Share

Gadis Penjelajah Dimensi
Gadis Penjelajah Dimensi
Author: Flaushey

bab 1 Portal Terbuka

Dalam keheningan malam yang gelap, Aurora duduk sendirian di ruang bacaan perpustakaan kota kecilnya. Cahaya redup lampu memancar di antara rak-rak buku yang tertata rapi. Dia tenggelam dalam dunia kata-kata, melupakan waktu dan ruang di sekitarnya. Sementara halaman-halaman buku berbalik dengan tenang di tangannya, Aurora merasa kehadiran misterius di sekitarnya.

"Maaf, perpustakaan sudah akan ditutup. Waktunya pulang," suara lembut seorang pustakawan wanita membuyarkan konsentrasi Aurora.

"Apa? Oh, maaf, saya tidak sadar waktu berlalu," Aurora tersenyum sambil menyadari bahwa sudah malam.

Dia berdiri, meletakkan buku yang sedang dibacanya kembali ke raknya dengan hati yang berat. Namun, sebelum dia meninggalkan ruangan, pandangannya tertarik pada sebuah buku tua yang tergeletak di pojok ruangan yang gelap.

"Buku apa itu?" Aurora berbisik pada dirinya sendiri sambil melangkah mendekatinya.

Dia mengambil buku tersebut dari rak dan membersihkannya dari debu yang menempel di sampulnya. Sampulnya terlihat kuno dan terawat dengan baik, meskipun tak jelas judulnya karena usia yang sudah lama.

"Apa buku ini lupa dimasukkan ke dalam sistem?" Aurora bertanya-tanya.

Dia membuka buku itu dengan hati-hati, dan halaman pertama yang dia lihat membuatnya terkejut. Tidak ada judul, hanya beberapa kata yang tertulis dengan tinta hitam yang telah pudar.

"Portal ke Dunia Lain," Aurora membaca dengan suara pelan.

"Apakah ini salah satu buku legendaris yang hilang?" Dia bertanya-tanya dalam kebingungan.

Tanpa pikir panjang, Aurora memutuskan untuk membaca buku tersebut. Dia merasa ada magnet yang menariknya, sesuatu yang tak terduga dari halaman-halaman usang itu.

Saat dia membaca, ruang bacaan perpustakaan mulai terasa berbeda. Udara terasa lebih kental, dan suara gemuruh yang samar terdengar di kejauhan. Namun, Aurora terlalu asyik dengan buku untuk memperhatikan perubahan sekitarnya.

Tiba-tiba, sebuah sinar terang menyilaukan matanya. Dia menutup kedua matanya dengan cepat, merasa terkejut oleh cahaya yang tiba-tiba muncul. Ketika dia membuka matanya kembali, dia tersenyum kagum melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Dia berdiri di sebuah padang rumput luas yang dikelilingi oleh pohon-pohon raksasa. Langit berwarna ungu dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkilauan, memberikan sentuhan magis pada pemandangan yang luar biasa itu.

"Apa ini?" Aurora bertanya-tanya dalam kebingungan.

"Tidak mungkin. Aku harus bermimpi," dia berbisik pada dirinya sendiri.

Namun, ketika dia merasakan tanah di bawah kakinya dan merasakan angin malam yang lembut menyentuh kulitnya, dia menyadari bahwa ini adalah kenyataan.

"Aurora!" sebuah suara panggilan menggema di sekitarnya.

Aurora menoleh dan melihat seorang pria muda berlari ke arahnya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Siapa kamu? Dan di mana kita berada?" Aurora bertanya dengan wajah yang penuh tanda tanya.

"Pertama-tama, aku senang kamu selamat. Namaku Caleb, dan kita berada di Dunia Lain," jawab pria itu dengan serius.

"Apa? Dunia Lain?" Aurora bertanya-tanya, tak percaya pada apa yang dia dengar.

Caleb mengangguk serius. "Ya, tempat di mana kita berada sekarang. Dan sepertinya kamu membuka portal menuju ke sini dengan membaca buku itu."

"Aku benar-benar tidak mengerti," Aurora menggelengkan kepala dalam kebingungan.

Caleb tersenyum lembut. "Aku tahu ini terdengar gila, tapi percayalah padaku. Aku akan menjelaskan semuanya. Tapi sekarang kita harus cepat, karena kegelapan sedang mendekat."

Aurora merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya. Dia tahu bahwa petualangan luar biasa telah dimulai, dan dia siap untuk menghadapinya. Dengan hati yang berdebar, dia mengikuti Caleb menuju ke arah yang belum diketahuinya, menuju petualangan yang menanti di Dunia Lain yang misterius itu.

Dalam kegelapan yang semakin menggelayuti langit, Aurora dan Caleb berjalan melintasi padang rumput yang luas. Langkah mereka ditemani oleh suara gemuruh yang semakin mendekat, memberikan nuansa tegang di udara.

"Apa itu yang kamu maksud dengan kegelapan yang mendekat?" tanya Aurora, mencoba memahami situasi yang mereka hadapi.

Caleb mengangguk serius. "Ini dunia yang dipenuhi oleh kekuatan gelap yang menunggu kesempatan untuk mengambil alih. Portal yang kamu buka dengan membaca buku tadi telah menarik perhatian mereka."

Aurora menggigit bibirnya, merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi. "Aku tidak bermaksud untuk membuka portal ini. Aku hanya tertarik pada buku itu di perpustakaan."

Caleb menatapnya dengan penuh pengertian. "Aku tahu, Aurora. Tapi sekarang yang penting adalah kita harus menemukan cara untuk menutup portal ini sebelum kegelapan mencapai kita."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan hati-hati, menghindari pohon-pohon yang tumbuh menjulang di sekitar mereka. Cahaya remang-remang bulan membantu mereka menavigasi tanah yang tidak mereka kenal.

