"Assalamualaikum,” sapa Kinan.Terdengar suara langkah menuju ke arah pintu. Tidak lama pintu dibuka dan terlihat seorang wanita paruh baya, yang sudah lansia membukakan pintu.“Waalaikumsalam. Mau cari siapa Neng?” Tanya si Nenek.“Nenek!” Jerit Kinan yang langsung mencium punggung tangan Nenek.“Kamu siapa neng?” Tanya Nenek yang bingung.“Aku Kinanti Nek. Cucu nenek,” ucap Kinan pada Nenek.“Kinanti? Kinanti anaknya siapa?” Tanya Nenek.“Aku Kinanti nek. Anak Ayah Rudi dan Bunda Melati,” ucap Kinan.“Ya Allah Gusti. Kinan anaknya Melati? Cucu kandungku?” Tanya Nenek.“Iya nek ini aku Kinanti cucu kandung nenek,” ujar Kinan pada Nenek.“Ayo masuk nak.”Kinan dan Nenek masuk ke dalam rumah. Nenek mempersilahkan Kinan duduk. Dia langsung menuju ke dapur dan membuatkan air minum untuk Kinan. Namun, Kinan melarangnya.“Tidak usah repot-repot nek. Nanti kalau haus aku bisa ambil air minum sendiri,” ujar Kinan pada Nenek.“Ya sudah sebaiknya kamu simpan tas di kamar ya. Kita makan bersama
Saat ini Kinan berada di Kota Kembang. Dia tinggal bersama dengan sang Nenek. Setiap hari Kinan membantu nenek berkebun dan menanam bunga di depan pekarangan rumah nenek.“Nak, sepertinya kamu suka sama bunga ya?” Tanya nenek pada cucunya.“Iya nek, dulu aku di Jakarta bekerja di toko bunga. Jadi sedikit tahu cara menanam bunga,” ucap Kinan pada nenek.“Bagaimana kalau kamu buka toko bunga saja? Kamu bisa menggunakan lahan nenek di depan untuk membuka toko bunga,” ujar nenek memberikan saran pada Kinan.“Tapi nek, aku nggak punya modal untuk membuka toko bunga,” ucap Kinan dengan suara lirih.“Soal modal kamu tenang saja nanti nenek yang memberikan modal untukmu,” jawab sang nenek.“Nggak usah nek.”“Kenapa?” Tanya nenek.“Aku nggak mau menyusahkan nenek,” jawab Kinan.“Nenek tidak merasa direpotkan sama kamu Neng. Justru nenek senang kalau kamu punya keahlian dan bisa menghidupi dirimu sendiri,” ujar nenek pada Kinan.Kinan merasa terharu dengan apa yang diperbuat oleh nenek untuknya
“Bang tunggu!” Teriak Indriana dari belakang.“Ada apa lagi dek?” Tanya Arsen.“Abang mau kemana lagi? Please bang jangan pergi lagi. Kasihan Mami memikirkan abang terus,” Indriana memberitahu Arsen.Arsen menatap adiknya ada rasa bersalah dalam hati Arsen. Dia meminta sang adik untuk menemani Mami selama dia belum bisa berada di samping Mami. Arsen berjanji pada Indriana setelah semuanya bisa di atasi dia akan segera pulang ke rumah.“Dek, abang minta padamu tolong jaga Mami. Selagi abang jauh dari kalian,” ujar Arsen yang meminta sang adik untuk menjaga Mami.“Iya bang. Aku akan selalu menjaga Mami, abang di luar sana hati-hati ya,” ucap Indriana pada Arsen.“Iya dek.”Arsen pergi meninggalkan Indriana seorang diri. Saat ini Arsen bertujuan untuk membantu hotel dan club malam sang Papi yang sedang membutuhkan suntik dana besar. Sempat beberapa tahun belakangan ini hotel dan club malam milik Ryan terkena imbasnya akibat sepinya pengunjung.[Hallo Ricky, segera adakan kerjasama dengan
m“Maaf anda cari siapa ya?” Tanya Kinan.“Saya mencari Nenek Mirna. Apakah nenek ada?” Tanya seorang laki-laki tersebut.“Nenek ada di dalam.Maaf anda siapa ya?” Tanya Kinan.“Oh iya perkenalkan saya Andre dan saya datang kesini mau lihat tanah yang akan saya beli dari Nenek Mirna,” ucapnya pada Kinan.“Kinanti,” jawab Kinan.Kinan mempersilahkan tamunya masuk. Dia langsung memberitahukan pada Nenek. Jika di depan ada tamu.“Baiklah nenek akan menemui nak Andre terlebih dahulu. Tolong buatkan air untuk nak Andre ya,” nenek meminta pada Kinan untuk membuatkan air minum.“Baik nek.”Nenek pergi menuju ke ruang tamu. Dia melihat seorang pemuda yang sedang duduk di kursi bambu. Nenek menyapa tamunya tersebut.“Maaf nak Andre menunggu nenek terlalu lama,” ucap nenek meminta maaf pada Andre.“Ah tidak apa-apa nek. Lagi pula saya baru saja tiba,” jawab Andre. Nenek membicarakan tanah yang akan di jual pada Andre. Tidak lama Kinan membawa minuman yang akan disuguhkan pada tamu nenek. Andre y
