Share

02. Kinan harus ganti rugi!

“Ma- maafkan saya Tuan,” ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Maaf! Coba kamu lihat, sepeda bututmu itu sudah menggores samping mobilku!” Ujarnya dengan suara ketus dan Dia menunjuk samping mobil yang lecet akibat terkena stang sepeda Kinan

 Kinan menoleh ke arah telunjuk laki-laki tersebut. Ternyata mobilnya tergores akibat kena stang sepedanya. Kinan menatap wajah Laki-laki tersebut dengan nanar.

“Saya tidak mau tahu Kamu harus ganti rugi! Dan Kamu harus perbaiki mobil Saya yang lecet tersebut,” ucapnya pada Kinan.

“Ganti rugi? Berapa yang harus Saya bayar Tuan, untuk mengganti rugi mobil Tuan yang lecet?” Tanya Kinan yang memberanikan diri bertanya pada Laki-laki tersebut.

“Kamu harus ganti rugi sebesar 20 juta.” bisik Laki- laki tersebut dengan gaya santainya.

“Hah 20 juta!” Kinan yang kaget dengan nominal yang Pria itu sebutkan.

“Iya 20 juta. Itu untuk biaya ganti ruginya,” ujarnya dengan santai.

“Apa Kamu sanggup bayar ganti rugi! Kalau Kamu sanggup mana uangnya.” Pinta Laki-laki tersebut.

Kinan terdiam dan berpikir, darimana Dia akan mendapatkan uang 20 juta. Untuk mengganti rugi pada Laki-laki tersebut. Dia hanya pasrah apa yang akan terjadi padanya.

“Kenapa diam saja? Ayo cepat ganti rugi.” Desaknya meminta ganti rugi pada Kinan.

“Maaf Tuan, Kalau untuk sekarang Saya belum ada uang untuk mengganti mobil Tuan yang tergores. Tapi setelah Saya gajian nanti pasti Saya akan menyicil bayar ganti ruginya,” ucap Kinan.

“Apa! Kamu mau menyicil bayar ganti kerusakan mobil Saya!  Memangnya Kamu pikir Saya penagih hutang keliling yang bisa kamu bayar dengan cicil,” ujarnya pada Kinan dan Dia melihat ke arah Kinan yang tertunduk.

"Mana KTP kamu?” tanya Laki-laki tersebut.

“Hah KTP? Untuk apa Tuan menanyakan KTP Saya,” ujar Kinan.

“Cepat mana KTP kamu,” bentaknya dengan nada tinggi.

Kinan pun langsung mengambil KTP yang ada di dalam dompetnya. Dia memberikan pada Laki-laki tersebut. Setelah itu Dia langsung menundukkan kepala. Ada rasa takut di dalam hati Kinan.

“KTP ini sebagai jaminannya, jika Kamu tidak bertanggung jawab atau Kamu melarikan diri, Maka Saya akan membawa kamu ke jalur hukum,” ucapnya dengan tegas.

“Saya pasti akan bertanggung jawab Tuan, Anda tenang saja, Saya tidak akan kabur.” tantang Kinan pada Arsen.

Entah dari mana dia dapat keberanian seperti itu. Hingga dia mampu menjawab Pria dingin tersebut. Kinan saat ini sudah tersulut emosi karena, dari tadi Pria tersebut terus saja memojokkannya.

“Jika Kamu tidak bisa membayar ganti rugi. Maka Kamu harus bekerja di apartement Saya sebagai pelayan pribadi Saya selama tiga bulan tanpa di gaji,” ucapnya dengan seringai senyum puasnya.

Kinan kaget bukan main Dia harus bekerja di rumah orang yang baru Dia kenal tanpa di gaji selama tiga bulan. Dia mencoba untuk menenangkan kembali hatinya yang panas. Dia mencoba berbicara halus pada Pria tersebut.

"Maaf Tuan, apa tidak ada keringanan untuk Saya? Kalau saya bekerja di Apartement Tuan tanpa di gaji, nanti Saya dan keluarga  mau makan apa,” ucapnya pada Lelaki tersebut.

"Saya tidak peduli yang penting Kamu ganti rugi.” Tuntutnya pada Kinan.

"Baik Tuan, Saya akan bekerja pada Tuan tapi setelah Saya selesai bekerja di toko bunga, bagaimana Tuan? Apakah Tuan mau jika Saya bekerja separuh waktu," ujar Kinan yang mencoba bernego pada Lelaki tersebut.

"Tidak! Saya tidak setuju dengan tawaran mu itu. Saya mau Kamu bekerja di rumah saya selama tiga bulan.” Tolak Lelaki tersebut.

Kinan yang mendengar tolakan dari Lelaki itu hanya pasrah. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Selain, mengikuti keinginan Laki-laki tersebut.

“Satu lagi Kamu harus memanggil Saya dengan sebutan Tuan Arsen.” bisik Arsen di telinga Kinan, yang membuat bulu kuduknya merinding.

“Ba-baik, Tuan Arsen,” ujar Kinan.

