"Ya, sudah. Tidak apa-apa kalau belum bisa menceritakan. Berapa usia kandunganmu sekarang?" tanya Emma dengan penasara.
Sarah kembali menggelengkan kepalanya.
"Astaga, kamu benar-benar amnesia. Baiklah! Jangan takut, Emma akan menjagamu dan anak ini dengan baik," ucap Emma sambil menggengam tangan Sarah dengan erat.
Sarah tersenyum penuh syukur karena bertemu dengan orang baik.
Setelah perjalanan yang penuh petualangan dan kegembiraan, kapal boat akhirnya tiba di pelabuhan pulau seberang.
Mereka turun dari kapal dengan senyuman di wajah mereka, merasa bersyukur karena telah tiba dengan selamat. Perjalanan dari kota kecil dengan angkutan umum dan melalui sungai dengan kapal boat kecil tidak hanya memberi mereka pengalaman petualangan yang tak terlupakan, tetapi juga menguatkan ikatan persahabatan di antara mereka.
Rumah kecil milik ibu penjual ikan terletak di pinggir pulau, dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa yang tinggi dan hijau.
"D
Dalam rumah kecil Emma, suasana senyap dipenuhi dengan ketegangan dan kegugupan. Sarah, berada di tengah-tengah kontraksi yang menyakitkan, dikelilingi oleh aroma harum rempah-rempah yang menggantung di udara. Di sampingnya, seorang bidan mendampingi dengan tenang memantau keadaan Sarah, siap membantunya melahirkan bayi yang akan segera tiba. "Kamu harus mengontrol pernapasanmu," ucap Emma dengan panik. "Huft Hahh Hufft Hahh!" Sarah menarik napas dan membuangnya seirama dengan yang diajarkan Emma. Keringat mengalir di dahi Sarah, wajahnya pucat dan berkerut karena rasa sakit yang melanda tubuhnya. Dalam serangan kontraksi, dia meremas tangannya di seprai yang ada di bawahnya, mencoba mencari sesuatu untuk menahan rasa sakit yang menusuknya. Emma tersenyum lembut, mencoba memberikan dukungan pada saat yang penuh ketidaknyamanan itu. "Kamu sedang melakukannya dengan sangat baik, Sarah. Tahan hanya sedikit lagi, bayimu hampir lahir," ucap
Luca duduk di kursi rodanya, tatapannya kosong, mencoba merangkum makna dari getar-getar yang tak terdefinisikan di dalam dirinya. Setiap kali dia memejamkan mata, rasanya ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang dia tidak dapat menggambarkan dengan kata-kata. Meskipun dia tidak mengetahui secara pasti, sebuah firasat yang mendalam melintasinya, memberinya ketenangan dan kegelisahan dalam satu waktu yang sama. Dalam keheningan malam, ketika bintang-bintang bersinar terang di langit, Luca merasa getaran aneh. Dia mencoba menebak-namai perasaan itu, mencoba memahami mengapa dia merasa seperti ini. Mungkin itu adalah kerinduannya terhadap Sarah, cinta yang tak terucapkan yang telah lama dia pendam di dalam hatinya. Luca meraih telepon genggamnya dengan gemetar, jari-jarinya hampir tidak mampu mengetik. Dia membuka pesan teks yang telah dia simpan untuk Sarah, pesan-pesan yang tidak pernah dia kirim. "Aku merindukanmu," begitu bunyi pesa
"Selamat pagi, sayang. Apakah kamu tidur dengan nyenyak tadi malam?" sapa Sarah sambil memberikan senyuman terindah bagi Deon kecil.Bayi mengeluarkan celotehan lucu dan senyuman lebar membalas sapaan ibunyaEmma menyambut dengan hangat, "Dia benar-benar bayi yang baik. Sangat bahagia melihatmu berdua begitu bersemangat di pagi hari, aku bisa menebak, Ayahnya seorang yang mempunyai perawakkan tidka jauh berbeda darinya."Perkataan Emma membuat kedua mata Sarah mulai nanar."Eh, maafkan aku, mari tidak menyinggung tentang Ayah Deon lagi," ucap Emma meralat kalimatnya.Sarah tersenyum lalu mencoba menyusui Deon kecil. "Apakah aku melakukannya dengan benar, Emma? Aku khawatir dia tidak mendapatkan cukup nutrisi. Apakah kita harus membeli susu formula untuknya?""Tidak, itu sudah cukup, Sayang. Kamu luar biasa, Sarah. Memang butuh waktu untuk diajar dan dipelajari, tetapi kamu melakukan yang terbaik. Ingatlah, Air Susu Ibu adalah yang terbaik un
Di balik dinding-dinding marmer dan bunga-bunga mewah, terjadi pernikahan mewah Luca dan Belinda. Sebagai putri tunggal keluarga Mafia Gonzales, Belinda mengenakan gaun putih mewah yang bersinar, tetapi wajahnya kaku dan tanpa ekspresi.Luca, pria muda yang tampan, juga terlihat kaku dengan setelan jas hitamnya yang elegan walau dia masih harus duduk di kursi roda. Terdapat jarak emosional yang jauh di antara mereka.Belinda melirik pria dingin yang berada di kursi roda di sampingnya, mengalihkan pandangannya ke arah bunga-bunga mawar yang menghiasi altar. Dia mencoba mencari sesuatu untuk dikatakan."Bunga-bunga ini sangat indah, bukan?"Luca tidak menjawab, wajahnya dingin tanpa senyuman, matanya kosong dan hanya berdehem.Sementara para tamu menikmati hidangan makan sambil berbicara antara satu kenalan dengan kenalan yang lain, Belinda mendorong kursi roda Luca menuju ke meja makan, tetapi tetap menjaga jarak di antara mereka seakan ada tembok t
