagi. "Adik kecilmu harus menjadi istri ketua kami. Kami akan mengadakan pernikahan, dan dia akan menjadi bagian dari keluarga kami. Itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan keluarga mafia kami dari nasib yang buruk.""Adikku? Dia masih belum dewasa dan ketua kalian sudah memiliki banyak istri!" pekik Luca dengan marah."Ha ha ha." Tom tertawa lalu melanjutkan kalimatnya."Apakah kamu tidak penasaran dengan siapa yang memburumu di malam yang naas itu? Jawaban ada pada Ketua kami. Jadikan kami keluargamu, maka kami akan semakin kuat!""Tidak terkalahkan! Ingat itu Luca. Selamat tinggal!"Seusai berkata-kata, Tom berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Luca yang men
"Aku juga ingin mengatakan demikian, Kakek. Namun, aku masih berpikir cara yang lebih tepat untuk membalas hinaan ini."Kakek Castello melangkah dengan amarah yang tertahan, mendekati dinding samping ruangan dengan menggenggam erat tongkatnya sambil memandang bingkai-bingkai para pewaris keluarga mafia yang menghiasi dinding ruangan mewah kantor itu. Wajahnya tampak serius, seolah-olah memikirkan strategi untuk melindungi warisan keluarga mereka.Dalam keheningan ruangan yang dipenuhi aura kekuasaan dan sejarah kelam, kakek itu berkata, "Luc, keluarga ini adalah hasil dari banyaknya pengorbanan dan pertumpahan darah. Kamu adalah pewaris tunggal keluarga mafia ini.""Tugas utamamu adalah menjaga nama baik dan kekuasaan keluarga ini. Sebagai pewaris masa depan keluarga kita, dan tugas suci kini ada di pundakmu."Kakek mendengkus pelan lalu melanjutkan kalimatnya, "Kakek mungkin berada di barisan terakhir foto yang terpajang di sini nanti.""Kakek ...
Sarah naik ke bak belakang truk itu dengan bantuan pak tua yang menjadi supir dan duduk di atas jerami yang ada di bagian belakang. "Maaf bila Anda tidak nyaman, tetapi aku percaya akan sangat sulit mendapatkan tumpangan di jalan ini," ucap Pak Tua itu berbaik hati sambil mengunci pintu bak belakang."Tidak apa-apa, Saya sungguh berterima kasih atas tumpangannya, Pak. Kambing-kambing ini akan baik," ucap Sarah dengan senyum getir.Pak tua membalas senyuman Sarah lalu melangkah kembali ke depan mobil. "Kalau begitu, mari kita berangkat ke kota," ucapnya sambil lalu.Mobil dijalankan perlahan. Sarah membuang napas dengan berat, melihat sekeliling dan menyadari bahwa dia dikelilingi oleh sejumlah besar kambing yang berbaris rapi di dalam truk itu. Mereka berada dalam kandang-kandang yang terbuat dari bambu, dan bau khas kambing langsung mencium hidung Sarah.Dia memandang salah satu kambing yang duduk di dekatnya dan tersenyum lembut. "Halo, teman-teman," ka
"Ya, sudah. Tidak apa-apa kalau belum bisa menceritakan. Berapa usia kandunganmu sekarang?" tanya Emma dengan penasara.Sarah kembali menggelengkan kepalanya."Astaga, kamu benar-benar amnesia. Baiklah! Jangan takut, Emma akan menjagamu dan anak ini dengan baik," ucap Emma sambil menggengam tangan Sarah dengan erat.Sarah tersenyum penuh syukur karena bertemu dengan orang baik.Setelah perjalanan yang penuh petualangan dan kegembiraan, kapal boat akhirnya tiba di pelabuhan pulau seberang.Mereka turun dari kapal dengan senyuman di wajah mereka, merasa bersyukur karena telah tiba dengan selamat. Perjalanan dari kota kecil dengan angkutan umum dan melalui sungai dengan kapal boat kecil tidak hanya memberi mereka pengalaman petualangan yang tak terlupakan, tetapi juga menguatkan ikatan persahabatan di antara mereka.Rumah kecil milik ibu penjual ikan terletak di pinggir pulau, dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa yang tinggi dan hijau."D