Laki- laki  itu membaca nama yang tertera di KTP tersebut. Namun dia masih menatap Kinan dengan tajam. Menelisik penampilan Kinan dari atas kepala hingga bawah kaki.

"Kinanti Larasati, nama yang cukup bagus," ucapnya.

Kinan pun terdiam saat namanya di baca oleh Pria tersebut. Dia meminta Kinan masuk ke dalam mobilnya. Kinan ingat bahwa dirinya harus mengantarkan bunga pesanan dari hotel Areta.

“Tuan, apakah Saya bisa mengantar bunga ini dulu pada customer terlebih dahulu. Setelah itu Saya akan ikut dengan Tuan,” ucapnya yang meminta tolong pada Arsen.

“Lalu bagaimana dengan sepeda Saya Tuan? Tidak mungkin Saya akan meninggalkannya disini,” ujar Kinan yang risau akan sepedanya tersebut.

“Baiklah Saya akan mengantarmu ke tempat tujuanmu semula, soal sepeda kamu tidak usah khawatir nanti saya akan membelikan sepeda yang baru untukmu,” ujar Arsen.

“Dasar orang kaya mentang-mentang banyak duit apapun di ukur pakai uang.” Sungut Kinan.

“Saya dengar apa yang baru saja kamu ucapkan,” ujar Arsen.

Kinan pun kaget  ketika Arsen mendengar Dia sedang bersungut padanya. Namun, setenang mungkin dia membuang muka ke arah jendela mobil. Sedangkan, Arsen hanya tersenyum melihat Kinan yang jengkel padanya.

 “Memangnya bunga itu mau kamu antar kemana?” Tanya Arsen.

“Saya mau antar bunga ini ke hotel Areta,” kata Kinan pada Arsen.

“Hah hotel Areta! Jadi yang memesan bunga dari toko tempat Kamu bekerja itu orang dari hotel Areta,” tanya Arsen pada Kinan yang menundukkan kepalanya.

“Iya Tuan,” jawab Kinan.

Arsen fokus menyetir mobilnya tersebut, dan Kinan yang berada di sampingnya terdiam melihat tingkah Pria di sampingnya tersebut. Dia pun tidak mau ambil pusing dia membuang muka ke arah samping jendela mobil.

Tak terasa mereka berdua sudah sampai di depan hotel tersebut, dan Kinan bergegas menuju ke ruang receptionist. memberitahukan bahwa Dia datang untuk mengantarkan bunga pesanan Bu Indriana.

Selesai mengantar bunga dia langsung masuk kembali ke dalam mobil milik Arsen. Arsen yang melihat wajah Kinan yang di tekuk, terlihat sangat lucu. Tanpa dia sadari senyum di wajahnya mengembang.

“Sudah kamu antar bunga tersebut?” Tanya Arsen.

“Sudah Tuan,” jawab Kinan.

Kinan duduk di samping kiri mobil depan. Tidak lupa juga dia memasang seat belt. Setelah itu mobil pun melesat dengan kecepatan tinggi menuju apartement Arsen.

Sesampainya di depan apartement milik Arsen. Mereka berdua berjalan menuju ke tangga lift dan berhenti di depannya. Menunggu sekitar lima menit pintu lift pun terbuka Arsen dan Kinan masuk ke dalam dan di dalam hanya ada mereka berdua saja.

“Apakah apartement Tuan berada di lantai berapa?” Tanya Kinan.

“Di lantai sepuluh,” jawabnya singkat.

Mereka berdua terdiam kembali. Tidak lama lift pun macet dan mereka berdua terkurung di dalam lift tersebut. Arsen dan Kinan panik saat lampu lift mati dan mereka meminta tolong. Namun, tidak ada yang mendengarkan teriakan mereka.

“Bagaimana ini Tuan? Kita terkurung di dalam lift,” ucap Kinan.

“Tenanglah, Saya akan menelpon anak buah Saya biar mereka datang membantu kita,” ucapnya dengan santai sambil memegang handpone dan menelpon seseorang.

Namun sialnya di dalam lift dia tidak menemukan jaringan sama sekali. Arsen frustasi, dia berteriak “ Ah sial! Kenapa di saat genting seperti ini malah jaringan tidak ada.”

Kinan sudah merasakan dadanya sesak karena kurang oksigen. Dia pun luruh ke bawah dan pingsan. Arsen yang melihat Kinan pingsan langsung memeluknya. Dia bingung apa yang harus dia lakukan agar Kinan sadar kembali. Akhirnya Arsen membuka mulut Kinan dan  menempelkan mulutnya pada mulut Kinan dan dia memberikan napas buatan untuk Kinan.

Namun,berdesir perasaan aneh pada Arsen ketika dia memberikan napas untuk Kinan. 

“Perasaan apa yang sedang Saya alami saat ini? Tidak mungkin Saya menyukai gadis menyebalkan ini.” Sungutnya dalam hati.

Kinan pun terbatuk saat Arsen selesai memberikan napas pada dirinya. Dia kaget melihat wajahnya sedekat itu dengan Arsen. Kinan langsung mendorong tubuh Arsen dan Dia langsung berdiri dan akhirnya lift bisa di gunakan kembali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status