Keesokan harinya, Belinda terbangun dengan tubuh yang kaku dan sakit karena tidur di sofa yang tidak nyaman semalaman. Dia merasa kelelahan dan putus asa, namun, di balik mata lelahnya, terdapat keberanian yang baru muncul.Belinda melirik ke arah Luca yang masih tertidur. Tanpa ragu, Belinda bangkit dari sofa dan menuju ke kamar ibunya yang masih tinggal di mansion tersebut. Wajahnya pucat dan mata berkaca-kaca, mencerminkan kesedihan yang mendalam.Belinda mengedor pintu kamar ibunya dengan suara keras."Ibu, aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku tahu kita adalah keluarga Mafia dan kita harus mematuhi aturan dan tradisi, tapi ini bukan hidup yang aku inginkan. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri."Ibu Belinda, seorang wanita kuat dengan raut wajah yang tegas, keluar dari kamar dengan wajah masih mengantuk, sangat terkejut lalu melihat putrinya dengan tatapan pedih. Dia menyadari bahwa Belinda bukanlah gadis lemah yang terlihat dari luar."Belin
"A-aku tidak tahu, Kakek. Mari kita lihat apa dulu yang mereka rencanakan," jawab Luca dengan tatapan lesu dan pasrah. Sementara di keluarga Gonzales, Tom dipanggil menghadap. "Katakan kepadaku, siapa yang berada di dalam hati Luca sehingga dia sungguh berani dan menolak putriku yang cantik ini. Tom memikirkan sejenak lalu menjawab, "Sarah." "Sarah? Temukan gadis itu!" Tom tertawa lalu menjawab dengan polos. "Kami hampir menemukannya. Berikan waktu seminggu lagi." "Kamu punya 3 hari! Dihitung dari detik ini! Pergi!" Suara Gonzales menggema dan membuat Tom segera mundur bersama beberapa anak buahnya. "Gila! Aku sudah mencari selama setengah tahun lebih dan belum juga menemukannya. Kakek tua itu memang sudah keluar dari otaknya!" geram Tom sambil melangkah kasar keluar dari sarang mafia itu. "Kalian! Segera mencari ke kota itu. Ada rumah sakit yang pernah menerima Sarah. Cari sampai ketemu. Sepertinya kalian teledor sehingga tidak dapat menemukannya!" Perintah Tom kepada bawahann
Sarah merasa tidak nyaman dengan keberadaan Tom. Karena itu dia tahu bahwa dia harus mencari jalan keluar dari masalah ini, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus berhati-hati agar tidak menarik perhatian yang lebih banyak."Kalian tinggalkan alamat untukku atau silakan pergi. Aku tidak begitu mengenal Luca. Dia bukan seseorang yang penting bagiku," ucap Sarah dengan ketus.Melihat gelagat tidak baik dari Tom yang tidak juga bersedia memberikan alamat keberadaan Luca, maka Sarah sudah mulai bisa menebak bahwa yang ada di depannya ini bukan seseorang yang baik.Sarah segera berlari kecil ke dapur dan menggendong Deon."Daniel, aku permisi. Ada keperluan mendadak."Segera setelah mengatakan demikian, Sarah segera mencari Emma dan mereka mengambil kapal pertama lalu meninggalkan kota.Di tengah tekanan yang semakin meningkat, Sarah harus mencari cara untuk melindungi dirinya sendiri dan menjaga rahasianya tetap aman. Masalah yang lebih besar dan
Emma mendorong tubuh Sarah yang masih enggan meninggalkannya."Aku akan mencoba menahan mereka sebisa mungkin. Cepat, jangan pikirkan aku, lakukan ini demi Deon dan kehidupanmu!""PERGI!"Emma merasa adrenalin memuncak di dalam dirinya saat dia melihat keberanian Sarah, namun dia juga menyadari bahwa mereka harus berpikir dengan bijak untuk melindungi Deon dan diri mereka sendiri.Sarah menatap Emma dengan terkejut karena Emma mengusirnya dengan suara keras, tetapi dalam matanya terpancar rasa terima kasih dan keputusasaan.Dia merasa dilema antara melindungi Deon dan bertahan di sisi Emma, yang sudah seperti Ibunya sendiri.Namun, dia tahu bahwa Emma benar. Menyadari bahwa waktu mereka terbatas, dia mencium kening Emma dengan cepat, "Aku tidak akan melupakanmu, Emma. Berhati-hatilah di sana."Tanpa ragu lagi, Sarah memutuskan untuk mengikuti saran Emma. Dia menggendong Deon dan berlari menjauh dari pantai, meninggalkan Emma yang bers