Dalam rumah kecil Emma, suasana senyap dipenuhi dengan ketegangan dan kegugupan. Sarah, berada di tengah-tengah kontraksi yang menyakitkan, dikelilingi oleh aroma harum rempah-rempah yang menggantung di udara. Di sampingnya, seorang bidan mendampingi dengan tenang memantau keadaan Sarah, siap membantunya melahirkan bayi yang akan segera tiba. "Kamu harus mengontrol pernapasanmu," ucap Emma dengan panik. "Huft Hahh Hufft Hahh!" Sarah menarik napas dan membuangnya seirama dengan yang diajarkan Emma. Keringat mengalir di dahi Sarah, wajahnya pucat dan berkerut karena rasa sakit yang melanda tubuhnya. Dalam serangan kontraksi, dia meremas tangannya di seprai yang ada di bawahnya, mencoba mencari sesuatu untuk menahan rasa sakit yang menusuknya. Emma tersenyum lembut, mencoba memberikan dukungan pada saat yang penuh ketidaknyamanan itu. "Kamu sedang melakukannya dengan sangat baik, Sarah. Tahan hanya sedikit lagi, bayimu hampir lahir," ucap
Luca duduk di kursi rodanya, tatapannya kosong, mencoba merangkum makna dari getar-getar yang tak terdefinisikan di dalam dirinya. Setiap kali dia memejamkan mata, rasanya ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang dia tidak dapat menggambarkan dengan kata-kata. Meskipun dia tidak mengetahui secara pasti, sebuah firasat yang mendalam melintasinya, memberinya ketenangan dan kegelisahan dalam satu waktu yang sama. Dalam keheningan malam, ketika bintang-bintang bersinar terang di langit, Luca merasa getaran aneh. Dia mencoba menebak-namai perasaan itu, mencoba memahami mengapa dia merasa seperti ini. Mungkin itu adalah kerinduannya terhadap Sarah, cinta yang tak terucapkan yang telah lama dia pendam di dalam hatinya. Luca meraih telepon genggamnya dengan gemetar, jari-jarinya hampir tidak mampu mengetik. Dia membuka pesan teks yang telah dia simpan untuk Sarah, pesan-pesan yang tidak pernah dia kirim. "Aku merindukanmu," begitu bunyi pesa
"Selamat pagi, sayang. Apakah kamu tidur dengan nyenyak tadi malam?" sapa Sarah sambil memberikan senyuman terindah bagi Deon kecil.Bayi mengeluarkan celotehan lucu dan senyuman lebar membalas sapaan ibunyaEmma menyambut dengan hangat, "Dia benar-benar bayi yang baik. Sangat bahagia melihatmu berdua begitu bersemangat di pagi hari, aku bisa menebak, Ayahnya seorang yang mempunyai perawakkan tidka jauh berbeda darinya."Perkataan Emma membuat kedua mata Sarah mulai nanar."Eh, maafkan aku, mari tidak menyinggung tentang Ayah Deon lagi," ucap Emma meralat kalimatnya.Sarah tersenyum lalu mencoba menyusui Deon kecil. "Apakah aku melakukannya dengan benar, Emma? Aku khawatir dia tidak mendapatkan cukup nutrisi. Apakah kita harus membeli susu formula untuknya?""Tidak, itu sudah cukup, Sayang. Kamu luar biasa, Sarah. Memang butuh waktu untuk diajar dan dipelajari, tetapi kamu melakukan yang terbaik. Ingatlah, Air Susu Ibu adalah yang terbaik un
Di balik dinding-dinding marmer dan bunga-bunga mewah, terjadi pernikahan mewah Luca dan Belinda. Sebagai putri tunggal keluarga Mafia Gonzales, Belinda mengenakan gaun putih mewah yang bersinar, tetapi wajahnya kaku dan tanpa ekspresi.Luca, pria muda yang tampan, juga terlihat kaku dengan setelan jas hitamnya yang elegan walau dia masih harus duduk di kursi roda. Terdapat jarak emosional yang jauh di antara mereka.Belinda melirik pria dingin yang berada di kursi roda di sampingnya, mengalihkan pandangannya ke arah bunga-bunga mawar yang menghiasi altar. Dia mencoba mencari sesuatu untuk dikatakan."Bunga-bunga ini sangat indah, bukan?"Luca tidak menjawab, wajahnya dingin tanpa senyuman, matanya kosong dan hanya berdehem.Sementara para tamu menikmati hidangan makan sambil berbicara antara satu kenalan dengan kenalan yang lain, Belinda mendorong kursi roda Luca menuju ke meja makan, tetapi tetap menjaga jarak di antara mereka seakan ada tembok t