“Ayo ikut ibu!” Ucap Bu Susi.“Kita mau kemana ibu?” Tanya Olivia.“Kamu harus melakukan aborsi di klinik teman ibu,” ujar bu Susi.“Apa aborsi!” Ucap Olivia dengan kaget.“Iya Oliv secepatnya kamu harus melakukan aborsi. Ibu memiliki teman seorang Dokter, dia bisa melakukan aborsi pada pasien yang meminta tolong padanya. Ibu mau minta tolong padanya agar kamu bisa aborsi di kliniknya,” ucap bu Susi pada Olivia.Olivia terdiam dia sudah membayangkan jika aborsi apa yang akan terjadi dengannya nanti. Dia membayangkan saja sudah ngeri apalagi melakukannya. Apalagi ini dia harus melakukan aborsi langsung.“Bu, apakah tidak ada cara lain lagi selain melakukan aborsi?” Tanya Oliv.“Tidak ada cara lain lagi Oliv. Selain kamu melakukan aborsi,” ujar Bu Susi.“Ibu akan menelpon dulu Dokter yang akan melakukan aborsi. Kamu siap-siap ya jika dia ada waktu maka kita langsung jalan ke kliniknya,” Bu Susi memberitahu Oliv untuk bersiap-siap. Oliv hanya menganggukkan kepala. Bu Susi meminta Oliv m
“Dokter tolong anak saya Olivia! Dokter tolong!” Teriak bu Susi.“Bu, sepertinya Olivia mengalami pendarahan! Secepatnya kita bawa dia ke rumah sakit,” ucap Dokter Ririn.“Apa pendarahan!” Bu Susi sangat kaget mendengar penjelasan dari Dokter Ririn.Mereka membawa langsung Olivia ke Rumah sakit. Setibanya di Rumah sakit Olivia langsung diberikan tindakan medis. Dokter yang memeriksa keadaan Oliva dapat memastikan jika Oliv sudah melakukan aborsi pada janinnya tersebut. Sedangkan pagi ini Arsen merasa sangat mual. Segera dia memuntahkan semua makanan yang ada di dalam perut. Dia segera menelpon Ricky agar segera memanggilkan Dokter untuk memeriksakan keadaannya saat ini.Tok tok tok! Terdengar suara ketukan pintu dari luar apartemen. Ternyata Dokter Rio yang datang ke apartemen Arsen. Arsen mempersilahkan Dokter Rio masuk dan memeriksakan keadaannya saat ini.“Apa yang harus saya bantu Tuan Arsen?” Tanya Dokter Rio.“Sudah beberapa hari ini saya setiap pagi hari selalu muntah. Saya ng
Arsen keluar dari dalam mobil. Dia memandang satu persatu dari kedua orang yang ada di hadapannya. Arsen menuju pada kedua orang tersebut.“Apa maksudmu menghadang mobil kami!” Ujar salah satu dari mereka menunjuk arsen.“Lepaskan wanita yang kalian sandra itu!” Tegas Arsen.“Ha ha ha apa kau bilang lepaskan! Dia itu target kami. Karena, Bos menginginkan wanita itu!” Ucapnya dengan nada suara yang tinggi.“Sudah lebih baik kita beri pelajaran saja laki-laki ini,” mereka sudah siap menghajar Arsen.Dengan cepat Arsen dapat menangkis serangan dari mereka berdua. Terdengar suara pukulan yang dilayangkan Arsen pada kedua orang tersebut. Arsen masih bertahan dengan lawannya yang tidak seimbang. Dirinya hanya sendiri sedangkan lawannya dua orang. Namun, dia dapat mengalahkan keduanya.Buk buk buk terdengar suara pukulan yang diberikan Arsen pada keduanya. Mereka tersungkur di atas tanah. Dengan cepat Arsen langsung menuju ke arah mobil kedua orang itu. Dia langsung membuka pintu mobil belak
Arsen masih berada di Bandung. Dia tidur di rumah nenek. Hari-harinya kini ceria kembali tidak seperti hari-hari yang lalu selalu murung dan terlihat cuek pada semua orang. Namun, setelah bertemu kembali dengan Kinanti hidupnya terasa senang.“Dek, kamu mau kan ke Jakarta lagi?” Tanya Arsen pada Kinan.“Bang sebenarnya aku lebih nyaman tinggal disini bersama dengan nenek,”jawabnya pada Arsen.“Tapi aku takut jika kamu tinggal disini hanya berdua saja dengan nenek. Aku takut kejadian kemarin terulang kembali,” ujar Arsen yang khawatir pada Kinan.Kinan mengerti kenapa Arsen bersikap seperti itu. Dia tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Kinan mendekat pada Arsen dan berbicara dengan pelan.“Abang nggak usah khawatir ya. Aku bisa jaga diri,” ucap Kinan.“Gimana aku nggak khawatir sama kamu dek. Kemarin aja kamu hampir di culik sama orang! Bagaimana aku bisa tenang ninggalin kamu sama nenek disini!” Ucapnya dengan tatapan gusar pada Kinan.“Kalau begitu biar aku perintahkan anak buahku unt