Tiba-tiba, Aurora merasakan getaran di dalam dirinya, sebuah sensasi yang tidak dapat dijelaskan. Dia merasakan panggilan yang kuat, sebuah dorongan yang mengarahkannya ke arah tertentu.

"Caleb, aku merasa ada sesuatu di sana," Aurora menunjuk ke arah sebuah pohon besar yang tampaknya menonjol di antara pepohonan yang lain.

Caleb mengangguk, memahami intuisi Aurora. "Ayo kita periksa."

Mereka berdua mendekati pohon itu dengan hati-hati. Aurora merasakan getaran semakin kuat, hingga akhirnya mereka mencapai bagian pohon yang terlihat berbeda dari yang lain.

"Ini aneh," kata Aurora sambil menyentuh bagian pohon yang tampaknya berkilau di bawah cahaya bulan.

Saat jarinya menyentuh permukaan pohon, sebuah sinar terang memancar dari dalamnya. Pohon itu mulai bergetar, dan dengan suara gemuruh yang kuat, sebuah pintu terbuka di bagian depannya, memperlihatkan sebuah terowongan yang gelap.

"Apa ini?" tanya Aurora dengan heran.

Caleb mengamatinya dengan penuh perhatian. "Ini adalah pintu menuju Kuil Cahaya, tempat di mana kekuatan terbesar untuk mengalahkan kegelapan berada."

Aurora menelan ludah, merasa tegang namun juga terdorong oleh rasa ingin tahu. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Caleb menatapnya dengan tekad di matanya. "Kita harus masuk ke dalam dan menemukan cara untuk menutup portal ke Dunia Lain sebelum terlambat."

Dengan hati yang berdebar, Aurora dan Caleb memasuki terowongan gelap di bawah pohon itu, memasuki dunia yang penuh dengan misteri dan bahaya yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Dengan setiap langkah yang mereka ambil, mereka semakin mendekati tantangan besar yang menunggu di Kuil Cahaya, tempat di mana nasib kedua dunia bergantung pada keberhasilan mereka.

Terowongan gelap di bawah pohon membawa Aurora dan Caleb ke dalam kegelapan yang menggelayuti mereka seperti mantel yang tebal. Mereka melangkah perlahan, bergantung pada sinar bulan yang samar-samar menyinari jalan di depan mereka.

"Sesuatu terasa tidak beres," bisik Aurora, merasakan kehadiran yang menegangkan di sekitar mereka.

Caleb mengangguk, mata cermat memperhatikan setiap gerakan dan suara yang terdengar di sekitarnya. "Kita harus waspada. Kekuatan gelap sedang mengintai di dalam bayang-bayang."

Mereka terus berjalan, menelusuri terowongan yang semakin sempit dan berliku. Sinar bulan yang menyinari jalan mereka semakin redup, membuat atmosfir di dalam terowongan semakin tegang.

Tiba-tiba, mereka dihadapkan pada sebuah ruangan yang dipenuhi oleh cahaya yang memancar terang. Mata mereka hampir tidak bisa menangkap kecemerlangan cahaya yang memenuhi ruangan itu, dan mereka terdiam sejenak oleh keindahan yang memukau.

"Inilah Kuil Cahaya," kata Caleb dengan suara yang penuh penghormatan.

Aurora memandang sekeliling dengan kagum, merasakan kehadiran kekuatan yang sakral di tempat itu. "Ini begitu indah."

Mereka melangkah maju, menuju pusat ruangan di mana sebuah altar terletak di tengah-tengah. Cahaya yang memancar dari altar itu begitu terang, hingga hampir sulit untuk menatapnya langsung.

Caleb dan Aurora mengelilingi altar, merasakan kehadiran yang begitu kuat dari energi yang terkandung di dalamnya. Mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu, dan mereka harus bertindak cepat.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Aurora, matanya terfokus pada altar di depan mereka.

Caleb menatapnya dengan tekad. "Kita harus menemukan cara untuk menutup portal ke Dunia Lain. Itu adalah satu-satunya cara untuk menghentikan kegelapan yang mendekat."

Dengan hati-hati, mereka memeriksa altar, mencari tanda-tanda yang bisa membantu mereka menemukan solusi. Setelah beberapa saat, Aurora menemukan sebuah simbol yang terukir di bagian bawah altar, sebuah simbol yang dia rasakan memiliki arti penting.

"Ini mungkin kunci untuk menutup portal," kata Aurora sambil menunjuk pada simbol itu.

Caleb mengamati simbol itu dengan cermat, pikirannya berputar mencari cara untuk menggunakannya. "Kita perlu mengaktifkan energi dari dalam altar untuk mengaktifkan simbol ini. Tapi bagaimana caranya?"

Aurora menatap altar dengan penuh tekad. "Kita harus mencari sumber energi yang bisa kita gunakan untuk menghidupkannya. Mungkin ada kristal atau batu berharga di sekitar sini yang bisa kita gunakan."

Dengan hati-hati, mereka mulai menjelajahi ruangan itu, mencari tanda-tanda yang bisa membawa mereka kepada sumber energi yang mereka butuhkan. Mereka menyelusuri setiap sudut ruangan, berharap menemukan petunjuk yang diperlukan untuk menyelesaikan misi mereka.

Namun, waktu terus berlalu, dan kegelapan semakin mendekat. Aurora dan Caleb tahu bahwa mereka harus bertindak cepat jika mereka ingin menghentikan ancaman yang mengancam kedua dunia mereka. Dengan hati yang penuh tekad, mereka melanjutkan pencarian mereka, siap untuk menghadapi apa pun yang menunggu di hadapan mereka di Kuil Cahaya yang misterius itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status